PERNIKAHAN KEDUA 29PoV ZAID"Diaz!""Diaz!"Tak ada jawaban. Kucoba untuk membuka pintu kamarnya, kosong. Dengan gusar aku menuruni anak tangga dan berpapasan dengan Bik Rum. "Diaz mana Bik?""Loh? Sudah berangkat ke sekolah tadi, Mas.""Sepagi ini?""Iya, ndak pesan apa-apa tuh Mas."Aku menghela napas. Ini adalah hari ketiga Diaz menghindariku. Ya, aku yakin dia menghindariku dengan sengaja. Sepertinya dia tahu bahwa aku hendak mengajaknya bicara tentang Keysha. Interaksi kami jadi tak sehat. Padahal, aku hanya ingin bilang bahwa aku tidak akan mencuri gadis yang dia cintai. Dia hanya perlu menunggu agar lebih dewasa dan mapan. Toh Keysha juga masih muda. Mereka bisa berjalan beriringan menuju puncak nantinya. Tapi, bagaimana aku bisa bicara jika dia terus menghindar?Ponselnya berdering tapi tak kunjung diangkat. Mungkin dia sedang mengendarai motor. Aku memandang sarapan yang mulai dingin, berpikir betapa sepinya hidup kami setelah kepergian Papa, Mama dan Aurel. Kami berdua seh
PERNIKAHAN KEDUA 30Seakan bumi berhenti berputar, seperti itulah yang kurasakan saat ini.Dulu, aku pernah membayangkan masa remaja yang indah, menyukai seseorang lalu merasa senang hanya karena melihat bayangannya. Kami mungkin akan sesekali berbincang sambil tersipu, lalu semuanya terlupakan saat pulang ke rumah, bercengkrama dengan keluarga tercinta. Besoknya, aku akan bangun pagi dan berangkat ke sekolah dengan perasaan berbunga-bunga karena membayangkan bertemu si dia. Tapi, itu semua tak pernah terjadi. Di usia tujuh belas tahun, aku tak pernah membayangkan akan menghadapi masalah percintaan seserius ini."Kamu ngomong apa?"Suaraku bahkan nyaris tak terdengar oleh telingaku sendiri. Di hadapanku, Diaz berdiri masih sambil memeluk gitarnya, matanya masih memandangku lekat. Dan seketika aku menyadari bahwa dia tidak sedang bercanda."Kamu jangan main-main, jangan membuatku bingung. Kamu tahu kan masalahku sudah cukup banyak."Diaz tampak seperti tersadar. Dia mengerjapkan mata
PERNIKAHAN KEDUA 31Begitu tiba di rumah Keysha, aku terkejut. Yang ada disana bukan hanya Om Reyhan, tapi dia juga membawa orang tua Tante Sarah yang sudah sepuh. Pemandangan miris menyambutku. Kiara menangis tersedu-sedu sambil memeluk Ibunya erat, seolah mengerti bahwa dia akan segera dipisahkan lagi. Sementara Tante Sarah kebingungan duduk dibawah tatapan orang-orang yang mengintimidasinya, Om Reyhan dan kedua orang tuanya. Dan bukan itu saja, seorang wanita dengan tampang angkuh, memakai setelan jas resmi duduk sambil menumpang kaki."Baguslah kau segera datang Zaid. Aku datang hendak menjemput istriku.""Anda tidak berhak memisahkan seorang istri dari suaminya. Mereka ini sudah saling mencintai sejak dulu."Wanita tua dengan dandanan rapi itu menuding wajahku. Dialah Ibu Tante Sarah yang dipanggil Eyang putri oleh Keysha."Dan kau hanya orang luar disini. Kau sama sekali tak punya hak meski sekedar bicara sepatah katapun." Sang Ibu masih berapi-api. Wajah Om Reyhan tampak penuh
PERNIKAHAN KEDUA 32PoV KEYSHA"Menikahlah denganku. Jadilah istriku, Key."Aku membeku di kursiku. Menatap mata hitam sempurna itu, yang juga menatapku tanpa kedip, aku terpaku. Apa telingaku tak salah dengar? Lelaki sempurna ini, yang kukagumi dan kerap menjadi sumber semangatku setiap hari, mengajakku menikah? Benarkah? Apa dia tak salah ucap?"Keysha, aku bersungguh-sungguh. Menikahlah denganku."Aku masih tak mampu berkedip. Saat ini, yang terngiang di telingaku justru suara Diaz kemarin sore. Ya, baru kemarin sore, sebelum akhirnya dia pergi jauh menyebrangi benua tanpa pamit lagi padaku.'Aku cinta sama kamu, Key. Aku cinta kamu!'Alangkah lucunya. Adiknya menyatakan cinta, dan Abangnya mengajakku menikah. Lelucon macam apa ini?Aku tertawa, bingung dan linglung."Abang jangan aneh-aneh. Abang tahu…""Aku tahu. Aku tahu kalau Diaz juga mencintaimu. Karena itulah dia pergi menjauh dan berpesan padaku untuk menjagamu."Lagi-lagi aku ternganga. Anak bandel itu…"Jadi, Abang ingin
PERNIKAHAN KEDUA 33Aku tidur sambil memeluk Kiara, bersyukur karena aku tak kehilangan satu haripun bersama mereka, Ibu dan Ara, dua orang yang menjadi sumber kebahagiaanku. Aku berjanji akan mempertaruhkan apa saja demi membuat mereka bahagia. Lalu, cahaya lampu tidur menimpa jari manis tangan kiri dan kemilau cincin itu menmbuatku menarik tanganku. Aku tersenyum, menghela napas panjang dan segera menyadari bahwa kini aku terikat dengan seseorang. Seseorang, yang juga kucintai.Aku turun dari tempat tidur dan mengambil wudhu, lalu sholat tahajjud dengan hati tenang. Aku memang berada di suatu tempat yang tak kuinginkan, tinggal bersama orang-orang yang tak menginginkanku, tapi aku bertekad akan tetap disini demi Ibu dan Kiara.Usai sholat, aku mengaji sebentar menunggu subuh. Biasanya setelah sholat subuh, Ibu akan bangun dan memasak. Tapi itu dulu saat Ayah masih ada. Kemarin di rumah mungil kami, Mbok Imas melarang Ibu ke dapur pagi-pagi. Beliau sedih melihat tubuh Ibu yang kurus
PERNIKAHAN KEDUA 34Rani menarik tangannya dari cekalan tanganku dengan membabi buta. Dia panik luar biasa, padahal aku hanya main-main. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya. Aku memang sengaja, supaya dia tahu bahwa dia tak seharusnya main-main denganku. Dan ketika cekalannya kulepaskan, Rani langsung berlari naik tangga sambil menyumpah-nyumpah. "Astaga, anakmu Sarah. Mama rasa dia sudah gila!" Seru Eyang sambil menekap dada.Aku tersenyum kalem."Belum Eyang. Tapi kalau ada yang coba-coba menyakitiku, Ibu dan Kiara, aku bisa benar-benar menggila."Eyang melotot. Dia lalu berjalan ke depan dan berseru-seru memanggil sopirnya. Ibu menggeleng-gelengkan kepala memandangku, lalu bergegas mengikuti Eyang. Masih kudengar suara Ibu meminta maaf dan suara Eyang mengomel panjang pendek. "Maafkan Keysha Ma.""Didik anakmu Sarah. Bisa-bisa aku kena serangan jantung kalau dia masih begitu.""Iya, Ma."Aku tertawa kecil, kuletakkan pisau buah itu kembali ke dapur, lalu naik ke lantai atas, men
PERNIKAHAN KEDUA 35Rani memandangku dengan tampang curiga, lalu tak lama dia mendesah."Rasanya nggak mungkin.""Kenapa nggak mungkin?" Aku mengerutkan kening menatapnya. Dia balas menatapku."Papa sangat mencintai Ibumu, bahkan saat Mamaku masih ada, nyaris semua sumber pertengkaran adalah karena Papa tak pernah melupakan Ibumu."Aku terdiam, sebuah fakta yang baru kudengar. Kupikir ini hanya tentang balas dendam. Rani tertawa getir."Karena itulah aku membenci Ibumu dan ingin membuatnya tak bahagia seperti apa yang dirasakan Mama sampai dia meninggal dunia."Kali ini aku semakin kehilangan kata-kata. Ternyata bukan hanya aku yang menjadi korban masa lalu mereka. Masa lalu yang tak mau pergi."Wajar nggak kalau aku benci Ibumu?" Rani tertawa, tapi dapat kulihat matanya menyorot sedih."Apa Papamu nggak sayang sama Mamamu?""Papa sayang sama Mama, tapi setiap kali Mama melakukan kesalahan, Papa akan selalu bilang : Sarah nggak begini… nggak begitu… meski dengan suara pelan. Mamaku or
PERNIKAHAN KEDUA 36"RANI!"Bentakan Om Reyhan yang menggelegar membuat Rani nyaris melompat. Dia langsung bersembunyi di belakang tubuh Ibu. Sementara Om Reyhan berpaling dengan murka ke arahku."Suruh tamumu pergi dan bawa kembali semua ini!"Aku memandang Ibu. Pada saat seperti ini, ingin sekali rasanya aku melihat Ibu mengeluarkan suara untuk membelaku, bukan hanya diam. Bang Zaid mungkin tak menyangka semua ini akan terjadi. Pastilah dia hanya berpikir bagaimana cara membantuku. Aku menoleh pada Mbak Riri dan Mbok Imas."Mbak Riri dan Mbok Imas, pulanglah dulu, saya nanti akan bicara pada Bang Zaid."Mbak Riri mengangguk tanpa membantah. Mereka lalu berjalan menuju mobil tanpa menoleh lagi."Hey! Bawa ini semua!"Seperti kesetanan, Om Reyhan melempar paper bag itu ke halaman. Astaga, dia benar-benar tipe orang yang tak bisa menghargai maksud baik orang lain."Maaf, Pak. Saya hanya menyampaikan perintah Bos saya. Dan benda yang telah dia berikan, dilarang untuk dibawa lagi. Kata B