Tuuuuuut... Tuuuuut
Berkali-kali aku menghubungi nomor ibuk tapi belum di respon, setelah tadi aku tanya ke mama, Mas Feri tidak datang kesana. Dan sekarang aku yakin dia pasti ke tempat ibuk. Satu hal yang masih terganjal di hatiku yaitu kenapa mas Feri bisa mengingat semuanya tiba-tiba, atau jangan-jangan selama ini dia tidak pernah melupakan semua itu, aku berdesih saat membayangkan sepanjang perjalanan yang panjang ini, mas Feri masih mengingat semuanya dengan baik. Pelik dan berlikunya masalah rumah tangga kami di hari lalu, dan yang terburuk adalah. Aku tidak memendam semua rasa bersalah itu sendiri. Melainkan mas Feri masih bisa mengingatnya.
"Oh Tuhan..."lirihku menyibak belahan rambutku dan kembali coba menghubungi nomor mas Feri dan ibu kandungku itu. Semoga saja dia disana.
Tuuuuuut Tuuuuut.
Untuk kesekian kalinya baru bisa di angkat.
"Halo nak maaf hapenya tak tinggal ke waruPOV FERI.Kenapa semua ini terasa tidak adil, Apakah sebenarnya yang terjadi pada Ina, apa dia tidak mencintaiku sebesar aku mencintainya, segalanya telah aku usahakan hanya untuk dirinya seorang, tapi baginya memegang kepercayaanku saja dia tidak bisa, begitu dalamkah kenangan dan segala tentag Aldo hingga dia tidak bisa hapuskan semua itu, seperti aku yang mengikis habis segalanya tentang Rara, apa ini? Aku meragukan istriku kenapa dia selalu membuat aku merasa kalau dia tidak mencintaiku. Belum habis sakitku saat setiap detik aku harus terluka jika mengingat ada pria lain yang telah menjamahi tubuh istriku dengan leluasa. Tapi Ina bukan berusaha menghapusnya tapi malah hidup dalam kenangan itu tanpa sepengetahuanku, saat aku sendiri berfikir dia tersiksa dengan rasa bersalahnya tapi aku salah. Dia bahagia Dengan kenangan itu. Atau mungkin dia merindui pria itu, diam-diam dia buat celah agar pria itu dekat dengan anak-anakku."Aku
Aku kembali ke hotel tempatku menginap, sedikit aku menghela nafas, ada apa dengan hatiku setelah bertemu Rara tadi, gak aku gak boleh begini kecewa karna kesalahan Ina bukan berarti aku harus mematik api dalam relungku, semua itu sudah sangat lama berlalu aku harus bisa menyikapi ini lagi pula diapun sudah berkeluarga dan mempunyai Anak dengan Bagas. Tentu saja dia sangat bahagia.Drrrrrrrrt Drrrrt.Bunyi ponselku bedering, sigap aku angkat da berkata."Ya hallo.""Bapak, kapan bisa kekantor kita harus menemui meeting dan tanda tangani beberapa kontrak."ujarnya, aku menghela nafas dan berkata lagi."Emangnya Ina gak datangi kantor apa?"tanyaku."Tidak pak."singkatnya. Aku berdengus memijit kepalaku, kenapa dia memilih bodo amat dengan kantor, dia tau kalo aku tidak bisa kembali dalam waktu cepat."Aku terpaksa harus kekantor."bisikku berdiri. Menyambar jasku kembali lagi keluar.Sesamp
Malampun datang, kami bertiga menikmati waktu bersama di Mall hingga makan makanan seafood kesukaan Shanum. Sejauh itu ai hanya bicara seperlu dan banyakin diam."Mimi capek ya?"tanya mas Bagas. Aku meoleh dan berkata pelan."Gak sih pah, cuman sedikit gak semangat aja gak tau kenapa."sahutku."Mimi dah minum vitaminnya belum?"tanyanya, aku coba megingat dan berkata."Kayaknya belum deh pi."ujarku."Tu kan pantes lemes. Ya udah habis ini kita gak usah kemana-mana kita langsung pulang saja ya."ujarnya aku mengangguk Shanum juga tampak perhatian."Mimi gak bilang sih, kalo mimi gak sanggup kita gak usah jalan, kan kasian juga dedek bayinya."ujarnya, aku tersenyum dan berkata."Gak apa sayang, biasa aja kok."ucapku mengelus perutku yang baru menginjak dua bulan ini. Setelah selesai makan kami seua bersiap hendak pulang, namun fokusku kembali buyar melihat dari kaca seseoranh tengah me
POV ALDO.Malampun datang, setelah menghabiskan sore hari ini ngeband dengan Rivano dan teman-temannya. mereka semua beristirahat hendak kembali pulang, tapi salah satu teman yang bareng Zura tadi tidak bisa mengantarnya lagi."Zura, aku gak bisa anter maaf ya. Karna gak mau puter arah lagi takut kejebak macet trus aku telat pulang. Mamaku bisa marah."ucap Celin, Zura tampak cemberut dan mengangguk.Drrrrrrrrt.Bunyi ponselnya Zura berdering."Ya mah,?""Kamu dimana, gak liat ini sudah jam berapa?"tanyanya, Zura tampak menjauhkan ponsel dari telinga dan berkata."Iya mah, bentar lagi nih OTW."sahutnya, aku tampak geleng-geleng dan mendekat saat Zura mematikan panggilannya." Apa perlu om antar lagi."tanyaku, reflek dia menggeleng dan berkata."Gak usah Om, ntar kalo Om yang antar. Besok-besok Zura gak bolehin ngeband lagi sama mama."ujarnya, sedikit aku menautkan alisku."
Keesokan paginya, saat mas Feri di kamar mandi aku iseng me cek ponselnya. hingga moodku langsung berubah saat melihat pesan Rara di akun IG nya mas Feri."Ini maksudnya apa cobak,"gerutuku sendiri walau mas Feri tidak membalasnya tetap aja aku bete.Trakt.Pintu kamar mandi terbuka, sontak aku menoleh pada mas Feri yang tampak fokus memgambil pakaiannya yang sudah aku siapkan dan memakainya."Mas, kamu dikirimin pesan apa ini sama Rara?"tanyaku."Iya tuh, mas juga bingung maksudnya apa."ujarnya aku cemberut bingung mau apakan ini ponsel rasanya greget aja."Kok kamu gak bilang sama aku sih mas?"keselku."Iya ini barusan mau bilang, tapi kamu duluan."ujarnya, aku kembali menggerutu."Ni beneran gak ada yang di hapus?"bentakku lagi."Ya kali mah, papa hapus sekalian hapus semuanya ngapain di tinggal satu?"ucapnya, aku sedikit menghela nafas dan fokus pada pesan itu. Ni orang maksu
POV AZZURA"Dari mana saja kamu Zura."ujar papa saat membukakan pintu, aku mendegup melihat sorot matanya dan berkata dengan gugup."Zz-ura ada kelas musik pah, waktu itu dah di izinin sama mama kok."ucapku terbata. Papa terdengar berdengus dan berkata."Sejak kapan mama boleh memberi keputusan? Kamu lihat sekarang jam berapa? Abangmu aja yang anak cowok dah dirumah jam segini."ujarnya, aku diam sembari melihat jam di tanganku."Baru juga setengah delapan pah."gerutuku."Sekarang masuk, dan mulai besok. Kamu gak boleh ikut kelas musik lagi."ucapnya aku mendegup dan sedikit cemas."Ih, papa kok gitu sih."rengekku."Masuk Zura!"ucapnya sedikit menghardik aku menghela nafas dan beranjak masuk sudah bisa aku lihat bang Azzam dan mama memandangku datar dari meja makan aku terdiam sejenak melihat mereka hingga Mama berkata."Buruan sini, kami semua menunggu kamu untuk makan malam."ujarnya, aku manyun dan b
POV RARAMalam ini aku terus saja pantengi layar pesan IGku, semenjak hari itu. Mas Fer membalas senyumku saat setelah melihat pesan, membuat aku tidak bisa tidur. Aku berharap dia akan membalasnya."P"Aku layangkan pesan singkat itu untuk menyapanya, hingga aku terkejut melihat mas Fer sedang mengetik. Aku harap-harap cemas apa yang akan dia katakan."Ya Rara?"tulisnya singkat, aku deg-degan Pa yanh harus aku katakan selanjutnya."Kamu lagi apa? Dan kenapa malam itu aku lihat kamu sendiri."tulisku gemetar,"Lagi di rumah, Oh itu gak kok. Aku sama Ina. Cuman dia ke toilet."tulisnya lagi, aku sedikit berdengus dan mengetik."Dah lama banget ya mas? Kita gak ngobrol?"tulisku. Dengan senyum aku harap-harap cemaa saat lama untuk mas Feri bisa membalasnya. Hingga aku lega akhirnya dia mengetik juga."Iya Rara, dah lama banget ya. Pengen deh ketemu kamu trus bilangin sama Bagas. Istrinya keganjenan DM Suami
POV AZZURA."Om kita kemana?"tanyaku saat pacarku itu melajukan mobilnya dengan pasti."Kerumah kita,"ucapnya dengan sedikit melirikku."Rumah kita?"desisku dengan sedikit tersenyum simpul. Aku meremas seragam pelan menyembunyikan kegirannku sumpah demi apa Om Aldo selalu membuat aku gak karuan begini jika berada didekatnya."Kamu pakai cincin itu lagi?"tanyanya saat melirik jari manisku."Iya sayang, aku cari lagi di kamar mama waktu itu dan aku malah ketemunya di lantai, mungkin di buang mama, untung aku yang temui."ujarku. Om Aldo tampak diam.Sesampai disana Om Aldo mengajakku masuk kedalam rumahnya yang megah dan mewah itu, aku tidak menyangka dia tinggal sendiri dirumah sebesar ini."Sayang, kamu tinggal sendirian disini?"tanyaku, dia tampak tersenyum dan menarik pinggangku mendekat."Iya, berdua sih, sama Vano. Tapi bentar lagi ini akan jadi istana kita."ujarnya, aku tersen