Beranda / Romansa / PERFAKE HUSBAND / 40. Ditembak Pertama Kali

Share

40. Ditembak Pertama Kali

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 09:00:44

Saya mau bicara sama kamu, Aura.”

Aku belum sempat menjawab, Bayu yang baru ku ingat tidak akur dengan pak Andre, langsung menghadangnya.

“Aura harus masuk kelas, udah mau bel.”

“Baru mau ‘kan? Belum masuk.”

“Lo!”

Aku menahan Bayu, “Mending elo deh yang masuk kelas. Lo ada jadwal ngajar di kelas lain ‘kan? Sana.”

Bayu menatap sinis ke arah pak Andre, “Kalo lo macem-macem sama Aura, lo berurusan sama gue.”

Bayu pergi. Ancamannya pada pak Andre jujur sedikit menakutkan sih. Memangnya apa yang akan dilakukan pak Andre padaku sehingga ia sampai mengancam begitu?

“Bapak mau bicara apa?”

“Kamu bener mau nikah sama Sean?”

“Hm? Saya ‘kan masih sekolah, pak.”

“Nanti.”

“Jodoh gak ada yang tahu, pak.”

“Saya kecewa, Aura.”

“Hm? Kecewa? Kenapa bapak kecewa?”

“Saya cemburu sama Sean.”

Aku diam. Cemburu? Kenapa pak Andre bi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERFAKE HUSBAND    41. Memancing Bayu

    Aku keluar kelas paling terakhir bersama Sean. Ia tak lagi membahas soal perasaan atau tiket nonton live music itu. “Kamu ekskul ‘kan hari ini?” Aku mengangguk. “Ya udah kamu duluan. Aku harus ke kelas temen dulu.” “Oke.” Seperginya Sean, Bayu datang, “Yuk balik.” “Ada ekskul.” “Bukannya kemaren?” “Kemarin gurunya sakit, jadi diganti hari ini. Kalo lo buru-buru balik aja duluan. Gue bisa sama Sean.” “Oh gitu. Mentang-mentang udah di lamar lo mau bergantung sama dia aja? Gue gak dibutuhin nih?” “Bukan gitu. Ya kali aja lo udah kangen sama Askara, jadi gue mau biarin lo balik duluan.” “Gue kangen sama Askara, tapi gak papa, gue bisa tunggu lo.” “Yaudin, ikut gue aja ke ruang ekskul.” “Emang gak papa?” “Gak papa lah, sekolah ini ‘kan punya bapak lo.” “Iya juga ya. Kok gue gak kepikiran.” “Lo mah semua hal juga ga

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PERFAKE HUSBAND    42. Malam Minggu

    Dari pagi pikiranku sudah ngebul memikirkan nanti malam harus pergi ke acara mana. Nonton bioskop dengan pak Andre, atau nonton live music dengan Sean. Dua duanya penting bagiku. Pak Andre janji akan mengatakan alasan kenapa ia dan Bayu musuhan, sedangkan Sean, dia... ah kenapa sih bule satu itu harus memakai cara itu untuk membuktikan kalau aku menerima cintanya. “Tuh mama lagi mikirin gimana caranya kuliah ke Prancis tapi dia gak bisa bahasanya, sayang. Askara aja yang ajarin mama.” Bayu tiba-tiba nongol di pinggir kolam saat aku sedang khusuk berpikir. “Bay, rumah ini tuh gede ya. Kenapa sih lo deketin gue?” “Ini tuh akhir pekan, mama. Urusin dong Askara. Kenapa malah sibuk mikirin diri sendiri.” Aku melirik sana sini karena takut mama dan papa mendengar, “Heh, denger ya, yang mau ngadopsi si bandit itu tuh elo ya. Jadi lo aja yang urus dia. Gue mau jadi ibu palsunya aja udah sukur.” “Jahatnya mulut lo. Sesekali doang, Ra. Selama ini ‘kan juga yang kebanyakan ngurus Ask

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • PERFAKE HUSBAND    43. Rahasia Soal Bayu

    Aku menatap Bayu dan Adit silih berganti. Aku duduk di jok belakang mobil memangku Askara yang terpaksa harus ikut karena kami izin makan bertiga di luar. “Cuma satu jam.” cuap Adit. “Filmnya ‘kan dua jam, kenapa gue harus nonton setengah film deh.” “Lain kali lo bisa nonton lagi sama kita.” Aku melirik Bayu, memohon. “Gak bisa gue bantuin lo lagi. Udah nurut aja, segitu juga si Adit ngasih lo izin.” “Ya udah nih bawa Askara.” Bayu ribut membawanya, “Harusnya lo bawa Askara sih ke dalem, biar si Andre menciut buat deketin lo lagi.” “Kenapa gak lo aja yang bawa Askara ke sekolah biar si Karina gak ganggu lo lagi.” aku merapikan rambut dan bajuku, “Gue keluar. Kalian tunggu disini.” “Aktifin hape lo. Siapin semprotan merica dan teriak yang kenceng kalo dia udah bergelagat aneh.” Adit mengingatkan. “Iyaaaa.” Aku berjalan mendekati pak Andre yang sedang memesan pop corn. Sebelum ku panggil untungnya dia balik badan. “Eh, Ra.” “Pak.” “Jangan panggil bapak, dong.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • PERFAKE HUSBAND    44. Masih Tidak Percaya

    Aku menaiki tangga dengan tampang sangat asem. Papa dan mama yang menyambut di ruang tamu tampak keheranan dengan tingkahku. “Kok pulangnya cepet, Bay? Itu juga Aura kenapa?” “Biasa lah, ma, masih PMS.” “Aku belum makan tante, laper banget.” Adit mengusap perutnya. “Ya udah yuk makan. Mama sama papa baru aja beres.” Tak ku dengar lagi suara-suara mereka. Aku tutup pintu kamar dengan pelan. Perasaannku masih tidak nyaman mendengar apa yang sudah Maira alami. Ku tatap wajah Bayu yang bertengger segede gaban dibuat karpet kamar. “Dasar angin abadi. Gue pikir lo cuma menghancurkan hidup gue, ternyata hidup pacar lo juga! Gue benci ya sama elo, Bayu!” Pintu kamar terbuka, “Ra, makan.” “Kak?” “Ayok.” “Gue gak laper.” “Ah, masa? Ada udang madu kesukaan lo tuh. Gue suapin ya?” Aku duduk bersila di kursi rooftop menunggu Adit menyiuk nasi dan lauknya di sendok. “Tadi lo sempet ketemu orangnya?” “Hm.” “Terus kenapa gak jadi nonton?” Aku hanya menghela nafas. “J

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • PERFAKE HUSBAND    45. Menerima Cinta Sean

    Aku membuka baju tidurku disini, lalu meraih dress selutut yang tadi ku pakai bertemu pak Andre yang tersimpan di gantungan. Bayu yang melihatku berani berganti baju disini menganga kaget. “Apa? Gak usah sok polos deh. Lo pasti udah pernah liat yang lebih dari ini ‘kan?” “Gak usah sok tahu.” “Buruan ganti baju. Lo mau nganterin gue dengan baju rumahan lo itu?” tunjukku pada kaos hitam polos dan kolor pendeknya. “Gue gak akan masuk menemin lo kok, gue bakal diem di mobil.” “Terserah.” Aku ngacir ke depan cermin untuk tach-up sisa makeup tipis yang masih menempel baik. Bedaknya hanya luntur sedikit setelah menangisi nasib Maira yang malang. Aku menyemprotkan parfum dan merapikan rambutku yang dibiarkan terurai. “Si Sean keburu tidur yang ada, lama banget sih.” “Oke, gue udah siap.” Aku berjalan membuntut dibelakang tubuh Bayu menuruni tangga. “Lo mau alesan apa ke papa mama?” “Gampang.” Mereka masih di meja makan, sibuk menikmati berbagai macam buah yang dipot

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PERFAKE HUSBAND    46. Hari Pertama Pacaran

    Aku tidak berhenti tersenyum sejak bangun tidur. Rasanya punya pacar ternyata begini ya? Semalam saat pulang, aku diminta untuk pergi bersama Sean. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku datang bersama Bayu, ia sedikit cemberut. Aku jelaskan dengan perlahan bahwa aku tidak akan pernah bisa datang ke kafe jika tidak bersamanya, ia baru percaya. “Askara poop tuh.” Bayu nyelonong masuk kamar dan sibuk mengambil sesuatu di nakas tempat kerjanya yang berubah jadi meja yang menyimpan beberapa barang Askara. “Lo gak liat gue baru bangun?” “Liat. Makannya gue nyuruh lo. Kalo lo tidur ‘kan gue gak bisa nyuruh lo.” Aku beranjak dari ranjang, “Si Adit masih ada?” “Ada. Tapi dia gak mau nyebokkin Askara.” Dibawah tangga Adit sedang senam pagi menemani mama. Mereka memang dekat bak ibu dan anak. Kalau diperhatikan malah si Adit lebih dekat dengan mama daripada ibu. “Ra, si Askara buang hajat tuh.” seloroh Adit sambil merentangkan tangannya dengan mama. “Ini mau di cebokkin.” “Ra, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • PERFAKE HUSBAND    47. Pajak Jadian

    Aku berdiri berhadapan dengan Adit yang sedang berkacak pinggang dibelakang rumah. “Jelasin.” Aku menatap matanya, “Gue udah resmi pacaran sama Sean malem.” “Kenapa lo terima dia?” “Gue ada perasaan sama dia, ‘kan lo tahu.” “Selain itu?” “Gue... ngeliat ada masa depan sama Sean, kak.” “Dia cenayang? Apa gimana?” “Sean dukung buat gue kuliah, dia semangatin gue untuk belajar bahasa Prancis lebih giat.” “Cuma itu?” “Kak, harusnya lo seneng gue udah gak takut lagi buat pacaran. Dua tahun lalu gue bersumpah untuk gak pacaran bahkan gak nikah karena ulah si—ya lo tahu lah. Gue lagi berusaha keras untuk keluar dari lingkaran setan itu. Gue yakin bersama Sean gue pasti bisa... bahagia.” Adit membuang nafasnya. Ia sepertinya baru ingat kalau adiknya ini pacaran bukan karena centil, tapi karena ingin membuktikan diri bahwa aku bisa sembuh sendiri dari trust issue yang ku miliki tanpa bantuan profesional dengan cara berpacaran. “Si Bayu gimana?” “Dia aja punya pacar, g

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • PERFAKE HUSBAND    48. Perwakilan Minta Maaf

    Aku menatap punggung Bayu yang berjalan cepat keluar kamar menggendong Askara dan membawa tas yang sudah ia isi dua dot susu full, baju ganti dan popok. Ia pergi setelah diskusi dengan Maira yang kebetulan sedang jaga malam. Awalnya aku berniat diam disini dan melanjutkan tidur karena besok harus sekolah. Tapi mendengar suara tangisan Askara lain dari biasanya, aku jadi sedikit khawatir. Aku juga takut Bayu kewalahan sendiri di mobil. Belum lagi kalau Askara ternyata harus di rawat. Tanpa berganti baju aku berlari menyusulnya, “Bay gue ikut.” Bayu hanya menoleh. Ia sedang menaruh Askara di car seat, “Lo duduk dibelakang aja sama Askara.” Aku menurut. Aku duduk disamping Askara yang ku pegang dahinya panas, “Lo udah pake termometer?” “Tadi suhunya tiga delapan. Sebenernya yang gue tahu kita gak perlu ke rumah sakit. Tapi Maira bilang Askara masih rentan. Dia bisa aja demam karena Anemia atau ada infeksi lain.” Aku menatapnya yang panik ketika menyetir. Dia tahu banyak hal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • PERFAKE HUSBAND    144. Bukan Suami Palsu

    Dua tahun kemudian... “...sayang, tiketnya habis, gimana dong? Kita pending aja, ya, sampe liburan tahun baru beres?” Bayu baru masuk ke dalam apartemen sambil menggantung mantelnya, karena di Paris sekarang sedang musim gugur mendekati musim salju. “Mas, kamu tuh, cari dong ke penerbangan lain. Kalo kita harus berangkat dari Paris Beauvais atau kalo ke Itali dulu juga gak papa kok. Yang penting kita pulang ke Indonesia sebelum musim liburan abis!” Bayu memijat bahuku, “Sayang, jangan marah-marah dong. Kasian anak kita.” Aku membalikkan badan memelototinya, “Ganti tuh popoknya.” “Iyaaa. Kamu jangan marah dong.” Aku tak mengindahkan ucapan Bayu lagi. Dia selalu begitu. Kalau gagal langsung diam, bukan mencari opsi lain. Setelah dua tahun menikah, dia masih saja lemot seperti dulu. Aku membuka bungkus roti bertuliskan bread RaYu : delicieux, Leger, Cipieux (Enak, Ringan, Kenyang). Brand roti yang kami buat disini sambil aku kuliah, dan Bayu bekerja. “Sayang?” Aku menoleh sambil

  • PERFAKE HUSBAND    143. Malam Pertama Mantan Musuh

    Aku terus menyisir rambutku depan cermin. Sedangkan Bayu sok sibuk dengan kado-kado yang kami dapat. Tok-Tok-Tok “Ra, Bay, buka dulu. Kalian belum ngapa-ngapain ‘kan?” Aku melirik Bayu, “Buka tuh.” Bayu bergerak mendekati pintu, “Kenapa, ma?” Ku lihat mama memberikan dua jamu beda warna itu pada Bayu, “Yang kiri untuk kamu, yang kanan untuk Aura. Oyah, Aura—mana?” Aku berlari mendekati pintu, “Aku disini, ma.” “Hehehe, kalian—bener gak mau nginep di hotel aja?” Aku dan Bayu menggeleng keras-keras. “Oh ya udah. Mama—tinggal ya?” “Iya, ma.” Mama sudah pamitan, tapi tak kunjung pergi. Sampai papa datang menyeret mama menuruni tangga. “Kalian—lanjutin aja. Mama tuh kurang minum, jadi agak lambat geraknya. Kalian masuk sana. Kunci ya, pintunya. Ayo, ma.” Aku dan Bayu menahan senyum. “Gue tutup ya.” kataku. Sebelum pintu ditutup, kakek mendorong pintu. “Kek? Ada apa?” Kakek melihat ke dalam kamar, “Kalian—gak butuh apa-apa?” Aku dan Bayu saling lirik dan

  • PERFAKE HUSBAND    142. Adu RaYu (Aura - Bayu)

    “...saya terima nikah dan kawinnya Aura Riana binti Jefri Septian dengan mas kawin tersebut, tu-nai.” “Bagaimana para saksi?” tanya pak penghulu. “Sah.” “SAAAAAAH!” teriak Adit dan Karina kompak. Aku menahan tawaku ketika duduk bersanding dengan Bayu di meja akad. Aku salim padanya, ia juga mencium keningku. Setelah mendengar semua pengakuannya kemarin, hatiku terenyuh pada rayuan si semprul satu ini. Aku pun mengakui kalau perasaanku sama padanya. Bayu langsung mengatakan akan menikahiku hari ini. Ia langsung mengabari mama-papa, ibu-ayah dan kakek. Kini semua hadir disini, dalam acara pernikahan asli antara RaYu alias Aura dan Bayu. Setelah menyalami tamu yang di undang hanya teman dekat dan keluarga, aku dan Bayu menghampiri meja dimana semua tengah berkumpul. “Kita sambut pengantin no palsu-palsu club kita, Adu RaYu. Beri tepuk tangan yang meriah untuk mereka.” Adit tiba-tiba berteriak seolah menjadi MC. Semua menurut, mereka bertepuk tangan meriah. “Akhirny

  • PERFAKE HUSBAND    141. Kode Rahasia

    Aku berlari dari rumah Bayu menuju rumahku. Di depan garasi, ada motor Adit. Aku masuk ke dalam rumah yang sepi. “...gue bisa mati kalo gini caranya, Dit.” “Jangan mati dulu lah, Bay, belum umur tiga puluh.” “Diem lo! Lo emang gak bisa dipercaya. Lo gak liat luka gue sebesar ini, hah? Lo mah enak, cuma baret aja.” Aku berhenti di dapur, menatap Adit yang sedang menyesap kopinya di kursi, dan Bayu yang terduduk lesehan diatas tikar. Mereka dalam kondisi baik-baik saja. Tidak ada baret, atau luka apapun. “Kalian—gak papa?” Adit dan Bayu menoleh. Bayu berdiri dan melotot tak percaya melihatku ada disini, “Ra? Lo—disini?” Adit menggaruk kepalanya. “Gak lucu tahu gak!” Bayu dan Adit saling tatap. “Itu ide si Adit, Ra. Gue gak ikutan.” Aku melirik Adit, “Lo tuh tahu gak sih kalo gue hampir mati dapet kabar tadi?” “Ya lo bilang si Bayu gak akan mati, gimana sih.” Aku menangis, tak percaya Adit masih bisa membela diri padahal jelas ia salah. “Ra, gue—minta maaf

  • PERFAKE HUSBAND    140. Bayu Sekarat

    Pagi yang mendung. Sedari malam, Surabaya diguyur hujan. Langit seolah tahu, bahwa aku merindukan Jakarta dan seisinya hingga menangis. Drrrrt~ Aku meraih ponsel di nakas, “Adit?” “Ra, halo? Ra, urgent banget lo harus pulang.” Adit bicara dengan hebohnya. “Lo—kenapa?” “Gue kecelakaan, Ra.” “Hah?” aku bangkit dari kasur, “Kok bisa? Lo gak papa ‘kan?” “Gue hampir sekarat.” Aku diam sejenak, “Ada ya, orang sekarat suaranya kenceng dan semangat gini?” Adit diam. “Lo tuh caper banget sih. Pacar lo ‘kan disana, lo telpon Karina lah, gue ‘kan jauh. Kecelakaan kecil gak akan bikin lo mati.” “Si Aura.” Aku tertawa, “Ketauan nih ye, mau nipu gue.” “Yang sekarat bukan gue.” Katanya lirih. “Terus? Ka-rina?” “Bukan. Karina di rumahnya. Gue kecelakaan berdua, sama si Bayu.” Deg! “Ra, si Bayu—sekarat. Lo—bisa pulang sekarang ‘kan?” Aku diam, menggigit jariku kencang, “Kok si Bayu—ada di Jakarta? Dia—bukan di Prancis?” “Ceritanya panjang. Dia balik lagi dari

  • PERFAKE HUSBAND    139. Masalah Pertama di Surabaya

    Aku baru beres mengaudit keuangan pabrik tiga bulan terakhir. “Akhirnya selesai juga.” Seorang pegawai perempuan usia Adit menghampiriku, “Kak, permisi, ada surat dari pengadilan.” “Hm? Siapa yang cerai?” “Itu... dari pengadilan tinggi, kak, bukan dari pengadilan agama.” “Ah, iya. Aku pikir ada yang cerai.” Aku menerima dan membaca isi surat yang diberikan. Aku mengernyit, “Ini maksudnya pabrik kita digugat atas persamaan nama dengan badan usaha lain?” “Betul, kak. Pabrik roti yang udah berdiri lima puluh tahun lalu merasa dirugikan dengan persamaan nama pabrik ini. Katanya banyak orang mengira ini adalah pabrik cabang.” Aku melirik membaca nama pabrik roti yang masih kecil ini, “Sari Rasa?” “Karena bu Syaira gak ada disini, jadi kakak yang harus ke pangadilan minggu depan.” “Aduh, ini gak ada cara yang lebih simpel apa, mbak?” “Ada, kak. Pihak pabrik pesaing bilang, kalau kita ganti nama secepatnya, mereka akan cabut gugatan.” “Bentar ya.” aku membuka pon

  • PERFAKE HUSBAND    137. Kesempatan untuk Maira

    Aku berjalan pelan menuju mobil bersama ayah dan Adit. “Jadi klien ayah yang nyuruh cari Andre itu—papa? Maksud aku—om Rino?” Ayah mengangguk, “Kami punya tujuan yang sama. Mencari orang tidak pernah semenyenangkan ini sebelumnya. Ayah gak nyangka bisa menemukan Andre di ATM deket sekolah kamu. Ayah pikir dia kabur ke luar kota. Pantes ayah pergi ke tempat lain, orang gak pernah liat dia.” Aku mengernyit, “ATM?” “Yah, si Andre itu—” Aku menatap Adit memintanya diam. “Kenapa sama Andre? Ada yang harus ayah tahu? Biar ayah sampaikan sama kepolisian untuk memberatkan masa tahanan.” Adit menggeleng, “Gak papa, tadi cuma mau bilang si Andre pasti lagi ngambil duit.” Ayah tertawa, “Ya iya lah, Dit, masa ngambil cucian. Laundry kali.” “Euh, lo tuh ya.” aku ikut mengalihkan topik. Mama, papa, dan Bayu berjalan mendekati kami. “Kamu tenang sekarang, Ra, Andre udah mendapatkan hukumannya.” Aku tersenyum, “Makasih ya, pa, masih mengusahakan mencari dia, sampe duel segala

  • PERFAKE HUSBAND    137. Pak Andre di Temukan

    Aku memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Adit mengembalikan mobilku dengan baik. Dia memang pandai menjaga barang. “Lo serius mau berangkat sekarang?” tanya Adit yang disikut ibu, “Nyari univ ‘kan gak harus kesana langsung. Lewat internet aja, gue bantuin.” “Banyak yang harus gue urus disana, kak.” “Gue bisa anterin lo kalo akhir pekan.” “Gak usah, lo ‘kan sekarang sibuk pacaran sama Elsa.” Aku menghampiri ibu dan memeluknya, “Bu, aku pamit sekarang, ya? Doain perjalanannya lancar.” “Pasti. Kamu kalo pegel, ngantuk atau apapun itu, berhenti dulu.” “Siap.” “Lagak lo sih, ke sana bawa mobil sendiri. Naek pesawat aja, atau kereta gitu, atau nggak Buroq.” Aku melepaskan pelukkan ibu, “Lo tuh ya. Terserah gue lah.” Aku berdiri dihadapan Adit, “Gue—pamit ya, kak. Sama-sama, gue seneng bisa ngurus lo selama ibu di Surabaya. Udah kenyang banget gue teriak sama lo selama ini. Tapi meskipun gitu, gue pasti akan merindukan elo sih. Jengukin gue kesana loh.” Kami berpeluk

  • PERFAKE HUSBAND    136. Mengenang

    Aku membereskan baju-baju dan semua keperluan yang akan dibawa ke Surabaya. Aku sudah pulang, membawa mobil dan hadiah emas dari kakek. Aku pamerkan pada Adit, membuatnya memohon untuk meminjamkan mobilnya untuk pergi dengan Karina. “Kalo lo pelit, kuburaan lo sempit loh, Ra.” Adit masih gencar merayuku. “Tinggal beli lagi tanah kuburannya. Gue sekarang kaya, Dit, gue punya lima batang emas.” Adit manyun memainkan pintu kamar. “Mau pergi kemana sih lo?” “Ya keliling aja. Gue akan bilang kok kalo itu mobil elo.” “Dit, si Karina itu orang kaya. Dia pasti bosen kalo kemana-mana naek mobil. Naek motor tuh pengalaman baru buat dia.” “Gue yang bosen.” Aku menghentikan aktivitas beberesku. Ku lirik Adit yang memasang wajah super mengkhawatirkan, “Iya-iya gue pinjemin.” Adit melotot senang, “Serius lo?” “Tapi itu bensinnya abis, tolong di isi ya.” Adit menghampiriku, “Oke, gue isi gocap.” “Yah, gocap. Lo pikir mobil barbie. Yang bener aja dong.” “Gue belum gajian, gu

DMCA.com Protection Status