Malampun datang, setelah menghabiskan sore hari ini ngeband dengan Rivano dan teman-temannya. mereka semua beristirahat hendak kembali pulang, tapi salah satu teman yang bareng Zura tadi tidak bisa mengantarnya lagi.
"Zura, aku gak bisa anter maaf ya. Karna gak mau puter arah lagi takut kejebak macet trus aku telat pulang. Mamaku bisa marah."ucap Celin, Zura tampak cemberut dan mengangguk.Drrrrrrrrt.
Bunyi ponselnya Zura berdering.
"Ya mah,?"
"Kamu dimana, gak liat ini sudah jam berapa?"tanyanya, Zura tampak menjauhkan ponsel dari telinga dan berkata.
"Iya mah, bentar lagi nih OTW."sahutnya, aku tampak geleng-geleng dan mendekat saat Zura mematikan panggilannya.
" Apa perlu om antar lagi."tanyaku, reflek dia menggeleng dan berkata.
"Gak usah Om, ntar kalo Om yang antar. Besok-besok Zura gak bolehin ngeband lagi sama mama."ujarnya, sedikit aku menautkan alisku.
"
Keesokan paginya, saat mas Feri di kamar mandi aku iseng me cek ponselnya. hingga moodku langsung berubah saat melihat pesan Rara di akun IG nya mas Feri."Ini maksudnya apa cobak,"gerutuku sendiri walau mas Feri tidak membalasnya tetap aja aku bete.Trakt.Pintu kamar mandi terbuka, sontak aku menoleh pada mas Feri yang tampak fokus memgambil pakaiannya yang sudah aku siapkan dan memakainya."Mas, kamu dikirimin pesan apa ini sama Rara?"tanyaku."Iya tuh, mas juga bingung maksudnya apa."ujarnya aku cemberut bingung mau apakan ini ponsel rasanya greget aja."Kok kamu gak bilang sama aku sih mas?"keselku."Iya ini barusan mau bilang, tapi kamu duluan."ujarnya, aku kembali menggerutu."Ni beneran gak ada yang di hapus?"bentakku lagi."Ya kali mah, papa hapus sekalian hapus semuanya ngapain di tinggal satu?"ucapnya, aku sedikit menghela nafas dan fokus pada pesan itu. Ni orang maksu
POV AZZURA"Dari mana saja kamu Zura."ujar papa saat membukakan pintu, aku mendegup melihat sorot matanya dan berkata dengan gugup."Zz-ura ada kelas musik pah, waktu itu dah di izinin sama mama kok."ucapku terbata. Papa terdengar berdengus dan berkata."Sejak kapan mama boleh memberi keputusan? Kamu lihat sekarang jam berapa? Abangmu aja yang anak cowok dah dirumah jam segini."ujarnya, aku diam sembari melihat jam di tanganku."Baru juga setengah delapan pah."gerutuku."Sekarang masuk, dan mulai besok. Kamu gak boleh ikut kelas musik lagi."ucapnya aku mendegup dan sedikit cemas."Ih, papa kok gitu sih."rengekku."Masuk Zura!"ucapnya sedikit menghardik aku menghela nafas dan beranjak masuk sudah bisa aku lihat bang Azzam dan mama memandangku datar dari meja makan aku terdiam sejenak melihat mereka hingga Mama berkata."Buruan sini, kami semua menunggu kamu untuk makan malam."ujarnya, aku manyun dan b
POV RARAMalam ini aku terus saja pantengi layar pesan IGku, semenjak hari itu. Mas Fer membalas senyumku saat setelah melihat pesan, membuat aku tidak bisa tidur. Aku berharap dia akan membalasnya."P"Aku layangkan pesan singkat itu untuk menyapanya, hingga aku terkejut melihat mas Fer sedang mengetik. Aku harap-harap cemas apa yang akan dia katakan."Ya Rara?"tulisnya singkat, aku deg-degan Pa yanh harus aku katakan selanjutnya."Kamu lagi apa? Dan kenapa malam itu aku lihat kamu sendiri."tulisku gemetar,"Lagi di rumah, Oh itu gak kok. Aku sama Ina. Cuman dia ke toilet."tulisnya lagi, aku sedikit berdengus dan mengetik."Dah lama banget ya mas? Kita gak ngobrol?"tulisku. Dengan senyum aku harap-harap cemaa saat lama untuk mas Feri bisa membalasnya. Hingga aku lega akhirnya dia mengetik juga."Iya Rara, dah lama banget ya. Pengen deh ketemu kamu trus bilangin sama Bagas. Istrinya keganjenan DM Suami
POV AZZURA."Om kita kemana?"tanyaku saat pacarku itu melajukan mobilnya dengan pasti."Kerumah kita,"ucapnya dengan sedikit melirikku."Rumah kita?"desisku dengan sedikit tersenyum simpul. Aku meremas seragam pelan menyembunyikan kegirannku sumpah demi apa Om Aldo selalu membuat aku gak karuan begini jika berada didekatnya."Kamu pakai cincin itu lagi?"tanyanya saat melirik jari manisku."Iya sayang, aku cari lagi di kamar mama waktu itu dan aku malah ketemunya di lantai, mungkin di buang mama, untung aku yang temui."ujarku. Om Aldo tampak diam.Sesampai disana Om Aldo mengajakku masuk kedalam rumahnya yang megah dan mewah itu, aku tidak menyangka dia tinggal sendiri dirumah sebesar ini."Sayang, kamu tinggal sendirian disini?"tanyaku, dia tampak tersenyum dan menarik pinggangku mendekat."Iya, berdua sih, sama Vano. Tapi bentar lagi ini akan jadi istana kita."ujarnya, aku tersen
POV ALDO.Setelah meninggalkan Zura tadi disekolah, seketika itu aku juga kacau. Aku bisa saja bertindak lebih jauh dengannya, tapi aku tersiksa saat bayangan kebersamaan dengan Ina mengusik pikiranku, aku tidak bisa menjamahi anaknya wanita yang pernah aku sentuh juha dengan hasrat, lagi pula hati naifku sering sekali terbesit bahwa Anak Ina ada darah dagingku konyol memang, mungkin karna aku terlalu mencintai Ina hingga aku berharap mereka adalah putra putriku, aku tidak sanggup merusaknya terlalu jauh. Sekarang bagaimana Zura sudah semakin histeris saja menelpon-nelpon dari tadi. Walau aku sedikit lega telah membuat Feri mati kutu karna keangkuhannya itu, yang membuat aku dilema adalah hati gadis ini, dia pasti sangat kecewa sekali karna sikapku yang tiba-tiba dingin padanya.Drrrrrt Drrrrrrt...Kembali ponselku berdering, aku melirik sedikit dan memilih meriject bahkan mematikan ponselku, sedikit aku hela nafas dan berdiri hendak pergi. Nam
POV INA.Ini sudah sore setelah menemani Azzam seharian akhirnya kami sampai juga di akhir acara, putraku dia anak yang benar-benar berprestasi sejauh ini dia selalu unggul semoga nanti di pengumuman akhir dialah pemenangnya,"Mas, semoga Azzam menang ya."ucapku saat kembali menghampiri mas Feri duduk di kursi penonton."Iya Mah, semoga ya."ucapnya berat. Sedikit aku menghela nafas. Mungkin mas Feri terlihat sedih begini karna dia tengah memikirkan Zura."Mas kepikiran Zura ya?"tanyaku, dia mendegup dan menoleh."Dia bukan lagi putriku."singkatnya hatiku teranyuh dan berkata."Mas jangan begitu, ka-"ucapanku dicegat oleh mas Feri memandangiku tajam."Sudah.. Kita gak usah bahas itu. "ujarnya, aku mengangguk dan kembali fokus pada Azzam. Tampak mas Feri melambai dan menyemangati Azzam putraku itu juga tampak semangat merekahkan senyumnya pada kami.Hingga satu jam berlalau baba
POV FERI.Hari yang begitu menjenuhkan, Zura semakin hari tingkahnya bikin kesal saja, bukannya mengakui kesalahan malah dia menyalahkan kami, aku tidak bisa jelaskan kenapa aku begitu menentang ini, banyak sekali alasan untuk aku tidak bisa menerima ini, pertama dia masih gadis kecil di mataku dan kedua pria itu lebih pantas menjadi ayanya, dan terlebih parah lagi.., Sudah lah. Aku tak bisa jika harus jelaskan padanya."Permisi pak"sapa Asistenku, aku tersintak dari lamunan panjangku dan menoleh padanya."Ada apa, apa meetingnya di percepat?"tanyaku. Dia menggeleng."Bukan pak, cuman mau bilang ada undangan dari perusahan mitraku kita, dia mengundang Ina production dan Azzura production untuk pernikahan putrinya, dan kita dapat undangan VIP tamu "ujarnya"Oh begitu. Dia mitra yang menguntungkan dan juga mengundang kedua perusahaanku jadi ya sudah. Kita akan datang."ujarku."Baik pak, setengah jam lagi
POV AZZURA"Mah papa mana?"tanyaku saat mama membuka pintu."Itu papamu lagi mandi, ada apa?"tanyanya."Zura mau ngomong sama papa."singkatku tertunduk."Ya sudah nanti, kita tunggu papa di bawah."ujar mama membawaku turun, dengan manyun aku berjalan menuruni tangga."Berjanjilah sama papa kalo kamu sangat menyesal dengan semua ini Zura. Percayalah dia bukan pria yang baik buat kamu."ujar mama, aku manyun sembari mengelus cincim di jemariku. Aku lelah Om Aldo tak kunjung membalas pesanku.Aku menghenyak di sofa sembari sesekali melirik papa di atas."Jangan buat kecewa papamu lagi."singkat mama menghenyak di sampingku. Bang Azam dan mama tampak lirik-lirikan."Zura udah bikin malu keluarga, maaf. bahkan Papa sudah benci melihat Zura sekarang"singkatku menghela nafas. Mama terdengar berdengus pelan dan merangkulku."Mama kecewa sama kamu begitu juga papa, tapi kami tidak pernah membencimu nak,