Share

32. Demi Cuan

Penulis: Rahmani Rima
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-23 09:45:35

Aku membuka sabuk pengaman begitu sampai depan rumah Bayu. Aku yang hendak membuka pintu, dilarangnya.

“Gue ada yang mau di omongin sama lo.”

“Nanti aja di kamar, gue ngantuk.”

“Disini aja. Kalo di kamar gak aman.”

Aku menatapnya, “Lo mau ngomong apa?” sedetik kemudian aku melotot, “Di dalem gak ada kakek lo ‘kan?”

“Gak ada, dia lagi menenangkan diri di Surakarta.”

“Terus lo mau ngomong apa?”

“Gue tadi dimarahin nyokap soal tadi siang. Mama bilang lo berani nembak Sean karena gue masih pacaran sama Maira.”

“Terus?”

Bayu merogoh dompetnya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, “Gue akan kasih lo duit jajan kalo lo bisa kerja sama dengan gue.”

Aku diam sejenak untuk memprediksi kerja sama apa yang dimaksud, “Ah, gue ngerti.”

“Gak usah sotoy.”

“Dih. Otak lo tuh cetek, begituan doang mah gue paham. Gue diminta ngomong ‘kan ke orang tua lo kalo lo sama si Maira udah putus?”

Bayu tersenyum sumringah, “Gilaaaa, lo kok bisa tahu sih.”

Aku mengibaskan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PERFAKE HUSBAND    33. Perhatian Pak Andre

    Aku menguncir rambutku di lawang pintu kelas ketika jam istirahat. Nadia masih menulis PR nya mencontek padaku. Tiba-tiba saja Karin menubrukku dari dalam kelas. “Ngalangin jalan aja sih lo.” “Lo ‘kan bisa nyuruh gue minggir!” gertakku. Ingat, aku sedang haid. Tahu ‘kan emosinya setinggi apa jika sedang menstruasi? “Ya elo lah mikir sendiri. Ups, lupa, lo ‘kan gak punya otak hahaha.” “Lo!” ku tunjuk wajahnya yang menyebalkan itu. “Apa? Heh, gue peringatin lo ya, jangan pernah cari muka sama ayang beb gue!” “Ayang beb lo? Siapa? Sean?” “Kok Sean sih! Pak Bayu! Lo tuh ngaca dong, lo gak bisa bersaing sama gue. Karena selain lo miskin dan gak selevel sama dia, lo tuh berasal dari keluarga berantakkan.” Karina melipat kedua tangannya, “Lo gak sepadan dengan pak Bayu di semua aspek, Aura magrib, sadar dong!” Aku diam tak membalas ejekannya. Aku harap setelah mengatur nafas, aku bisa menahan emosi ini. Apalagi sekarang Nadia sudah mengelus pundakku dari belakang menenangkank

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • PERFAKE HUSBAND    34. Meminta Izin Bayu

    Saat bel pulang berbunyi nyaring, aku mengemas tas lama sekali. Aku tahu diluar kelas sudah berdiri si Bayu yang akan mengajakku pulang cepat karena ia mau bertemu Maira, pacarnya yang manja itu. Dan ia akan menjadikan alasan makan diluar denganku pada mama papa agar mereka tidak di curigai. Nadia menyikutku, “Pengawal lo tuh nungguin diluar.” “Biarin. Gue masih sebel sama dia karena marah tadi soal si Karina.” “Formalitas doang kali kayak biasanya.” “Halah. Dia keliatan beneran marahin gue kok.” “Terus lo pulangnya gimana? Gue gak mau ya nganterin lo pulang dulu, nanti om gue marah.” Meski sebal, mataku terus terpaku padanya yang berdiri tidak nyaman. Dari dalam kelas, Karina yang terpaksa pakai baju olahraga karena seragam kemejanya basah karena ulahku, berlari menghampiri Bayu. “Bapak nungguin aku pulang ya?” “Aku?” Bayu terlihat kaget mendengar Karina jadi bicara tidak formal padanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • PERFAKE HUSBAND    35. Reality Show

    Aku menyedot kuat-kuat jus Nanas yang baru sampai meja. Seperti biasa aku duduk terpisah dengan pasangan menyebalkan itu. Tak ku perdulikan mereka. Aku akan menyibukkan diri memakan berbagai macam dessert yang sudah lama ku nantikan. “...aku serius, Bay.” Aku melirik ke meja mereka. Suasana jadi mistis saat tak ku dengar suara sahutan si Bayu. “Aku udah pikirin mateng-mateng semuanya. Aku gak bisa lanjutin hubungan ini.” “Sayang, kamu marah sama aku kenapa lagi? Aku akan jelasin biar kamu gak salah paham.” “Gak ada yang salah paham. Aku—aku gak bisa terima semua ini, Bay. Kamu yang nikah diem-diem, terus tinggal sama bayi merah itu.” “Bayi itu udah gak merah lagi, sayang. Askara sekarang udah putih.” Aku tidak sengaja menyemburkan Waffle yang sedang ku makan. “Aku gak peduli warna kulit bayi itu. Aku cuma mau kita putus.” Ku lirik Bayu tampak frustasi mendengar kata putus dari Maira. Ya sudah sih putus aja, ribet banget. Ia menyender lemas menutup kedua matanya. “Y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • PERFAKE HUSBAND    36. Mertua Terbaik

    Begitu selesai mandi, aku turun ke kamar Askara untuk memandikannya. Mama akan membawanya ke salon spa bayi sore ini. “Ra, Askaranya udah mama mandiin tadi.” “Hm? Udah?” “Iya, maaf ya. Tadi mama pikir kamu lagi pengen berduaan sama kak Bayu, jadi mama mandiin aja Askara. Kamu gak marah ‘kan?” Aku menggeleng. Kenapa aku harus marah? Justru aku senang sekali tidak perlu memandikan si bandit ini. “Mama tuh gak tega kalo kamu harus ngurus Askara kalo pulang sekolah. Kamu pasti udah capek belajar, jadi mama gak mau ngebebanin kamu.” “Ma, aku gak papa kok. Jujur, aku seneng banget kalo Askara udah mama handel. Aku...” “Kamu sayang ‘kan sama Askara?” Aku mengangguk cepat, “Sayang, ma. Maksud aku.. ya kata mama, aku capek kalo pulang sekolah harus ngurus Askara.” “Oh, mama pikir kamu benci sama Askara karena... dia hasil dari kenakalan kak Bayu.” “Hehehe, enggak kok, ma. Gimana pun ‘kan Askara anak aku. Ya... meskipun kadang aku kesel sih karena mukanya mirip kak Bayu bang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • PERFAKE HUSBAND    37. Kepergok Maira

    Sepulang dari salon bayi, kami semua makan malam lebih awal di resto sekitar sini. Moodku yang jadi baik setelah mendapat pelukkan dari mama, bisa terbawa suasana menjadi anak menantu yang bahagia bersama mereka. Ya memang bahagia sih, bedanya sekarang aku lebih menikmati peran menjadi menantu dan ibu Askara. “Waktu kecil kalian tuh sering banget berantem. Kak Bayu nangis karena Aura gigit. Sekarang siapa yang nyangka kalau musuh bebuyutan ini malah jadi suami istri.” Papa mengenang masa kecil kami dimana aku memang sesadis itu. “Iya, bener. Mama pikir kalo ditinggalin main bertiga Aura yang akan nangis, ternyata Bayu yang nangis. Mana Adit bukannya negur Aura, tapi malah makin nyemangatin adiknya.” Aku tertawa mengingat banyak kejadian masa itu. Dulu hidup kami rasanya akan berhenti ketika kami menjadi anak-anak. Tak ku sangka ternyata kami tumbuh sebesar ini sekarang. “Udah deh, ma, pa, gak usah bangga-banggain Aura. Aku kalo inget itu r

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • PERFAKE HUSBAND    38. Uang Nafkah?

    Maira yang datang bersama dua teman perempuannya langsung keluar dari resto. Mama terlihat senang mantan calon menantunya bisa mendengar ucapannya, sedangkan papa terlihat tidak enak dan langsung menegur mama. “Udah lah, pa, bagus dia denger. Bay, kamu udah putus ‘kan dari Maira?” Bayu mengangguk pelan. Bayu tak mengejar Maira, mungkin karena ada papa dan mama disini. Kuat juga mentalnya tidak menyusul pacarnya pergi. Aku dan Bayu saling diam di dalam mobil. Mama dan papa meminta kami pulang duluan agar aku bisa mengerjakan PR dan Bayu membuat soal UTS, sedang mereka akan pergi jalan-jalan membawa Askara dan nanti akan dijemput supir. “Lo tahu ‘kan Maira ada disitu dari tadi?” Aku memutar bola mataku malas, “Ya enggak lah. Kalo gue tahu, gue pasti sikut lo.” “Ra, jujur aja sama gue, lo seneng ‘kan hidup enak di keluarga Ananta, jadi omongan Maira bener soal lo yang mau memiliki gue?” “Gue gak mun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • PERFAKE HUSBAND    39. Usaha Sean

    Sepanjang jalan Sean terus bicara meski tidak mendapat respon dariku. Pikiranku melayang pada banyak hal, terutama soal negara tempatku kabur itu. Bayu benar. Ucapannya sama dengan Nadia. Aku tidak mungkin kabur kesana karena bahasanya saja belepotan minta ampun. Mana mungkin aku bisa hidup disana. Tentu aku bisa kalau berusaha lebih keras, tapi otakku ini otak eksakta sehingga mempelajari bahasa sangatlah sulit untukku. Sejujurnya bahasa inggrisku saja tidak sebagus itu tapi tidak separah bahasa Prancis. “Kamu dari tadi diem terus. Kenapa?” Sean duduk di depan bangkuku. “Aku lagi mikirin soal kuliah, Sean.” “Oh, kenapa sama kuliah? Kamu mau kuliah dimana?” Aku memainkan jariku. Kalau Sean tahu dia akan meledekku tidak ya seperti Nadia dan Bayu? “Ra?” “Ehm, kita boleh bermimpi ‘kan?” “Tentu aja. Kamu mau kuliah dimana?” “Di Prancis.” Sean tak menjawab. Dia pasti sedang sibuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • PERFAKE HUSBAND    40. Ditembak Pertama Kali

    Saya mau bicara sama kamu, Aura.” Aku belum sempat menjawab, Bayu yang baru ku ingat tidak akur dengan pak Andre, langsung menghadangnya. “Aura harus masuk kelas, udah mau bel.” “Baru mau ‘kan? Belum masuk.” “Lo!” Aku menahan Bayu, “Mending elo deh yang masuk kelas. Lo ada jadwal ngajar di kelas lain ‘kan? Sana.” Bayu menatap sinis ke arah pak Andre, “Kalo lo macem-macem sama Aura, lo berurusan sama gue.” Bayu pergi. Ancamannya pada pak Andre jujur sedikit menakutkan sih. Memangnya apa yang akan dilakukan pak Andre padaku sehingga ia sampai mengancam begitu? “Bapak mau bicara apa?” “Kamu bener mau nikah sama Sean?” “Hm? Saya ‘kan masih sekolah, pak.” “Nanti.” “Jodoh gak ada yang tahu, pak.” “Saya kecewa, Aura.” “Hm? Kecewa? Kenapa bapak kecewa?” “Saya cemburu sama Sean.” Aku diam. Cemburu? Kenapa pak Andre bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28

Bab terbaru

  • PERFAKE HUSBAND    144. Bukan Suami Palsu

    Dua tahun kemudian... “...sayang, tiketnya habis, gimana dong? Kita pending aja, ya, sampe liburan tahun baru beres?” Bayu baru masuk ke dalam apartemen sambil menggantung mantelnya, karena di Paris sekarang sedang musim gugur mendekati musim salju. “Mas, kamu tuh, cari dong ke penerbangan lain. Kalo kita harus berangkat dari Paris Beauvais atau kalo ke Itali dulu juga gak papa kok. Yang penting kita pulang ke Indonesia sebelum musim liburan abis!” Bayu memijat bahuku, “Sayang, jangan marah-marah dong. Kasian anak kita.” Aku membalikkan badan memelototinya, “Ganti tuh popoknya.” “Iyaaa. Kamu jangan marah dong.” Aku tak mengindahkan ucapan Bayu lagi. Dia selalu begitu. Kalau gagal langsung diam, bukan mencari opsi lain. Setelah dua tahun menikah, dia masih saja lemot seperti dulu. Aku membuka bungkus roti bertuliskan bread RaYu : delicieux, Leger, Cipieux (Enak, Ringan, Kenyang). Brand roti yang kami buat disini sambil aku kuliah, dan Bayu bekerja. “Sayang?” Aku menoleh sambil

  • PERFAKE HUSBAND    143. Malam Pertama Mantan Musuh

    Aku terus menyisir rambutku depan cermin. Sedangkan Bayu sok sibuk dengan kado-kado yang kami dapat. Tok-Tok-Tok “Ra, Bay, buka dulu. Kalian belum ngapa-ngapain ‘kan?” Aku melirik Bayu, “Buka tuh.” Bayu bergerak mendekati pintu, “Kenapa, ma?” Ku lihat mama memberikan dua jamu beda warna itu pada Bayu, “Yang kiri untuk kamu, yang kanan untuk Aura. Oyah, Aura—mana?” Aku berlari mendekati pintu, “Aku disini, ma.” “Hehehe, kalian—bener gak mau nginep di hotel aja?” Aku dan Bayu menggeleng keras-keras. “Oh ya udah. Mama—tinggal ya?” “Iya, ma.” Mama sudah pamitan, tapi tak kunjung pergi. Sampai papa datang menyeret mama menuruni tangga. “Kalian—lanjutin aja. Mama tuh kurang minum, jadi agak lambat geraknya. Kalian masuk sana. Kunci ya, pintunya. Ayo, ma.” Aku dan Bayu menahan senyum. “Gue tutup ya.” kataku. Sebelum pintu ditutup, kakek mendorong pintu. “Kek? Ada apa?” Kakek melihat ke dalam kamar, “Kalian—gak butuh apa-apa?” Aku dan Bayu saling lirik dan

  • PERFAKE HUSBAND    142. Adu RaYu (Aura - Bayu)

    “...saya terima nikah dan kawinnya Aura Riana binti Jefri Septian dengan mas kawin tersebut, tu-nai.” “Bagaimana para saksi?” tanya pak penghulu. “Sah.” “SAAAAAAH!” teriak Adit dan Karina kompak. Aku menahan tawaku ketika duduk bersanding dengan Bayu di meja akad. Aku salim padanya, ia juga mencium keningku. Setelah mendengar semua pengakuannya kemarin, hatiku terenyuh pada rayuan si semprul satu ini. Aku pun mengakui kalau perasaanku sama padanya. Bayu langsung mengatakan akan menikahiku hari ini. Ia langsung mengabari mama-papa, ibu-ayah dan kakek. Kini semua hadir disini, dalam acara pernikahan asli antara RaYu alias Aura dan Bayu. Setelah menyalami tamu yang di undang hanya teman dekat dan keluarga, aku dan Bayu menghampiri meja dimana semua tengah berkumpul. “Kita sambut pengantin no palsu-palsu club kita, Adu RaYu. Beri tepuk tangan yang meriah untuk mereka.” Adit tiba-tiba berteriak seolah menjadi MC. Semua menurut, mereka bertepuk tangan meriah. “Akhirny

  • PERFAKE HUSBAND    141. Kode Rahasia

    Aku berlari dari rumah Bayu menuju rumahku. Di depan garasi, ada motor Adit. Aku masuk ke dalam rumah yang sepi. “...gue bisa mati kalo gini caranya, Dit.” “Jangan mati dulu lah, Bay, belum umur tiga puluh.” “Diem lo! Lo emang gak bisa dipercaya. Lo gak liat luka gue sebesar ini, hah? Lo mah enak, cuma baret aja.” Aku berhenti di dapur, menatap Adit yang sedang menyesap kopinya di kursi, dan Bayu yang terduduk lesehan diatas tikar. Mereka dalam kondisi baik-baik saja. Tidak ada baret, atau luka apapun. “Kalian—gak papa?” Adit dan Bayu menoleh. Bayu berdiri dan melotot tak percaya melihatku ada disini, “Ra? Lo—disini?” Adit menggaruk kepalanya. “Gak lucu tahu gak!” Bayu dan Adit saling tatap. “Itu ide si Adit, Ra. Gue gak ikutan.” Aku melirik Adit, “Lo tuh tahu gak sih kalo gue hampir mati dapet kabar tadi?” “Ya lo bilang si Bayu gak akan mati, gimana sih.” Aku menangis, tak percaya Adit masih bisa membela diri padahal jelas ia salah. “Ra, gue—minta maaf

  • PERFAKE HUSBAND    140. Bayu Sekarat

    Pagi yang mendung. Sedari malam, Surabaya diguyur hujan. Langit seolah tahu, bahwa aku merindukan Jakarta dan seisinya hingga menangis. Drrrrt~ Aku meraih ponsel di nakas, “Adit?” “Ra, halo? Ra, urgent banget lo harus pulang.” Adit bicara dengan hebohnya. “Lo—kenapa?” “Gue kecelakaan, Ra.” “Hah?” aku bangkit dari kasur, “Kok bisa? Lo gak papa ‘kan?” “Gue hampir sekarat.” Aku diam sejenak, “Ada ya, orang sekarat suaranya kenceng dan semangat gini?” Adit diam. “Lo tuh caper banget sih. Pacar lo ‘kan disana, lo telpon Karina lah, gue ‘kan jauh. Kecelakaan kecil gak akan bikin lo mati.” “Si Aura.” Aku tertawa, “Ketauan nih ye, mau nipu gue.” “Yang sekarat bukan gue.” Katanya lirih. “Terus? Ka-rina?” “Bukan. Karina di rumahnya. Gue kecelakaan berdua, sama si Bayu.” Deg! “Ra, si Bayu—sekarat. Lo—bisa pulang sekarang ‘kan?” Aku diam, menggigit jariku kencang, “Kok si Bayu—ada di Jakarta? Dia—bukan di Prancis?” “Ceritanya panjang. Dia balik lagi dari

  • PERFAKE HUSBAND    139. Masalah Pertama di Surabaya

    Aku baru beres mengaudit keuangan pabrik tiga bulan terakhir. “Akhirnya selesai juga.” Seorang pegawai perempuan usia Adit menghampiriku, “Kak, permisi, ada surat dari pengadilan.” “Hm? Siapa yang cerai?” “Itu... dari pengadilan tinggi, kak, bukan dari pengadilan agama.” “Ah, iya. Aku pikir ada yang cerai.” Aku menerima dan membaca isi surat yang diberikan. Aku mengernyit, “Ini maksudnya pabrik kita digugat atas persamaan nama dengan badan usaha lain?” “Betul, kak. Pabrik roti yang udah berdiri lima puluh tahun lalu merasa dirugikan dengan persamaan nama pabrik ini. Katanya banyak orang mengira ini adalah pabrik cabang.” Aku melirik membaca nama pabrik roti yang masih kecil ini, “Sari Rasa?” “Karena bu Syaira gak ada disini, jadi kakak yang harus ke pangadilan minggu depan.” “Aduh, ini gak ada cara yang lebih simpel apa, mbak?” “Ada, kak. Pihak pabrik pesaing bilang, kalau kita ganti nama secepatnya, mereka akan cabut gugatan.” “Bentar ya.” aku membuka pon

  • PERFAKE HUSBAND    137. Kesempatan untuk Maira

    Aku berjalan pelan menuju mobil bersama ayah dan Adit. “Jadi klien ayah yang nyuruh cari Andre itu—papa? Maksud aku—om Rino?” Ayah mengangguk, “Kami punya tujuan yang sama. Mencari orang tidak pernah semenyenangkan ini sebelumnya. Ayah gak nyangka bisa menemukan Andre di ATM deket sekolah kamu. Ayah pikir dia kabur ke luar kota. Pantes ayah pergi ke tempat lain, orang gak pernah liat dia.” Aku mengernyit, “ATM?” “Yah, si Andre itu—” Aku menatap Adit memintanya diam. “Kenapa sama Andre? Ada yang harus ayah tahu? Biar ayah sampaikan sama kepolisian untuk memberatkan masa tahanan.” Adit menggeleng, “Gak papa, tadi cuma mau bilang si Andre pasti lagi ngambil duit.” Ayah tertawa, “Ya iya lah, Dit, masa ngambil cucian. Laundry kali.” “Euh, lo tuh ya.” aku ikut mengalihkan topik. Mama, papa, dan Bayu berjalan mendekati kami. “Kamu tenang sekarang, Ra, Andre udah mendapatkan hukumannya.” Aku tersenyum, “Makasih ya, pa, masih mengusahakan mencari dia, sampe duel segala

  • PERFAKE HUSBAND    137. Pak Andre di Temukan

    Aku memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Adit mengembalikan mobilku dengan baik. Dia memang pandai menjaga barang. “Lo serius mau berangkat sekarang?” tanya Adit yang disikut ibu, “Nyari univ ‘kan gak harus kesana langsung. Lewat internet aja, gue bantuin.” “Banyak yang harus gue urus disana, kak.” “Gue bisa anterin lo kalo akhir pekan.” “Gak usah, lo ‘kan sekarang sibuk pacaran sama Elsa.” Aku menghampiri ibu dan memeluknya, “Bu, aku pamit sekarang, ya? Doain perjalanannya lancar.” “Pasti. Kamu kalo pegel, ngantuk atau apapun itu, berhenti dulu.” “Siap.” “Lagak lo sih, ke sana bawa mobil sendiri. Naek pesawat aja, atau kereta gitu, atau nggak Buroq.” Aku melepaskan pelukkan ibu, “Lo tuh ya. Terserah gue lah.” Aku berdiri dihadapan Adit, “Gue—pamit ya, kak. Sama-sama, gue seneng bisa ngurus lo selama ibu di Surabaya. Udah kenyang banget gue teriak sama lo selama ini. Tapi meskipun gitu, gue pasti akan merindukan elo sih. Jengukin gue kesana loh.” Kami berpeluk

  • PERFAKE HUSBAND    136. Mengenang

    Aku membereskan baju-baju dan semua keperluan yang akan dibawa ke Surabaya. Aku sudah pulang, membawa mobil dan hadiah emas dari kakek. Aku pamerkan pada Adit, membuatnya memohon untuk meminjamkan mobilnya untuk pergi dengan Karina. “Kalo lo pelit, kuburaan lo sempit loh, Ra.” Adit masih gencar merayuku. “Tinggal beli lagi tanah kuburannya. Gue sekarang kaya, Dit, gue punya lima batang emas.” Adit manyun memainkan pintu kamar. “Mau pergi kemana sih lo?” “Ya keliling aja. Gue akan bilang kok kalo itu mobil elo.” “Dit, si Karina itu orang kaya. Dia pasti bosen kalo kemana-mana naek mobil. Naek motor tuh pengalaman baru buat dia.” “Gue yang bosen.” Aku menghentikan aktivitas beberesku. Ku lirik Adit yang memasang wajah super mengkhawatirkan, “Iya-iya gue pinjemin.” Adit melotot senang, “Serius lo?” “Tapi itu bensinnya abis, tolong di isi ya.” Adit menghampiriku, “Oke, gue isi gocap.” “Yah, gocap. Lo pikir mobil barbie. Yang bener aja dong.” “Gue belum gajian, gu

DMCA.com Protection Status