Hal itu membuat Klarisa sangat senang dan semakin bersemangat untuk membuat konten selanjutnya. “Bagusnya buat video apalagi, ya? Gimana kalau saat Arsyla belajar. Metode belajar Aryla bisa dijadikan ilmu parenting buat orang lain kan?” saran Klarisa, menoleh pada Daffa meminta tanggapannya. Putri
PGK 73 Mandala terduduk memandangi pesantren dari atas mercusuar masjid, suara para santri yang mengaji terdengar samar-samar dari atas sana. Berkali-kali ia menghela napas panjang, seolah ada beban berat mengganjal di hatinya. Sengaja Mandala memilih merenung di sini, tak banyak orang yang tahu t
Hal itu membuat mereka sangat panik dalam mengejar para senior, belum lagi karakter senior-senior baru jadi yang beragam. Ada yang baik, ada yang jahil, ada pula yang sok senior. Tugas ini juga termasuk harus dijalani oleh Hanny. Lihat saja dia sekarang tengah menoleh kesana-kemari wajah bingung, t
PGK 74 “Maaf, kayaknya aku gak bisa terima deh,” tolak Klarisa usai membaca dokumen berisi kontrak yang diberikan Reno. Ada perasaan bersalah dalam hatinya saat menolak, tetapi Klarisa tak bisa menerima tawaran ini. “Kenapa? Apa karena perannya cuma karena pemain pendukung?” tanya Reno. Klarisa
PGK 75 Berkat series yang dimaininya, nama Klarisa semakin menjelit dengan cepat. Walaupun perannya sebagai peran pendukung, tetapi ada beberapa scene yang cukup ikonik dan membuat nama Klarisa semakin dikenal oleh publik. Baik Klarisa maupun Daffa sama-sama merasa senang dengan hal tersebut. Klar
PGK 76Keadaan menjadi semakin kacau dengan banyaknya foto-foto baru yang tersebar ke media sosial, seolah ada yang sengaja untuk menaikkan berita tersebut agar tak tenggelam. Rumor perselingkuhan Klarisa bukan hanya mempengaruhi karir dan series yang akan dia bintangi, tetapi juga mempengaruhi bis
Keningnya mengernyit, menyorot kecewa pada Daffa. Bagaimana bisa suaminya pulang tanpa menghampirinya lebih dulu seperti biasa? Dia malah tak tahu jika Daffa telah pulang. “Kemari, Risa. Duduk,” pinta Handri tegas dan sedikit dingin. Klarisa mengangguk patuh, berjalan dan mengambil duduk di sebela
PGK 77 Daffa duduk di ujung ranjang, tepaku tanpa suara. Sementara Klarisa terus tersedu. Memeluk lutut di dekat sandaran dipan. “Kita sudah pernah berdarah-darah memperjuangkan cinta ini. Kita pernah sama-sama nyaris kehilangan nyawa,” ucap Daffa tanpa melihat wajah Klarisa. Dua irisnya menatap d