"Mas, semoga Azzam menang ya."ucapku saat kembali menghampiri mas Feri duduk di kursi penonton.
"Iya Mah, semoga ya."ucapnya berat. Sedikit aku menghela nafas. Mungkin mas Feri terlihat sedih begini karna dia tengah memikirkan Zura.
"Mas kepikiran Zura ya?"tanyaku, dia mendegup dan menoleh.
"Dia bukan lagi putriku."singkatnya hatiku teranyuh dan berkata.
"Mas jangan begitu, ka-"ucapanku dicegat oleh mas Feri memandangiku tajam.
"Sudah.. Kita gak usah bahas itu. "ujarnya, aku mengangguk dan kembali fokus pada Azzam. Tampak mas Feri melambai dan menyemangati Azzam putraku itu juga tampak semangat merekahkan senyumnya pada kami.
Hingga satu jam berlalau baba
POV FERI.Hari yang begitu menjenuhkan, Zura semakin hari tingkahnya bikin kesal saja, bukannya mengakui kesalahan malah dia menyalahkan kami, aku tidak bisa jelaskan kenapa aku begitu menentang ini, banyak sekali alasan untuk aku tidak bisa menerima ini, pertama dia masih gadis kecil di mataku dan kedua pria itu lebih pantas menjadi ayanya, dan terlebih parah lagi.., Sudah lah. Aku tak bisa jika harus jelaskan padanya."Permisi pak"sapa Asistenku, aku tersintak dari lamunan panjangku dan menoleh padanya."Ada apa, apa meetingnya di percepat?"tanyaku. Dia menggeleng."Bukan pak, cuman mau bilang ada undangan dari perusahan mitraku kita, dia mengundang Ina production dan Azzura production untuk pernikahan putrinya, dan kita dapat undangan VIP tamu "ujarnya"Oh begitu. Dia mitra yang menguntungkan dan juga mengundang kedua perusahaanku jadi ya sudah. Kita akan datang."ujarku."Baik pak, setengah jam lagi
POV AZZURA"Mah papa mana?"tanyaku saat mama membuka pintu."Itu papamu lagi mandi, ada apa?"tanyanya."Zura mau ngomong sama papa."singkatku tertunduk."Ya sudah nanti, kita tunggu papa di bawah."ujar mama membawaku turun, dengan manyun aku berjalan menuruni tangga."Berjanjilah sama papa kalo kamu sangat menyesal dengan semua ini Zura. Percayalah dia bukan pria yang baik buat kamu."ujar mama, aku manyun sembari mengelus cincim di jemariku. Aku lelah Om Aldo tak kunjung membalas pesanku.Aku menghenyak di sofa sembari sesekali melirik papa di atas."Jangan buat kecewa papamu lagi."singkat mama menghenyak di sampingku. Bang Azam dan mama tampak lirik-lirikan."Zura udah bikin malu keluarga, maaf. bahkan Papa sudah benci melihat Zura sekarang"singkatku menghela nafas. Mama terdengar berdengus pelan dan merangkulku."Mama kecewa sama kamu begitu juga papa, tapi kami tidak pernah membencimu nak,
POV INA.Malam yang di tunggu itu datang juga, Diantara kegaduhan aku dan Zura mempersiapkan semuanya, ada dua pria sabar menunggu dengan setelan jas hitam kemeja Putih diruang keluarga."Ayo sayang buruan.."titahku mendatangi kamar Zura yang tampak masih sibuk dengan riasannya."Mah, gimana ini rambut Zura dah bagus tak? Kok Zura gak pede mah, masa di kepang lagi sih."ucapnya manyun."Gak usah sayang, dah cantik gitu kok, sekarang ayo buruan kasian itu papa dan bang Azzam nungguin di bawah."ujarku, Anak gadisku itu tampak mengangguk dan beranjak turun." Dandan 3 jam cuman begini bentukannya?"geram Azzam saat melihat kami turun."Kenapa? gak cantik ya?"tanya Zura,"Biasa aja "Timpal putraku itu, kami berdua dengan papanya sontak terkekeh."Azzam jangan gitu, Zura dah capek dandan bilang cantik gih, ntar dia malah nangis."titahku."Ya deh cantik."ketusnya,"Ayo t
Setelah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, kami menikmati hidangan yang di sajikan sekeluarga, sejauh itu aku hanya kefikiran tentang ancaman tadi, dadaku terasa sesak saja apa yang harusku lakukan aku tidak mau mas Feri merisaukan banyak lagi. Dia sudah sangat pusing akhir-akhir ini, dan Zurra. Masa depannya masih panjang. Aku tidak mau dia terekspos dan tentu saja ini akan menganggu mentalnya kedepannya."Apa yang harus aku lakukan Tuhan "batinku di hati.Setelah menyelesaikan makan malamnya kami berempat Izin untuk pulang, Zura dan Azzam tampak beranjak ke mobil dengan sesekali bercengkrama. Sedangkan aku masih kefikiran sesuatu."Mas..."ucapku setelah dari tadi bertengkar dengan hatiku."Ya sayang?""Aku mungkin ke toilet dulu, kamu duluan gih ke mobil nanti aku susul."ujarku, untuk sejenak mas Feri diam"Kamu kenapa, apa perlu aku temani?"ucapnya, reflek aku menggeleng dan berkata.
POV FERI,Setelah menunggu beberapa menit akhirnya aku melihat Zura juga keluar dari hotel itu, namun ekpresi lain terpampang di wajahnya, dia masuk ke mobil dengan sedikit menghenyak keras di kursi belakang."Sayang mamamu kemana?"tanyaku, dia sedikit menghela nafas berkata."Tunggu aja pa, bentar lagi juga datang"ketusnya sedikit aku naikkan Alisku dan kembali menoleh ke Loby, walau masih ada tersisa beberapa tamu, aku bisa liat Ina keluar melangkah menuju mobil."Sayang buruan."sorakku, dia tampak menarik ujung bibirnya untuk tersenyum dan masuk ke mobil."Maaf mas, lama."ujarnya membuka pintu mobil dan menoleh pada anak-anak."Mama itu ke toilet atau kemana sih, gak sekalian subuh aja keluarnya."gerutu Zura yang spontan aku menaikkan alisku."Sayang ada apa denganmu?"tanyaku tak habis pikir bisa aku lihat Zura dari kaca bersandar dengan manyun,
POV INAPagi yang sibuk seperti biasa aku menyiapkan keperluan anak-anak dan pakaian mas Feri, tak lupa juga aku menyiapkan sarapan di dapur.Cup..Ciuman mas Feri mendarat dipipiku."Aku mau request dadarnya jangan pake daun bawang ya sayang."ucapnya, aku tersenyum menoleh padanya sejenak dan berkata."Iya mas aku tau kok."singkatku kembali fokus pada masakanku. Mas Feri hanya bisa mengacak rambutku sedikit. Dan beranjak."Kamu cantik deh, kalo seusai keramas begini."ujarnya aku hanya tersenyum meliriknya melangkah ke meja makan. Dari kamarnya aku bisa lihat putriku keluar dengan seragam dan menuruni tangga."Sayang ayo buruan mama sudah bakarkan roti keju untukmu."ujarku anakku itu tampak berdesih dan menghenyak di kursi."Pagi mama..."sapa putraku mendekat."Pagi sayang."sahutku."Bik tolong bantu hidangkan."titahku pada asistenku y
POV FERISepertinya Aldo sudah benar-benar menguji kesabaranku, aku tidak akan diam saja dia mengobrak-abrik rumah tanggaku seperti ini, awas saja dia. Dia akan menyesal untuk segala yang dia lakukan siapa dia yang merasa sempurna sekali hingga mempermainkanku sesuka hatinya.Ciiiiits..Aku rem mendadak saat di gerbang aku berpapasan dengan mobil Aldo hendak keluar, aku turun dari mobil dan menyuruh dia keluar."Keluar gak Lo."bentakku, bisa aku lihat dahinya berkerut dan mematikan mesin mobil. Dengan santai dia keluar.PLAK...Hunusan tinju melayang kewajah pria itu dia sedikit Oleng dan coba membalas. Aku tangkis tanganya dengan kilat dan menghantam bagian lututnya hingga dia bersimpuh."Tolong berfikirlah lagi jika harus mempermainkanku, Jangan pernah usik istriku lagi!"bentakku. Dia terdiam sembari coba tertatih berdiri."Ada apa dengan Lo Fer, apa Lo marah istri lo nemuin gua kekamar hotel, kenapa lo ba
POV ALDO.Drrrrt....Drrrrt Drrrt..Bunyi ponselku berdering, Reflek aku sambar ponselku di atas nakas, aku yang tengah rebahan santai di kamar, itu sangat tidak mood ngapa-ngapain Kejadian malam kemaren hanya membuat aku kesal, aku tak bisa banyak berbuat sekarang untuk bisa membalas Feri, lebih baik sekarang aku kumpulkan daya untuk bisa membalasnya lain hari."Halo Aldo."panggil abangku dari dalam telfon itu."Ya bang, santai ajalah. Kok ngegas gitu kedengaranya."gerutuku coba membuka mata da beringsut duduk."Ada apa denganmu, aku menerima data. Mitra kita menarik sahamnya, yang belum kamu tanggapi. Apa yang terjadi!"bentaknya, aku menautkan alis dan coba berkata heran."Menarik saham bang? Gak salah. Aku tidak tau masalh ini."ujarku."Kok bisa!"teriak abangku, aku berdesih mengusap wajahku. Seharian aku megurung diri dan tak mau di ganggu oleh siapapun termasuk asisten dan managerku."Maa