POV INA.
Malam berkunjung Mas Feri harus tetap di rumah sakit menjaga Azzam dan Zura, walau operasinya berjalan dengan lancar, tapi kecemasan Naira belum juga usai karna Azzam sempet koma beberapa saat sebelumnya, sebenernya aku masih ingin disana menemani putra putriku namun keedua gadis kecilku dan putra Zura sangat kelelahan mereka butuh istirahat dan tidur di kamar dengan nyenyak.
“Mama…”lirih suara Aldo merintih didalam tidurnya sedikit aku beringsut dan menggapai badanya di atas ranjang tak jauh dari ranjang kedua putriku, aku mendatanginya tengah tampak gelisah. Perlahan aku menghenyak dan mengelus dahinya.“Mama Hiks..’’tangisnya.“Al, kamu kenapa? Oma disini.’’lirihku mengelus pipinya lembut. Perlahan matanya terbuka.“Aldo kangen mama.’’lirihnya menangis aku mendekap dan ikut berbaring di samping anak itu tidur, senyum hangatku membingkai saat melihat Aldo junior itu cemas wajah ini mengingatkan aku seseorang yang tidTBC
POV VANO Setelah menyiapkan urusan kantor, aku bergegas mendatangi rumah sakit. Aku tidak tidur semalaman karna mencemaskan operasi Zura yang tengah berlangsung. Sesampai di ruangannya aku terkejut melihat Dokter tergesa-gesa memindahkannya ke ruang ICU dengan panik aku mendekat. "Apa yang terjadi."lirihku coba mengikuti perawat dan Suster mendorong ranjang tidurnya, aku lihat mama Ina tampak merintih mengelus dahi putrinya itu. "Zura, kamu bisa denger mama kan nak? "ujarnya merengek. Aku hanya nanar sembari langkahku terus saja mengikuti gerak beberapa Suster mendorong ranjang pasien itu namun langkah kami terhenti saat sampai di pintu. "Tolong tunggu disini. "pinta mereka menutup pintunya, Rintihan tante Ina semakin histeris bertumpu pada dinding. Aku membantunya untuk duduk di kursi tunggu. "Putriku, dia sudah sangat menderita, aku tak sanggup lagi jika dia harus menderita lebih lama lagi, kasian putranya. "rintihnya, ma
POV SHANUM. “Semuanya gak semudah itu Shanum.”ejek Arga saat kami makan siang bareng selesai brak shotting iklan. “Apa kamu fikir mertuaku akan percaya begitu saja padamu? Azzam itu pe hipnotis terhebat, pak Broto sangat menyayanginya.”ujarnya , aku berdesih dan bersandar kesandarab kursi “Lantas sekarang kita harus bagaimana?”tannyaku dengan nafas berat. “Kamu cukup serahin aja semuanya padaku.’’ucapnya untk sejenak aku diam dan menatap manik matanya lekat. “Apa yang akan kamu lakukan?”tanyaku. “Seperti apa yang kamu inginkan, kamu ingin membentuk perpecahan di antara pengantin baru itu. bahkan aku bisa membuat mereke berpisah.”ujarnya, sedikit akuu tersenyum tipis. “Caranya?” “Kamu gak usah fikirkan itu, walau pak Broto tidak memperlakukan aku dengan adil,. Tapi dia mempercayai setiap omomganku.”ucapnya, untuk sejenak aku tertegun yang dia katakana ada benarnya juga,
POV ARGA. Hari ini rencananya aku mau cek in hotel di bali,semoga saja Arumi senang dengan keputusan liburan selama tiga hari sebelum nanti ia disibukkan dengan rutinitas pekerjaanya disini. “Mas,”sapa natsya saat aku sibuk mengotak-atik ponselku mengirimi model cantik itu pesan. “Apa.”singkatku menyahut ‘Kamu bukannya libur beberapa hari, kita liburan yuk mas.’’rengeknya,sedikit aku buang nafas dan menoleh padanya. “Gak bisa, aku ada bisnis gitu ke luar kota, lain kali aja ya.”ujarku, dia tampak manyun dan aku tak peduli, segera aku berdiri dan turun kebawah untuk bisa menghubungi Arumi. “Berlibur dengannya? Jelas-jelas gak ada hasil, lebih bak aku bersenang-senang aku lelah jadi budak Broto.”gerutuku berbisik menuruni tangga, kucoba menghubungI Arumi di taman. Tuuuuut… Panggilan itu terdengar tersambung. “Halo.’’ “Hallo cantik.”sapaku, dari sana terdengar terkekeh
POV SHANUM. Aku harus bagaimana sekarang aku sudah terlanjur bersama Arga di hotel ini, entah kenapa aku rasa dia menjebakku, seharusnya aku tidak bodoh. Sebelumnya dia sudah katakan bahwa dia menyukaiku, dia pria berkeluarga, apalagi yang di incar pria beriistri? kalau bukan sensasi ranjang dengan wanita yang lain.. “Tidak, aku tidak boleh goyah, aku tidak mau punya nasib konyol jika harus buka segel untuk Arga.”gerutuku coba berdiri dari lamunanku menatap laut tenang dari tadi di balkon kamar hotel ini sudah malam namun pria itu belum juga kembali. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar akhirnya ku putuskan untuk cari Arga di luar. “Sedang apa kamu disini?”tanyaku saat dia dudu beralaskan pasir memandangi pemandangan laut di malam hari itu. “Aku sedang meratapi kebodohanku, tadinya aku fikir kamu juga menyukaiku Arumi ternyata tidak, katakana kenapa kamu berbohong.”ucapnya atanpa menoleh padaku aku menghela nafas dan ikut me
POV SHANUM. Aku harus bagaimana sekarang aku sudah terlanjur bersama Arga di hotel ini, entah kenapa aku rasa dia menjebakku, seharusnya aku tidak bodoh. Sebelumnya dia sudah katakan bahwa dia menyukaiku, dia pria berkeluarga, apalagi yang di incar pria beriistri? kalau bukan sensasi ranjang dengan wanita yang lain.. “Tidak, aku tidak boleh goyah, aku tidak mau punya nasib konyol jika harus buka segel untuk Arga.”gerutuku coba berdiri dari lamunanku menatap laut tenang dari tadi di balkon kamar hotel ini sudah malam namun pria itu belum juga kembali. Aku tidak bisa berdiam diri di kamar akhirnya ku putuskan untuk cari Arga di luar. “Sedang apa kamu disini?”tanyaku saat dia dudu beralaskan pasir memandangi pemandangan laut di malam hari itu. “Aku sedang meratapi kebodohanku, tadinya aku fikir kamu juga menyukaiku Arumi ternyata tidak, katakana kenapa kamu berbohong.”ucapnya atanpa menoleh padaku aku menghela nafas dan ikut me
POV AZZURA. Entah sudah berapa lama aku pandangi foto om Aldo di sudut kamar ini, mataku terasa basah dan dadaku terasa tersayat, bertahun-tahun aku bahagia dalam kesendirian mencintainya hanya begitu caraku untuk membiarkannya tetap hidup di sanubariku, tapi hari ini aku di landa dilemma yang begitu besar. Sangat sulit bagiku untuk bisa menerima cinta Vano, akankah aku khianati cintanya om Aldo dan menerima keponakannya? Terasa sangat tidak etis, aku benar-benar di hantui rasa bersalah yang luar biasa. “Mama.”sapa putraku saat memasuki kamar reflek aku menoleh padanya dan menyunggingkan senyum. “Ya sayang?” “Mama, apa kita akan tinggal disini selamanya?”tanya bocah kecil itu, menggapai badannya dan berkata. ‘Kenapa sayang? Kamu tidak betah disini?’’ tanyaku, reflek dia menggeleng. “Disini tidak ada foto papa, Al. tidak bisa menyapa papa saat bangun tidur ataupun hendak pergi.”tuturnya, sontak aku ter
POV ARGA. ‘’Arumi, kita tinggal satu hari lagi di bali, apa kamu akan habiskan hari-hari kita dengan seperti ini?’’tanyaku pada Shanum. Sedikit wanita itu berdengkus dan beriyak menolehkan lehernya padaku, “Kita mau apa?”tanyanya datar, aku mendegup dan mendekat sembari menghela nafas berat. “Aku tidak tau bagaimana caranya meminta maaf, cuman sekarang aku akan buktikan bahwa aku akan lakukan apa saja membuat kamu bahagia dan mengerti kalau aku kan bertanggung jawab.”jelasku, sedikit ia hela nafas sesak dan memperbaiki duduknya. “Tanggung jawab? Untuk dua wanita begitu?”tanyanya, dengan datar, kembali aku menelan liur dan dengan kikuk meramas bahunya, ku coba tatap matanya lekat bahwa aku sangat ingin membuat dia mengerti bahwa aku sangat mencintainya.. “ Maaf..”hanya kata itu yang terlontarkan olehku, dia berdesih menepis tanganku. “Setelah sampai di Jakarta, nikahi aku. Atau lupakan saja aku selamanya. Aku tidak ingin mengenalmu lagi
POV SHANUM. Azzam harus bisa membayar semua penderitaan ini, aku menyalahkan dia atas apa yang menimpaku, apapun terjadi ini semua harus setimpal, dia tak boleh tenang-tenang saja. Segala hura hara dan penderitaanku tak luput dari keangkuhannya, siapa dia yang harus tenang saja menghancurkan hatiku berkali-kali. Drrrrrrrtt…. Bunyi ponselku berdering lamunanku buyar dan menoleh ke nakas dimana ponselku berada dengan lesu aku menjangkaunya. Aku lihat Arga yang menghubungiku. Sedikit aku berdesih dan menempelan ponse itu ke telinga. “Apa ada informasi pentiing?”tanyaku datar. “Ada, aku tak bisa datangkan bapak Aldo di pertemuannya tapi setidaknya aku bisa rekomendasikan kamu pada managernya Vano,”jelasnya aku diam dan berfikir sejenak. “Baik, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan kak Vano.”balasku. “Bersiaplah sore ini.”titahnya “Okey..”singkatku lirih. Sore yang di tunggu itu datang jua, Arga men