Part 62Pov Lani.Aku secepatnya meninggalkan Mbok Siti di depan pagar rumah. Melihat mobil Rio parkir di depan rumah, aku yakin pasti ada Dona juga di sana. Aku harus hati-hati karena aku sudah diperingati kalau Dona sangat licik dan jangan dianggap enteng. Tidak mungkin tanpa sebab karena di masa lalu Dona, dia juga pernah melakukan kejahatan yang belum aku ketahui. Aku akan menyelesaikan permainan ini secepatnya dan tentunya dengan berhasil menghukum Dona karena dia otak dari semua permainan ini.Ponselku berdering, ada nama Bayu tertera di layar ponselku, segera kutempelkan ponselku itu di daun telinga menerima panggilan dari Bayu.“Halo Mas,” sapaku di ponsel.“Lani, kamu sudah baca pesan dariku?” tanya Bayu.“Sudah Mas, aku akan kirim foto bukti kejahatan Mila membeli racun kepada seorang lelaki. Tunggu sebentar aku kirimkan ke ponselmu.”Aku mengirimkan foto bukti kejahatan Mila melalui WA ke nomor Bayu. Setelah itu aku lanjut berbicara lagi dengan Bayu di ponsel.“Oh Tuhan! Ak
Part 63Aku sangat terkejut melihat fotonya di dinding. Seorang wanita cantik yang memenangkan kontes kecantikan. Fisiknya sangat sempurna dan bahkan lebih cantik dari wanita tulen di luar sana. Ternyata selama ini aku diselamatkan oleh seorang transgender atau waria. Aku masih merasa tidak percaya wanita cantik dan anggun yang terlihat di mataku sekarang bukan wanita tulen. Astaga, penglihatanku sudah tertipu selama ini.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanyanya lagi saat aku masih terpaku menatapnya.“A-aku ... aku sudah setengah jam menunggumu, tapi kamu belum juga siap dan aku merasa cemas makanya aku memberanikan diri melihatmu ke kamar ini,” jawabku gugup.Dia keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk putih membaluti tubuhnya. Lekukan tubuh dan buah dadanya tidak memperlihatkan kalau dia seorang lelaki aslinya. Kulit mulus kuning langsat serta dandanan mempercantik wajahnya, dia terlihat seperti wanita berkelas, bukan seorang transgender.“Aku sudah bilang, aku sangat suka
Part 64Pov Lani.Dua bulan lagi? Apa aku tidak salah dengar, bagaimana mugkin dia menyetujui aku menikah dengan Rio dalam aksi balas dendam. Pernikahan bukan suatu permainan, ini sangat bertentangan dengan prinsipku selama ini. Aku tidak bisa berpura-pura nikah dengan Rio hanya untuk membalas dendam. Tidak!“Aku senang mendengar keputusan Anda, Bu Mariya,” jawab Dona dengan senyum sambil melirik Rio.“Aku juga senang keponakanku satu-satunya mendapatkan pendamping lelaki seperti Rio, Bu Dona,” katanya.Rio menggenggam tanganku sambil menatapku dengan bahagia. Aku membalas dengan senyum meskipun hatiku berkata-kata. Aku bingung dengan permainannya, bukankah dia melarangku jangan bermain hati dengan Rio, tapi dia membuatku bermain semakin dalam dan aku seperti sulit untuk lepas.“Baiklah Bu Mariya, kami permisi dulu, untuk masalah pesta penikahan dan apa model pakaian pengantin, nanti saja kita bicarakan karena aku yakin Anda punya selera yang bagus dari pada aku,” kata Dona mencoba me
Part 65Pov Dona.“Tolong aku, Tante. Aku sudah tidak sanggup hidup di penjara ini, tolong aku mm.” Mila menangis meminta tolong kepadaku.Mila seperti tertekan dan sangat memprihatinkan, selama ini aku tidak pernah menyangka dia akan seperti ini. Mila yang berani tidak tampak lagi sekarang, yang terlihat seorang wanita lemah dan hampir prustasi dengan apa yang dialaminya.“Tenangkan dirimu, ceritakan padaku apa yang kamu lakukan sehingga kamu dipenjara,” kataku menatapnya prihatin.“Aku ... aku ..., semua ini salah Lani. Wanita itu merebut suami, Caca dan juga rumahku. Aku sangat membencinya, aku ingin dia mati!” jawab Mila dengan nada sangat kesal.Mila sangat emosi menceritakan tentang wanita bernama Lani yang menjadi orang ketiga di rumah tangganya. Sangat terlihat kebencian di mata Mila saat nama Lani disebut. Mila juga menceritakan kesedihan hatinya berpisah dengan Caca. Dia seperti hilang arah.“Kenapa Ibu Bayu yang kamu racuni?” tanyaku karena dia sangat membenci Lani.“Karna
Part 66Pov Rio.“Lani! Tante! Tunggu dulu, tunggu!”Teriakanku memanggil tidak dihiraukan Lani dan Tantenya. Rasanya duniaku mau runtuh saat kata-kata itu muncul dari Tante Lani. Apa yang terjadi hingga mereka kecewa, apa yang dilakukan Mimiku terhadap mereka. Kenapa aku tidak sanggup ... aku sangat mencintai Lani, aku mencintainya. Oh Tuhan! Kenapa perasaan ini begitu besar terhadap Lani, dan ini pertama kalinya aku jatuh cinta dengan umurku sekarang. Cinta ini terlalu dalam hingga membutakan diriku.Saat Lani masuk ke mobil Tantenya, dia hanya diam dan memandangku dari dalam mobil. Aku tahu dia juga punya perasaan cinta untukku, tapi karena patuh terhadap Tatenya, dia nurut dan tidak bisa berbuat apa-apa. Lani ....Aku melangkah masuk ke dalam rumah, di dalam kulihat pecahan cangkir berserakan di lantai. Mimi berdiri dengan raut wajah marah dan Ayah terdiam duduk di kursi roda.“Mi, apa yang terjadi? Kenapa Tante Lani bilang tidak akan ke sini lagi? Ada apa Mi?” tanyaku tidak sabar
Part 67Bayu? Apa yang diakukannya di sini? Sejak kapan dia berkomunikasi dengan Bayu, aku belum mengenalkan mereka dan sekarang ternyata mereka sudah berbicara di belakangku. Jujur, aku kurang suka dengan kehadiran Bayu, tapi aku tidak bisa berbuat banyak selain menurutinya yang telah menolongku.“Duduklah Bayu,” katanya menujuk kursi di sampingku.Bayu duduk dan melirikku dengan senyum, aku membalasnya dengan senyum terpaksa.“Lani, Tante sengaja mengajak Bayu ke sini untuk membicarakan hal yang sangat penting tentang hubungan kalian.”Tentang hubunganku dengan Bayu? Apa maksudnya? Apakah dia mau merencanakan hari pernikahan seperti yang dilakukannya kepada Rio? Kenapa begitu banyak pertanyaan di benakku yang belum terjawab, semua dikendalikannya.“Sejak kapan Tante dan Mas Bayu sudah saling kenal?” Aku tidak bisa menunggu lama ingin tahu.“Setelah acara pemakaman Mamaku, Tantemu menghubungiku ingin bertemu, tadinya kukira kamu juga ada. Kata Tantemu, kamu sedang sibuk mengurus bisn
Part 68Pov Dona.“Sebaiknya kamu memikirkan perasaan Rio, bukan mengemukakan egomu, Dona,” ucap Suamiku melihat Rio masuk ke kamarnya dengan raut wajah sedih.“Jangan pernah menasehatiku aku! Aku tau yang terbaik untuk anakku,” jawabku kesal.“Kamu akan menyesali sikapmu sekarang.” setelah berkata, suamiku berlalu dari hadapanku.Aku tahu Rio sangat mencintai Lani, tapi aku tidak mau diinjak dan harga dirku diremehkan. Tante Lani wanita kaya dan punya warisan banyak, jika Rio berhasil menikahi Lani, aku juga diuntungkan dengan semakin bertambahnya kekayaanku, namun melihat sikap Mariya, aku merasa diremehkan dan sepertinya hanya dia saja yang punya uang. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini.Lama aku duduk di sofa kamar memikirkan tentang Rio dan Lani. Rasanya aku sangat kasihan melihat kekecewaan di mata putraku, aku akan mencarikan wanita yang cantik dan dari keluarga terhormat juga, aku banyak teman yang mempunyai anak gadis yang cantik-cantik. Aku harus mencoba menjodohkan R
Part 69Pov Dona.“Tolong padamkan apinya! Padamkan! Mmm perusahaan anakku! Tidak!”Aku hampir hilang akal melihat kator dan gudang perusahaan anakku terbakar. Perusahaan ini dirintis dari nol dan aku bersusah payah mendapatkan modal. Setelah perusahaan anakku berkembang maju, tiba-tiba musibah datang dan membakar semuanya. Putraku bangkrut, asuransi belum tentu cukup menutupi kerugian semua ini. Apa yang harus aku lakukan ....“Tenang Bu Dona, tenang.” Salah seorang karyawan Rio menghampiriku dan memopong badanku duduk di mobilku.Badanku lemah, duniaku terasa runtuh menyaksikan kobaran api yang membuat semuanya tidak bersisa. Aku takut kembali miskin, aku tidak mau miskin!“Mimi! Mimi.” Rio datang dan memelukku sebelum aku masuk ke mobil.“Rio ... kita bangkrut, kita rugi besar!” teriakku menangis di pelukan putraku.Aku diantar Rio pulang. Aku tidak sanggup lagi menyaksikan kebakaran itu. Semua petugas pemadam kebakaran masih sibuk memadamkan api dan entah berapa mobil pemadam keba
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi