Share

Bab 31

Author: Yazmin Aisyah
last update Last Updated: 2023-06-19 09:24:12

PERNIKAHAN KEDUA 31

Begitu tiba di rumah Keysha, aku terkejut. Yang ada disana bukan hanya Om Reyhan, tapi dia juga membawa orang tua Tante Sarah yang sudah sepuh. Pemandangan miris menyambutku. Kiara menangis tersedu-sedu sambil memeluk Ibunya erat, seolah mengerti bahwa dia akan segera dipisahkan lagi. Sementara Tante Sarah kebingungan duduk dibawah tatapan orang-orang yang mengintimidasinya, Om Reyhan dan kedua orang tuanya. Dan bukan itu saja, seorang wanita dengan tampang angkuh, memakai setelan jas resmi duduk sambil menumpang kaki.

"Baguslah kau segera datang Zaid. Aku datang hendak menjemput istriku."

"Anda tidak berhak memisahkan seorang istri dari suaminya. Mereka ini sudah saling mencintai sejak dulu."

Wanita tua dengan dandanan rapi itu menuding wajahku. Dialah Ibu Tante Sarah yang dipanggil Eyang putri oleh Keysha.

"Dan kau hanya orang luar disini. Kau sama sekali tak punya hak meski sekedar bicara sepatah katapun." Sang Ibu masih berapi-api.

Wajah Om Reyhan tampak penuh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Isabella
asik aku setuju Abang ngelamar Keysha masalah Diaz dia masih mudah
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
asyik... aku d lamar... hehe
goodnovel comment avatar
Susan Asrul
lama x up nya thor...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 32

    PERNIKAHAN KEDUA 32PoV KEYSHA"Menikahlah denganku. Jadilah istriku, Key."Aku membeku di kursiku. Menatap mata hitam sempurna itu, yang juga menatapku tanpa kedip, aku terpaku. Apa telingaku tak salah dengar? Lelaki sempurna ini, yang kukagumi dan kerap menjadi sumber semangatku setiap hari, mengajakku menikah? Benarkah? Apa dia tak salah ucap?"Keysha, aku bersungguh-sungguh. Menikahlah denganku."Aku masih tak mampu berkedip. Saat ini, yang terngiang di telingaku justru suara Diaz kemarin sore. Ya, baru kemarin sore, sebelum akhirnya dia pergi jauh menyebrangi benua tanpa pamit lagi padaku.'Aku cinta sama kamu, Key. Aku cinta kamu!'Alangkah lucunya. Adiknya menyatakan cinta, dan Abangnya mengajakku menikah. Lelucon macam apa ini?Aku tertawa, bingung dan linglung."Abang jangan aneh-aneh. Abang tahu…""Aku tahu. Aku tahu kalau Diaz juga mencintaimu. Karena itulah dia pergi menjauh dan berpesan padaku untuk menjagamu."Lagi-lagi aku ternganga. Anak bandel itu…"Jadi, Abang ingin

    Last Updated : 2023-06-23
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 33

    PERNIKAHAN KEDUA 33Aku tidur sambil memeluk Kiara, bersyukur karena aku tak kehilangan satu haripun bersama mereka, Ibu dan Ara, dua orang yang menjadi sumber kebahagiaanku. Aku berjanji akan mempertaruhkan apa saja demi membuat mereka bahagia. Lalu, cahaya lampu tidur menimpa jari manis tangan kiri dan kemilau cincin itu menmbuatku menarik tanganku. Aku tersenyum, menghela napas panjang dan segera menyadari bahwa kini aku terikat dengan seseorang. Seseorang, yang juga kucintai.Aku turun dari tempat tidur dan mengambil wudhu, lalu sholat tahajjud dengan hati tenang. Aku memang berada di suatu tempat yang tak kuinginkan, tinggal bersama orang-orang yang tak menginginkanku, tapi aku bertekad akan tetap disini demi Ibu dan Kiara.Usai sholat, aku mengaji sebentar menunggu subuh. Biasanya setelah sholat subuh, Ibu akan bangun dan memasak. Tapi itu dulu saat Ayah masih ada. Kemarin di rumah mungil kami, Mbok Imas melarang Ibu ke dapur pagi-pagi. Beliau sedih melihat tubuh Ibu yang kurus

    Last Updated : 2023-06-23
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 34

    PERNIKAHAN KEDUA 34Rani menarik tangannya dari cekalan tanganku dengan membabi buta. Dia panik luar biasa, padahal aku hanya main-main. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya. Aku memang sengaja, supaya dia tahu bahwa dia tak seharusnya main-main denganku. Dan ketika cekalannya kulepaskan, Rani langsung berlari naik tangga sambil menyumpah-nyumpah. "Astaga, anakmu Sarah. Mama rasa dia sudah gila!" Seru Eyang sambil menekap dada.Aku tersenyum kalem."Belum Eyang. Tapi kalau ada yang coba-coba menyakitiku, Ibu dan Kiara, aku bisa benar-benar menggila."Eyang melotot. Dia lalu berjalan ke depan dan berseru-seru memanggil sopirnya. Ibu menggeleng-gelengkan kepala memandangku, lalu bergegas mengikuti Eyang. Masih kudengar suara Ibu meminta maaf dan suara Eyang mengomel panjang pendek. "Maafkan Keysha Ma.""Didik anakmu Sarah. Bisa-bisa aku kena serangan jantung kalau dia masih begitu.""Iya, Ma."Aku tertawa kecil, kuletakkan pisau buah itu kembali ke dapur, lalu naik ke lantai atas, men

    Last Updated : 2023-06-23
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 35

    PERNIKAHAN KEDUA 35Rani memandangku dengan tampang curiga, lalu tak lama dia mendesah."Rasanya nggak mungkin.""Kenapa nggak mungkin?" Aku mengerutkan kening menatapnya. Dia balas menatapku."Papa sangat mencintai Ibumu, bahkan saat Mamaku masih ada, nyaris semua sumber pertengkaran adalah karena Papa tak pernah melupakan Ibumu."Aku terdiam, sebuah fakta yang baru kudengar. Kupikir ini hanya tentang balas dendam. Rani tertawa getir."Karena itulah aku membenci Ibumu dan ingin membuatnya tak bahagia seperti apa yang dirasakan Mama sampai dia meninggal dunia."Kali ini aku semakin kehilangan kata-kata. Ternyata bukan hanya aku yang menjadi korban masa lalu mereka. Masa lalu yang tak mau pergi."Wajar nggak kalau aku benci Ibumu?" Rani tertawa, tapi dapat kulihat matanya menyorot sedih."Apa Papamu nggak sayang sama Mamamu?""Papa sayang sama Mama, tapi setiap kali Mama melakukan kesalahan, Papa akan selalu bilang : Sarah nggak begini… nggak begitu… meski dengan suara pelan. Mamaku or

    Last Updated : 2023-06-24
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 36

    PERNIKAHAN KEDUA 36"RANI!"Bentakan Om Reyhan yang menggelegar membuat Rani nyaris melompat. Dia langsung bersembunyi di belakang tubuh Ibu. Sementara Om Reyhan berpaling dengan murka ke arahku."Suruh tamumu pergi dan bawa kembali semua ini!"Aku memandang Ibu. Pada saat seperti ini, ingin sekali rasanya aku melihat Ibu mengeluarkan suara untuk membelaku, bukan hanya diam. Bang Zaid mungkin tak menyangka semua ini akan terjadi. Pastilah dia hanya berpikir bagaimana cara membantuku. Aku menoleh pada Mbak Riri dan Mbok Imas."Mbak Riri dan Mbok Imas, pulanglah dulu, saya nanti akan bicara pada Bang Zaid."Mbak Riri mengangguk tanpa membantah. Mereka lalu berjalan menuju mobil tanpa menoleh lagi."Hey! Bawa ini semua!"Seperti kesetanan, Om Reyhan melempar paper bag itu ke halaman. Astaga, dia benar-benar tipe orang yang tak bisa menghargai maksud baik orang lain."Maaf, Pak. Saya hanya menyampaikan perintah Bos saya. Dan benda yang telah dia berikan, dilarang untuk dibawa lagi. Kata B

    Last Updated : 2023-06-25
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 37

    PERNIKAHAN KEDUA 37Aku spontan tertawa membaca chat dari Rania, dan tiba-tiba saja merasa kalau aku punya adik remaja, adik selain Kiara. Lalu aku mengingat-ingat, berapa usia Rania? Lima belas atau enam belas tahun? Ah, dia masih anak-anak. Mengingat ceritanya tentang almarhum Mamanya, aku jadi menduga, mungkin saja dia selama ini mendapat didikan yang baik dari Mama yang sangat dia cintai. Lalu setelah dia ditinggal pergi, tiba-tiba saja Papanya menikahi Ibuku. Sikap judesnya, bisa jadi adalah caranya untuk protes.Mobil Bang Zaid datang tak lama kemudian. Di hari-hari biasa, Bang Zaid hanya memakai mobil Innova reborn, tapi bagiku itu sudah cukup mewah karena selama ini, Ayah mengajariku berhemat demi bisa menabung untuk kuliah. Mobil kami adalah mobil Avanza keluaran tahun lama, yang itupun dipakai sesekali saja. Dan itu pula yang membuat Eyang mencibir setiap kali kami datang. "Katanya suamimu kepala cabang perusahaan, mobil jelek seperti itu, bikin malu saja."Ah, Ayah hanya k

    Last Updated : 2023-06-25
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 38

    PERNIKAHAN KEDUA 38"Mas, tidak bisakah ditunda? Nanti malam Key tunangan. Ini moment penting untuknya."Samar aku mendengar suara Ibu. Subuh masih sangat muda, dari kejauhan suara adzan sedang dikumandangkan. Aku keluar kamar hendak mengambil minum ketika tanpa sengaja mendengar suara Ibu dari celah kamar yang terbuka sedikit."Justru karena dia mau tunangan, aku tak mau hadir.""Ya Allah, Mas. Sampai kapan kebencianmu pada anak-anakku usai?"Suara Ibu bergetar. Aku menggigit bibir mendengarnya, sedih dan juga geram. Entah terbuat dari apa hati lelaki ini sehingga begitu bebal dan tinggi hati. Dia pikir aku dan Ara lahir dari batu kah?"Sampai mati!"Astaga.Aku nyaris saja menginterupsi perdebatan itu kalau tak ingat bahwa itu akan makin mempersulit keadaan Ibu."Sudahlah, kubilang sabar. Saat ini aku masih terus teringat wajah Arman dan bagaimana kamu mengkhianati aku."Suara Om Reyhan melunak. Lalu tak terdengar apa-apa lagi. Aku melipir naik lagi ke atas dan menutup pintu kamar d

    Last Updated : 2023-06-26
  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 39

    PERNIKAHAN KEDUA 39PoV OM REYHANEmpat jam sebelumnya.Dari balik jendela kamar hotel, Aku memandang Jembatan Ampera yang tampak indah di sore hari. Banyak orang lalu lalang, wisatawan lokal maupun mancanegara yang menanti sunset di sungai Musi. Aku berencana mengajak Sarah wisata kuliner lalu belanja. Kami mungkin akan menghabiskan malam yang romantis disini. Sesuatu yang kuimpikan bertahun-tahun lamanya. Disini, akan kulakukan apa saja agar dia bisa melupakan bahwa nanti malam seharusnya dia ada disana, mendampingi Keysha menerima cincin pertunangan dari Zaid.Pintu kamar mandi terbuka, istriku keluar dari sana dengan wajah basah setelah mandi. Aku memandangnya sambil tersenyum, bahagia karena akhirnya berhasil menjauhkan dia dari Keysha. Tapi, Sarah menunduk dan dia menghindari tatapanku."Ada apa?" Aku mengangkat dagunya, dan tampak matanya yang bengkak dan merah. Aku mendesah, sungguh tak suka melihatnya seperti ini."Kau masih ingat pada Keysha?"Sarah membuang muka, mengalihka

    Last Updated : 2023-06-26

Latest chapter

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 62 (ENDING)

    PERNIKAHAN KEDUA 62 (ENDING)Jam sepuluh malam, pesta telah sepenuhnya usai. Rumah lengang meski dekorasi taman belum dibongkar. Para ART, Kiara dan kedua anakku dibawa Tante Arumi ke rumahnya. Mereka semua ingin membiarkan kami hanya berdua malam ini karena aku menolak kamar pengantin di hotel. Aku ingin berada disini. Di tempat aku bertemu mereka berdua. Tempat aku memulai takdirku. Dengan bergandengan tangan, kami naik ke lantai atas. Kamar Diaz telah disulap Lea menjadi kamar pengantin yang indah. Begitu membuka pintunya, aroma wangi mawar langsung menerpa hidung. Membawaku pada kenangan tujuh belas tahun silam. Aku mengerjap, memaksa diriku untuk menyadari bahwa tangan yang kugenggam ini bukan tangannya. "Nggak apa-apa kan kita disini? Dibawah…"Diaz membungkam bibirku dengan jarinya. Kami berdiri berhadapan, dengan tatapan lembut di matanya. Kemarin, aku memang meminta untuk tidak menempati kamarku bersama Bang Zaid, setidaknya untuk sementara waktu sampai aku merasa nyaman de

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 61

    PERNIKAHAN KEDUA 61 Begitu mobil berhenti di halaman rumah, Zakia langsung berseru-seru memanggil Kiara. Kebetulan sekali hari ini Kiara pulang kuliah lebih awal. Adikku itu terkejut, berlari keluar dengan wajah tegang. Setelah banyak kejutan sepanjang hidupnya, dia sepertinya telah bersiap akan satu kejutan terakhir."Kia, ada apa?!" Suara Kiara panik.Tapi keponakannya itu malah melompat-lompat kegirangan. Perlahan, wajah Kiara mengendur."Oh, kamu dapat nilai terbaik? Lulusan terbaik?"Zakia mengangguk, masih melompat-lompat."Hemm… Alhamdulillah. Keponakan Tante kan memang pintar.""Ada lagi. Coba tebak!""Apa?"Aku tersenyum melihatnya. "Aku akan punya Papa! Yeaaayyy!"Mata Kiara melebar. Lalu dia menyadari bahwa aku dan Diaz berdiri mengawasi. Tatapan matanya menyorot, meminta penjelasan. Lalu, tangan Diaz yang menggenggamku-lah yang menjadi fokusnya. Kiara tersenyum. Matanya berkaca-kaca. Dia lalu berlari menghambur dan memelukku erat-erat."Jadi?"Aku mengangguk.Kiara menar

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 60

    PERNIKAHAN KEDUA 60 "Mama, sembuh dong. Besok kan hari perpisahan sekolah aku."Zakia sibuk mengusap dahiku dengan kompres. Aku tersenyum melihatnya. Sejak semalam, aku terserang demam. Badanku panas dan kepalaku pusing sekali. Aku tahu bahwa aku tak boleh sakit. Besok, akan ada perpisahan sekolah. Zakia akan lulus SD.Ya. Lima tahun lagi telah berlalu sejak kepergian Bang Zaid. Zakia kini berusia dua belas tahun dan akan segera lulus SD, sementara aku masih setia hidup dalam kenangan bersamanya. Setiap malam, aku tidur sendirian, memeluk sepi, dan dia selalu hadir dalam mimpi meski tanpa kuminta."Sayang, jangan siksa dirimu seperti ini. Menikahlah lagi. Aku ikhlas."Itulah mimpi yang sering datang. Dan di dalam mimpi, aku menangis. Tangis yang kemudian terasa hingga aku bangun. Bantalku yang basah oleh air mata menyadarkan bahwa mimpiku merasuk hingga ke dasar jiwa. Dan semalam, Tiba-tiba saja aku demam tinggi. Kiara sudah memanggilkan dokter dan kata dokter aku baik-baik saja dan

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 59

    PERNIKAHAN KEDUA 59Muhammad Zaidan Adhyaksa. Nama itu akan terukir indah di sanubariku selamanya.Suamiku telah menepati janjinya. Penyakit itu tak mampu mengalahkan semangat hidupnya yang tinggi. Lima tahun setelah operasi, kami kembali hidup normal dan bahagia, tanpa pernah menyangka takdir menghampirinya sore itu. Aku tak akan pernah melupakan sore itu, tiga bulan yang lalu, Lea datang ke rumah dengan wajah sembab. Dia memintaku duduk, mengambilkan segelas air dan meminta Kiara membawa Zakia dan Zen ke dalam. Menatap wajahnya, hatiku berdebar kencang. Lebih dari dua puluh tahun lamanya kami bersahabat. Aku tahu dengan pasti kapan sesuatu yang serius terjadi."Le, ada apa?"Lea memelukku. Mengusap-usap punggungku, persis Bang Zaid."Kamu percaya takdir kan?" Suaranya bergetar.Aku mengangguk. Bagiku tak ada yang perlu diragukan dari ketetapan-Nya. Tapi, mendengar pertanyaannya, selarik perasaan gelisah menyambar hatiku dengan cepat. Lalu aku teringat bahwa Bang Zaid tidak di rumah

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 58

    PERNIKAHAN KEDUA 58Untukmu, yang tengah bertarung melawan kerasnya hidup, dan kamu, yang sedang meniti takdir. Kamu hanya harus terus berjuang, bersabar, dan berdoa. Karena apa yang menjadi takdir Tuhan, hanya bisa diubah dengan doa. Aku tak pernah bersujud syukur selama ini sebelumnya. Setelah kecemasan selama empat jam terhapus sudah oleh kabar bahagia. Operasi berhasil dan kini tinggal menunggu keduanya sadarkan diri. Dari balik kaca ruang observasi, aku melihat keduanya terbaring berdampingan. Air mataku menetes dengan deras, menciptakan kabut yang mengaburkan pemandangan.Sungguh, kasih sayang seorang saudara kandung seharusnya tak perlu diragukan. Diaz yang bengal, yang selama ini kerap membuat masalah dan selalu menguras emosi Bang Zaid, telah berkali-kali membuktikan bahwa cintanya tanpa pamrih."Aku tak suka melihatmu menangis Key. Cintamu pada Bang Zaid itu sungguh indah. Rasanya, bagai aku yang menjadi dia. Seperti aku yang merasakan dicintai olehmu. Maka, apa saja akan k

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 57

    PERNIKAHAN KEDUA 57"Diaz!"Diaz menghentikan langkah. Dia berbalik dan mendapati Abangnya berusaha duduk dengan tegak. Jika biasanya Bang Zaid selalu menjadi penguatku, hari ini akulah yang menjadi penopangnya. Kurengkuh kedua bahunya, hingga dia bisa duduk dengan tegak."Abang sedang mencari donor. Abang tidak menerima donor darimu."Mata Diaz melebar. Dia kembali menghampiri ranjang dan menatap Abangnya lekat-lekat."Apa maksud Abang?""Kamu masih muda. Belum menikah dan jalan hidupmu masih panjang. Kamu tak boleh mengorbankan dirimu untuk Abang.""Jadi Abang merasa sudah tua? Dan kenapa memangnya kalau aku belum menikah? Mau sampai kapan menunggu donor yang belum tentu langsung cocok? Lalu bagaimana dengan Key dan keponakanku? Tidak, Bang. Aku pulang untuk Abang. Jangan mencegahku atau aku akan pergi dan tak akan kembali lagi."Tanpa menunggu jawaban Sang Abang, Diaz berjalan dengan langkah lebar. Bang Zaid menghela napas, meminta tanganku untuk digenggam. Aku menarik kursi dan du

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 56

    PERNIKAHAN KEDUA 56Air mata yang meluncur tanpa kendali ini mengaburkan penglihatanku. Rasa perih bagai diremas-remas menguasai hati. Bang Zaid sengaja menyembunyikan penyakitnya dariku karena dia tak mau melihatku sedih. Dia menyimpannya sendiri. Sudah sejak kapan Bang Zaid sakit? Ya Allah, istri macam apa aku ini? Yang tak tahu bahwa suamiku sakit separah itu. Ya, aku tahu bahwa penyakitnya serius. Karena kini, Bang Zaid berjalan memasuki klinik hemodialisa.Adakah yang terlewat di mataku? Selain wajahnya yang sesekali pucat dan lemas, juga kebiasaannya pergi ke luar kota dua minggu sekali, tak ada yang aneh. Ya Allah, bukankah penyakit itu sakit sekali rasanya? Bagaimana dia bisa menahan semua itu dan bersikap biasa saja di depanku?Kuhapus air mata, meski rasanya sulit sekali untuk berhenti. Perlahan, aku mengikuti langkahnya yang tenang dan penuh percaya diri. Dia tak pernah kehilangan wibawanya meski dalam keadaan sakit. Langkahnya tetap setenang biasa. Dia tak tahu, bahwa aku

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 55

    PERNIKAHAN KEDUA 55Lagu itu meresap ke dalam jiwa, mengobrak-abrik perasaanku hingga ke relung hati terdalam. Betapa banyak kematian memisahkanku dengan orang-orang yang kucintai. Apalagi ketika aku tahu bahwa yang menyanyikan lagu itu bukan Diaz, tapi Bang Zaid. Tentu saja, apa yang kupikirkan? Diaz jauh di London sana. Dia tak mungkin bisa muncul tiba-tiba.Sambil memeluk tanganku sendiri, meredam rasa gelisah, aku meneruskan langkah hingga ke balkon yang menghadap taman belakang. Pantas saja Bang Zaid tak mendengarku pulang. Di kursi malas yang biasa diduduki Diaz, dia duduk sambil memeluk gitar kesayangan adiknya itu. Aku tak menduga kalau dia juga pintar bermusik dan suaranya indah.Dari belakang, siluet dirinya duduk di situ saja sudah membuatku bergetar. Kenapa Bang Zaid harus menyanyikan lagu sepedih ini? Kemana dia pergi selama ini? Benarkah masalah kerjaan? Dan mengapa? Semakin hari, tubuhnya semakin kurus saja?Air mataku menetes bahkan sebelum aku sempat menyentuh bahuny

  • PERNIKAHAN KEDUA   Bab 54

    PERNIKAHAN KEDUA 54Aku memasukkan tiga stel baju Bang Zaid ke dalam travel bag, beberapa pakaian dalam, handuk dan peralatan mandinya. Sambil cemberut, ku masukkan juga charger ponselnya ke dalam kantong kecil di samping tas berwarna hitam itu."Hey, jangan cemberut. Abang hanya pergi dua hari saja."Aku mendongak."Kenapa akhir-akhir ini Abang sering sekali pergi ke luar kota? Aku kesepian, anakmu di dalam sini, selalu saja rewel kalau Abang nggak di rumah."Bang Zaid tertawa kecil, meraih tanganku dan melingkarkan nya di lehernya sendiri sementara dia memeluk pinggangku. Kami saling bertatapan dan aku tak bisa tak terpesona melihat ketampanan wajahnya."Hemm… yang rewel, anakku ataukah Ibunya?"Aku ikut tertawa, malu karena tebakannya yang jitu. Kami memang baru saja mendapat kabar gembira, kehamilan yang telah kami rencanakan sejak aku lulus kuliah tiga bulan lalu langsung dikabulkan oleh Allah. Usia kandunganku kini sepuluh minggu dan aku bersyukur tidak mengalami emesis berlebiha

DMCA.com Protection Status