Part 68Pov Dona.“Sebaiknya kamu memikirkan perasaan Rio, bukan mengemukakan egomu, Dona,” ucap Suamiku melihat Rio masuk ke kamarnya dengan raut wajah sedih.“Jangan pernah menasehatiku aku! Aku tau yang terbaik untuk anakku,” jawabku kesal.“Kamu akan menyesali sikapmu sekarang.” setelah berkata, suamiku berlalu dari hadapanku.Aku tahu Rio sangat mencintai Lani, tapi aku tidak mau diinjak dan harga dirku diremehkan. Tante Lani wanita kaya dan punya warisan banyak, jika Rio berhasil menikahi Lani, aku juga diuntungkan dengan semakin bertambahnya kekayaanku, namun melihat sikap Mariya, aku merasa diremehkan dan sepertinya hanya dia saja yang punya uang. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini.Lama aku duduk di sofa kamar memikirkan tentang Rio dan Lani. Rasanya aku sangat kasihan melihat kekecewaan di mata putraku, aku akan mencarikan wanita yang cantik dan dari keluarga terhormat juga, aku banyak teman yang mempunyai anak gadis yang cantik-cantik. Aku harus mencoba menjodohkan R
Part 69Pov Dona.“Tolong padamkan apinya! Padamkan! Mmm perusahaan anakku! Tidak!”Aku hampir hilang akal melihat kator dan gudang perusahaan anakku terbakar. Perusahaan ini dirintis dari nol dan aku bersusah payah mendapatkan modal. Setelah perusahaan anakku berkembang maju, tiba-tiba musibah datang dan membakar semuanya. Putraku bangkrut, asuransi belum tentu cukup menutupi kerugian semua ini. Apa yang harus aku lakukan ....“Tenang Bu Dona, tenang.” Salah seorang karyawan Rio menghampiriku dan memopong badanku duduk di mobilku.Badanku lemah, duniaku terasa runtuh menyaksikan kobaran api yang membuat semuanya tidak bersisa. Aku takut kembali miskin, aku tidak mau miskin!“Mimi! Mimi.” Rio datang dan memelukku sebelum aku masuk ke mobil.“Rio ... kita bangkrut, kita rugi besar!” teriakku menangis di pelukan putraku.Aku diantar Rio pulang. Aku tidak sanggup lagi menyaksikan kebakaran itu. Semua petugas pemadam kebakaran masih sibuk memadamkan api dan entah berapa mobil pemadam keba
Part 70“Ha ha ha, aku suka kerjamu, Bro. Baiklah, aku akan mentransfer semua yang aku janjikan.”Dia tertawa senang duduk di sofa ruang tengah berbicara di ponsel. Suara tawanya mengalahkan suara televisi yang menyala. Baru kali ini aku melihat dia sesenang itu. Sambil meneguk minuman kaleng di tangannya, dia terus berbicara dan entah dengan siapa.Aku lewat di sampingnya ingin mengambil minuman jus kotak dingin di kulkas. Aku tidak ingin mengganggunya karena dia seperti sedang senang.“Lani!”Aku membalikkan badan setelah mendengar dia memanggulku. Posisiku di depan kulkas.“Ya,” jawabku sambil membawa jus dingin kotak dan melangkah mendekatinya.“Duduk!” titahnya.Aku duduk di sampingnya sambil meneguk jus kotak di tanganku.“Ada apa?” tanyaku menatap televisi yang menyala.Dia mengambil remot televisi di meja di depannya, serta mematikan televisi hingga suasan menjadi hening.“Nanti Dona akan mencoba mendekatimu dan merayu agar menikah secepatnya dengan Rio. Aku minta kamu menurut
Part 71Pov Rio.Penyebab kebakaran dari putung rokok karena kelalaian, kata Polisi. Meskipun itu baru alasan sementara karena masih dalam penyelidikan lanjut. Aku bangkrut, Tante Mariya pasti tidak mau aku menikah dengan Lani karena aku pria miskin. Belum selesai masalah dengan Tante Mariya dan Mimiku, sekarang aku harus mengahadapi masalah kebakaran perusahaanku. Kenapa hidupku seperti ini, apa salahku? Apakah aku menerima apa yang diperbuat Mimiku. Luna, aku akan mencarimu dan menebus kesalahan Mimiku, tapi kemana aku akan mencarinya?“Ayah, boleh aku bertanya?” tanyaku kepada Ayah. Kami sedang di teras depan menikmati teh hangat.“Apa Rio? Tanya Ayah dengan mata sendu, foto Luna masih dalam pelukannya.“Mm, siapa pria yang membawa lari Luna?” tanyaku, Ayah terpana menatapku, “Tolong Ayah jangan tersinggung, aku mau mencari Luna, karena mustahil bagi seorang Ibu meninggalkan bayinya yang masih merah, aku yakin Luna wanita baik-baik, tidak mungkin dengan mudah dia meninggalkan bayin
Part 72Pov Rio.“Apa maksudmu tentang Luna kalah dalam permainan, Mila?” tanyaku masih penasaran.“Ssssstt! Ssssst!” Mila menyuruhku diam lagi. Aku menatapnya, matanya melihat ke sekitar seperti takut orang lain mendengar apa yang akan diucapkannya.“Tante Dona bilang ini rahasia kami,” jawab Mila dengan gaya seperti mengunci mulut.Rahasia apa yang disembunyikan Mila dan Mimiku? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang aneh dari jawaban Mila. Apakah mereka kompak melakukan sesuatu terhadap Luna? Kenapa perasaanku tidak enak. Aku takut Mimi melakukan suatu kejahatan yang lebih besar dari menjual Luna ke Mas Bayu.“Rahasia apa, Mila?” Aku terus bertanya berharap mendapatkan informasi jelas.“Nggak boleh, Rio. Ini rahasia, aku takut ketahuan, aku takut ....” Mila merengek.“Ceritakan apa yang kamu dan Mimiku lakukan pada Luna? Ceritakan Mila!” Suaraku sedikit lantang.“Nggak mau! Aku takut, aku takut!” Mila berteriak setelah kudesak. “Pergi! Pergi kalian! Aku tidak mau kalah, aku tidak akan
Part 74Pov Dona.Ternyata dia cerdik juga, dia bisa membaca keinginan dan langkahku. Mungkin karena berita kebakaran perusahaan Rio yang tersebar di koran-koran sehingga dia tahu bahwa putraku bangkrut. Dia mau mengajukan syarat kalau Rio diberikan modal usaha? Syarat apa yang diinginkan wanita ini.“Syarat apa yang Bu Mariya mau dariku?” tanyaku penasaran dengan kata-katanya.Dia tersenyum dan meletakkan minuman kaleng di atas meja, kakinya disilang dan tersenyum menatapku. “Aku mau surat-surat rumah dan tanah bekas kebakaran, semuanya aku yang pegang,” kata Mariya.“Itu bukan syarat, tapi aku menggadaikan rumah dan tanahku kepadamu,” ucapku sedikit meninggi.“Aku tidak memaksamu, Bu Dona. Silahkan kamu gadaikan ke bank dengan bunga tinggi, aku tidak minta bunga ataupun dilebihkan dari nominal yang aku pinjamkan,” jelas Mariya.Rio sangat butuh modal usaha, aku sudah tidak punya apa-apa lagi untuk modal. Dia benar juga, kalau aku memegangkan surat rumah dan tanah kepada Mariya, aku
Part 75Pov Dona.“Jangan tinggalkan aku, Dona, Dona! Dona! ....” teriakan suamiku semakin jauh dan hilang, mobilku di laju semakin jauh dan aku tidak melihatnya lagi di kaca spion saat menyetir mobil.Dasar lelaki tidak berguna! Bisanya hanya menceramahiku saja. Apa lagi yang harus aku pertahankan darinya, aku sudah bosan dan muak melihatnya. Kalau bukan karena Rio, sudah lama aku buang. Hidupku saja sudah susah mencari uang, dia hanya bisa ngomong tanpa memberiku solusi. Aku sangat kesal mendengar celotehnya.Sepertinya aku harus menerima tawaran Mariya. Aku akan menyerahkan semua surat-surat rumah dan tanahku. Saat Lani sudah resmi menjadi minantuku, aku akan merebut kembali punyaku tentunya tanpa harus membayar hutang.Rumah terlihat tenang setelah aku membuang lelaki tidak berguna itu. Aku juga harus menenangkan diriku berfikir langkah apa yang akan aku lakukan sebelum menyerahkan surat rumah dan tanahku. Aku mau mendapatkan uang banyak, tentunya uang Mariya.“Mbok!” teriakku me
Part 76Aku melaju mobil secepatnya pulang. Rasanya aku tidak sabaran ingin minta tolong kepada orang yang telah menyelamatkanku, aku tidak bisa bergerak sendiri mencari keberadaan Ayah, kota ini sangat besar, aku juga takut kalau Ayah di bunuh atau di asingkan di tempat lain, entah kenapa pemikiranku jadi sangat buruk terhadap Dona karena mengingat kejadianku dulu dan sedikit cerita masa lalunya dengan orang yang menyelamatkanku. Mudah-mudahan Ayahku masih dalam keadaan baik-baik saja. Aku menyesal, kenapa aku membiarkan Ayah tetap bersama Dona, padahal aku tahu dia bukan manusia yang baik. Ayah ....Setelah memakir mobil, aku secepatnya masuk ke dalam rumah. Aku tidak melihat keberadaannya di rumah, bahkan kamarnya juga kosong, di mana dia? Aku sangat membutuhkan pertolongannya.“Non Lani cari apa?” tanya pembantu kepadaku saat aku sibuk memeriksa semua ruangan di kamar.“Nyonya Mana?” tanyaku.“Nyonya barusan pergi, tapi tidak bilang ke mana,” jawab pembantu rumah ini.Kemana dia p
part 112Pov Bayu"Luna! Luna!" teriakku memanggilnya saat dibawa menuju ruangan operasi."Bunda, Bunda mm." Caca menangis melangkah di sampingku."Tolong tunggu di luar, Pak," ucap dokter sambil menutup pintu ruangan operasi.Aku terdiam menatapnya hilang di balik pintu. Rasanya aku menyesal, aku salah. Ya Tuhan tolong maafkan aku."Tenang Bayu, Luna pasti sembuh, dia pernah mengalami yang lebih parah dari ini, dia pasti kuat." Mis Riya menyentuh lenganku."Ini salahmu! Kamu seharusnya melundungi putriku, tapi apa? Demi putrimu yang gila itu, Caca hampir jadi korban, dan sekarang Luna, Luna pasti ...." Tak sanggup kuungkapkan. Membayangkannya saja hatiku pilu."Papa, ini salahku, Bunda ingin menolongku, Pa ...." Caca menangis, aku memeluknya. "Aku menyesal tidak dengarkan Bunda, aku menyesal, Pa." Dalam pelukkan pun Caca masih menangis."Sebaiknya selidiki kasus ini. Rumah sakit yang penjagaanya ketat, kenapa pasien bisa memiliki pisau, ini sangat aneh," ucap teman Rio. Kalau bukan k
part 111Pov Mis RiyaAstaga, kenapa Mila bisa punya pisau. Ini rumah sakit dan ada penjagaan. Tidak mungkin ini kebetulan. Kulihat Mila juga mengamuk seakan takut Caca direbut, ini seperti ketakutan Bayu direbut Luna."Mama Mila ..., jangan lukai aku." Caca menangis ketakutan. Pisau sangat dekat di lehernya, melawan sedikit saja, dia pasti terluka, atau bahkan bisa mati. Mila tidak terkendali."Tenang lah Caca sayang, Mama Mila sayang Caca ..., Mama Mila tidak mau Caca direbut wanita itu." Mila memeluk Caca meskipun pisau tetap ditodongkan. Sesekali dia juga mengecup kepala Caca. Mungkinkah ini bentuk sayang tak wajar."Tolong lakukan sesuatu! Jangan sampai Caca terluka." Aku gemetar. Aku takut Caca terluka."Tunggu, Bu. Dokter yang biasa menangani sedang menuju ke sini," jawab seorang perawat."Kenapa lama sekali?""Sabar, Bu. Sebentar lagi juga datang."Sabar? Ini keadaan darurat. Caca bisa terluka, orang gila tak akan dihukum. Bayu, aku akan menghubunginya.Aku beranjak dari kama
part 110"Aku akan masuk bersama Caca, aku harap kamu tidak keberatan menunggu di luar," ucap mis Riya menatapku di spion tengah depan setelah mobil di parkir.Aku membuang nafas besar dan berkata, "Boleh aku masuk melihat Mila?"Mis Riya memalingkan wajah ke belakang. Aku menyambutnya dengan menatap."Kamu, kamu tidak serius 'kan?" Mis Riya tampak ragu."Apakah aku sedang bercanda?" tanyaku balik."Bunda samaku aja menemui Mama Mila," timpa Caca terlihat senang dengan niatku."Kamu tahu pemicu Mila sakit? Tentunya melihatmu, Luna.""Lihat Caca, dia mirip denganku.""Sebaiknya tidak usah, lagian ini proses penyembuhan. Maafkan aku Lun, aku tidak bisa menuruti kemauanmu.""Ya sudah, aku akan menunggu di luar."Kami ke luar dari mobil. Sampai di depan rumah sakit, aku memilih duduk di ruang tunggu. Mis Riya dan Caca masuk ke dalam mengunjungi Mila.Aku bermain ponsel menunggu. Duduk sendiri, hari ini pengunjung rumah sakit tampak sepi. Entah kenapa teringat Rio. Dia melamarku tapi belum
part 108 PERMAINAN SUAMI DAN IBU TIRI "Bayu! Kamu harus ingat kalau sekarang kamu suami Mila, aku ingin kamu sepenuhnya membuat Mila sembuh!" Mis Riya berteriak hingga suara lelakinya keluar. Dia tidak suka saat Bayu masih mengharapkanku. Aku tidak peduli. Bagiku Caca yang terpenting. "Luna, sebelum terlanjur, mari kita menikah lagi," ajak Bayu, tangaku belum juga dilepas. "Lepaskan aku, Mas." "Tidak, aku tidak akan biarkan kamu bersamanya! Kamu harus ingat, Rio putra kandung Dona." "Bayu! Kamu lupa dengan kesepakatan kita?" Mendadak Bayu melepaskan tanganku setelah Mis Riya berucap. Dia menatap seperti enggan jauh dariku. "Kamu ingat saat mempermainkan hidupku dulu. Kamu membeliku agar bisa rujuk dengan Mila dan mendapatkan sepenuhnya warisan ibumu. Sekarang, sekarang kamu menjual dirimu sendiri. Dunia berputar, karma lambat laun akan terjadi." Bayu diam dan terus menatapku. Kupalingkan muka ke mis Riya, lalu aku berkata, "Mis Riya, mungkin kamu berhasil mempermainkan hidup
part 107Pov Rio"Kamu kenapa, Rio?" tanya nenek terkejut melihat cangkir pecah di dekat kaki Rio."Oh, maaf, Nek, aku tidak sengaja," jawabku berusaha memungut kepingan cangkir."Tidak usah, Rio, biar nanti pembantu yang membersihkan, sekarang kita duduk di teras belakang aja, biar bisa memanjakan mata melihat taman," ucap Nenek."Luna, ayo," ajak nenek ke Luna."Iya Nek," jawab Luna lalu melangkah di hadapanku. Sekilas dia melempar senyum padaku. Hati ini berdetak tidak karuan."Kapan datang, Bro?" tanya Jovi merangkul pundakku. Kami melangkah ke teras belakang."Barusan, aku mau bicarakan masalah proyek pembangunan sepuluh ruko itu. Ini aku bawakan anggaran biayanya," jawabku sambil membuka file di ponsel."Udah, nanti aja, kita minum kopi dulu."Di teras belakang kami duduk sambil menikmati kopi hangat. Luna terlihat sangat akrab dengan nenek Jovi. Sepertinya nenek sangat menyukai Luna. Kelembutan tutur katanya dan caranya membawakan diri sangat mudah mendapatkan teman. Rasanya ak
part 106Pov BayuAku sudah dibutakan cinta dan hasrat. Aku tidak terima jika Luna menjadi milik lelaki lain. Dia harus jadi milikku! Akulah lelaki yang pertama menikahinya serta yang pertama menyentuhnya."Kamu tidak pernah berubah, Mas," ucap Luna berlalu masuk ke kamar.Aku meratapi diriku. Baru kali ini aku merasakan cinta teramat dalam pada seorang wanita. Aku dipermainkan oleh hasil permainanku sendiri. Usahaku selama ini tidak bisa meluluhkan hatinya. Justru kesalahan dan pemaksaan yang kuhadirkan. Apakah ini yang dinamakan gila karena cinta? Bodohnya aku.Aku kembali duduk di sofa. Nafasku besar dan perasaanku tidak karuan. Luna menolakku, Luna menjauhiku, Luna tidak mencintaiku. Sakitnya ....***"Papa, Papa bangun."Terdengar suara Caca membangunkanku. Aku berusaha membuka mata. Kulihat Caca berdiri di sampingku."Apa, Sayang," jawabku menyeringit."Aku mau ke rumah sakit."Aku bangkit dan duduk. Ternyata aku tertidur di sofa. Kulihat Caca menyandang tas dan sudah siap-siap
Part 105Pov RioHati ini berdetak kencang melihat mata itu menatapku. Rindu menggebu tapi aku terpaksa kutahan, aku belum punya nyali sebelum dia kuhalalkan. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi aku akan melamarnya."Luna, kamu ...." Mas Bayu gugup karena tiba-tiba Luna muncul dari pintu. Tadinya dia bilang Luna di desa. Apakah ini akal-akalan Mas Bayu karena menyadari kami sekarang saingan. Lucu juga, aku bersaing dengan mantan suaminya."Ada apa, Rio?" tanya Luna kepadaku."Aku ... aku ingin bertemu untuk menanyakan kabar Ayah," jawabku mencari alasan."Untuk apa kamu menanyakan Ayah Luna? Ada urusan apa? Bukankah ibumu sudah mencampakkan Ayah Luna!" Mas Bayu terlihat sangat kesal.Aku melangkah mendekati Luna. Posisiku sekarang di depan Luna, sedangkan Mas Bayu di samping di antara kami."Mas Bayu, aku pernah hidup bersama Ayah, dan sampai sekarang hubungan kami baik-baik saja, apakah ini masalah bagimu, Mas?" Aku berusaha mencari kata-kata agar mas Bayu mati kutu. Aku tidak suka dia
part 104Kenapa aku berjumpa lagi dengan lelaki norak ini. Aku tidak ingin berdebat ataupun meladaninya. Hatiku sedang kacau, aku merasa ini tidak adil. Bapak kandung anakku sangat tega melukai hatiku hanya demi uang agar bisnisnya lancar. Dan putriku juga menginkan wanita yang ingin membunuhku beberapa tahun yang silam. Aku merasa takdir tidak adil padaku. Apa salahku? Aku dipermainkan. Tidak adakah pertolongan yang ikhlas? Aku selalu di tekan karena hutang nyawa. Aku harus bertindak."Kamu sendirian?" tanya lelaki norak ini ikut duduk di bangku di dekatku.Aku diam tidak memperdulikannya. Lagian aku tidak tertarik untuk basa basi."Wanita galak, selain sombong kamu juga wanita yang tidak bisa menghargai orang."Aku memalingkan mata menatapnya. "Urus urusanmu, jangan ganggu aku." Aku bangkit melangkah dan ingin menjauh. Padahal aku sudah berpindah duduk, dia masih juga menggangguku."Ok ok, padahal aku hanya ingin berteman dengan wanita sombong sepertimu. Jarang-jarang loh, aku yang
part 102Pov Rio.Aku tidak menyangka melihat Luna di sini. Dia sendirian duduk seperti memikirkan sesuatu, kulihat Caca tidak bersamanya. Kapan dia balik ke kota ini? setahuku dia menetap di desa."Luna," ucapku tetap menatapnya."Hey, Bro! Kamu kenal dengan wanita sombong ini?" tanya Jovi kepadaku."Apa Jov? dia bernama Luna," jawabku, lalu melangkah mendekati Luna.Jantungku berdetak kencang. Mata itu menatapku hingga sulit bagiku menahan rasa di dada. Jujur, aku sangat merindukannya, tapi aku belum berani melamarnya karena aku masih mempersiapkan diri menata masa depanku. Semua semangat dan tujuanku juga untuknya, hanya untuk Luna."Hay Rio," sapa Luna lembut, lalu berdiri.Sebenarnya aku ingin memeluknya melampiaskan kerinduanku. Tapi aku takut dia menolak dan tidak menyukainya, dengan melihatnya saja itu sudah cukup."Hey, Bro! Kamu kenapa seperti terhipnotis dengan wanita sombong ini?" Jovi mendekat dan menepuk pundakku."Rio, siapa pria sombong ini? Tolong bilang padanya, jadi