pov Azzura
Semua orang tampak menunggu aku angkat bicara setelah mendengar ungkapan Vano barusan, satu persatu aku pandangi wajah mama dan papa, sedikit aku hela nafas berat dan coba menggetarkan bibirku.
“Aku, tidak ingin bahas ini dulu, bagiku sekarang, kesembuhanku adalah hal yang utama.”ujarku, semua tampak paham.“Mungkin Zura benar Vano.”singkat papa. Rivano hanya bisa mengangguk pelan aku mendegup dan dengan gundah.“Iya om, saya juga tidak ingin terburu-buru.’’ucapnya pelan aku hanya diam dan coba mengalihkan pembicaraan itu.“Bagaimana keadaan kantor?”tanyaku, dia menarik ujung bibirnya untuk tersenyum dan berkata.“Baik, semua baik-baik saja.”ucapnya, aku mengangguk dengan senyum.“Makasih ya,”lirihku, dia hanya diam.“Semuanya, aku harus izin pulang.”timpal bang Azzam berdiri dan mendekat pada kami. Aku dan Vano tersenyum dengan senyum hangat dia menepuk pundak Vano.“ATBC
POV ARGA Nuansa café ini terasa kurang berkesan saja secara aku ingin special di kebersamaan pertama ini, secara dia model cantik nan muda, ini kesempatan yang berharga bagiku untuk bisa lebih dekat dengannya entah kenapa aku sekarang suka gadis-gadis cantik, suasana baru dan sensasi baru sepertinya aku harus mulai memikirkan wanita lain untuk bersedia mengandung anakku, 5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk aku berusaha sabar menunggu kabar baik dari Natsya,tapi sepertinya dia hanya akan jadi pajanganku selamanya,sedikit di sayangkan, sampai detik ini aku belum bisa mengusai segilintir dari kekayaan orang tuanya aku harus dapatku dulu itu jika ingin minggat dari sana, bersyukur sih sekarang aku punya investasi untuk tabunganku sendiri. Setidaknya nanti aku bisa punya rumah dan tabungan keuangan untuk diriku sendiri, tapi sebelum itu aku harus bujuk natsya untuk dapatkan bagiannya. Sebelum nanti keturunan Azzam mendapatkannya, mas Bima dan bayu sudah menjadi pembisnis ha
POV FERI. Besok adalah hari penjadwalan operasinya ada kecemasan yang mendalam karna aku sangat menyayangi keduanya, aku baru saja bertemu Zura setelah sekian tahun dan Azzam baru saja menjalani kehidupan barunya, semoga operasi ini berjalan dengan lancar dan keduanya baik-baik saja, entah kenapa dari tadi aku tak bisa berpikir dengan jernih. “Papa.”sapa Ina aku menoleh dengan wajah sendu menyambut dia datang. “Ya sayang?” “Papa kenapa jam segini belum tidur?”ucapnya lirih memandang mata sembari iku menghenyak, sedikit aku tarik ujung bibir untuk tersenyum. “Aku hanya mengkhawatirkan hari esok.”ucapku pelan, perlahan Ina mengelus bahuku dan berkata. “Semuanya akan baik-baik saja pah, lebih baik sekarang kamu istirahat mungkin kita akan sangat sibuk seharian di rumah sakit.”ujarnya, aku menghela nafas dan mengangguk rasa cemas itu masih menyelimutiku. Dengan gontai aku ikuti langkah Ina menuju ranjang
POV INA. Malam berkunjung Mas Feri harus tetap di rumah sakit menjaga Azzam dan Zura, walau operasinya berjalan dengan lancar, tapi kecemasan Naira belum juga usai karna Azzam sempet koma beberapa saat sebelumnya, sebenernya aku masih ingin disana menemani putra putriku namun keedua gadis kecilku dan putra Zura sangat kelelahan mereka butuh istirahat dan tidur di kamar dengan nyenyak. “Mama…”lirih suara Aldo merintih didalam tidurnya sedikit aku beringsut dan menggapai badanya di atas ranjang tak jauh dari ranjang kedua putriku, aku mendatanginya tengah tampak gelisah. Perlahan aku menghenyak dan mengelus dahinya. “Mama Hiks..’’tangisnya. “Al, kamu kenapa? Oma disini.’’lirihku mengelus pipinya lembut. Perlahan matanya terbuka. “Aldo kangen mama.’’lirihnya menangis aku mendekap dan ikut berbaring di samping anak itu tidur, senyum hangatku membingkai saat melihat Aldo junior itu cemas wajah ini mengingatkan aku seseorang yang tid
POV VANO Setelah menyiapkan urusan kantor, aku bergegas mendatangi rumah sakit. Aku tidak tidur semalaman karna mencemaskan operasi Zura yang tengah berlangsung. Sesampai di ruangannya aku terkejut melihat Dokter tergesa-gesa memindahkannya ke ruang ICU dengan panik aku mendekat. "Apa yang terjadi."lirihku coba mengikuti perawat dan Suster mendorong ranjang tidurnya, aku lihat mama Ina tampak merintih mengelus dahi putrinya itu. "Zura, kamu bisa denger mama kan nak? "ujarnya merengek. Aku hanya nanar sembari langkahku terus saja mengikuti gerak beberapa Suster mendorong ranjang pasien itu namun langkah kami terhenti saat sampai di pintu. "Tolong tunggu disini. "pinta mereka menutup pintunya, Rintihan tante Ina semakin histeris bertumpu pada dinding. Aku membantunya untuk duduk di kursi tunggu. "Putriku, dia sudah sangat menderita, aku tak sanggup lagi jika dia harus menderita lebih lama lagi, kasian putranya. "rintihnya, ma
POV SHANUM. “Semuanya gak semudah itu Shanum.”ejek Arga saat kami makan siang bareng selesai brak shotting iklan. “Apa kamu fikir mertuaku akan percaya begitu saja padamu? Azzam itu pe hipnotis terhebat, pak Broto sangat menyayanginya.”ujarnya , aku berdesih dan bersandar kesandarab kursi “Lantas sekarang kita harus bagaimana?”tannyaku dengan nafas berat. “Kamu cukup serahin aja semuanya padaku.’’ucapnya untk sejenak aku diam dan menatap manik matanya lekat. “Apa yang akan kamu lakukan?”tanyaku. “Seperti apa yang kamu inginkan, kamu ingin membentuk perpecahan di antara pengantin baru itu. bahkan aku bisa membuat mereke berpisah.”ujarnya, sedikit akuu tersenyum tipis. “Caranya?” “Kamu gak usah fikirkan itu, walau pak Broto tidak memperlakukan aku dengan adil,. Tapi dia mempercayai setiap omomganku.”ucapnya, untuk sejenak aku tertegun yang dia katakana ada benarnya juga,
POV ARGA. Hari ini rencananya aku mau cek in hotel di bali,semoga saja Arumi senang dengan keputusan liburan selama tiga hari sebelum nanti ia disibukkan dengan rutinitas pekerjaanya disini. “Mas,”sapa natsya saat aku sibuk mengotak-atik ponselku mengirimi model cantik itu pesan. “Apa.”singkatku menyahut ‘Kamu bukannya libur beberapa hari, kita liburan yuk mas.’’rengeknya,sedikit aku buang nafas dan menoleh padanya. “Gak bisa, aku ada bisnis gitu ke luar kota, lain kali aja ya.”ujarku, dia tampak manyun dan aku tak peduli, segera aku berdiri dan turun kebawah untuk bisa menghubungi Arumi. “Berlibur dengannya? Jelas-jelas gak ada hasil, lebih bak aku bersenang-senang aku lelah jadi budak Broto.”gerutuku berbisik menuruni tangga, kucoba menghubungI Arumi di taman. Tuuuuut… Panggilan itu terdengar tersambung. “Halo.’’ “Hallo cantik.”sapaku, dari sana terdengar terkekeh
POV SHANUM. Aku harus bagaimana sekarang aku sudah terlanjur bersama Arga di hotel ini, entah kenapa aku rasa dia menjebakku, seharusnya aku tidak bodoh. Sebelumnya dia sudah katakan bahwa dia menyukaiku, dia pria berkeluarga, apalagi yang di incar pria beriistri? kalau bukan sensasi ranjang dengan wanita yang lain.. “Tidak, aku tidak boleh goyah, aku tidak mau punya nasib konyol jika harus buka segel untuk Arga.”gerutuku coba berdiri dari lamunanku menatap laut tenang dari tadi di balkon kamar hotel ini sudah malam namun pria itu belum juga kembali. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar akhirnya ku putuskan untuk cari Arga di luar. “Sedang apa kamu disini?”tanyaku saat dia dudu beralaskan pasir memandangi pemandangan laut di malam hari itu. “Aku sedang meratapi kebodohanku, tadinya aku fikir kamu juga menyukaiku Arumi ternyata tidak, katakana kenapa kamu berbohong.”ucapnya atanpa menoleh padaku aku menghela nafas dan ikut me
POV SHANUM. Aku harus bagaimana sekarang aku sudah terlanjur bersama Arga di hotel ini, entah kenapa aku rasa dia menjebakku, seharusnya aku tidak bodoh. Sebelumnya dia sudah katakan bahwa dia menyukaiku, dia pria berkeluarga, apalagi yang di incar pria beriistri? kalau bukan sensasi ranjang dengan wanita yang lain.. “Tidak, aku tidak boleh goyah, aku tidak mau punya nasib konyol jika harus buka segel untuk Arga.”gerutuku coba berdiri dari lamunanku menatap laut tenang dari tadi di balkon kamar hotel ini sudah malam namun pria itu belum juga kembali. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar akhirnya ku putuskan untuk cari Arga di luar. “Sedang apa kamu disini?”tanyaku saat dia dudu beralaskan pasir memandangi pemandangan laut di malam hari itu. “Aku sedang meratapi kebodohanku, tadinya aku fikir kamu juga menyukaiku Arumi ternyata tidak, katakana kenapa kamu berbohong.”ucapnya atanpa menoleh padaku aku menghela nafas dan ikut me