Kami berada dalam kamar setelah mencuci pakaian. Ayah dan Ibu berada di bawah dengan kesibukan masing-masing. Sejak kepulangan mertua dan Kak Rina kemarin, aku dan Rafan belum saling bicara. Mungkin sekarang adalah saatnya.
Ia duduk termenung di tempat tidur, sementara aku berada di kursi. Memang tadi malam kami masih satu ranjang, tetapi tetap saling memunggungi. Bukan aku tidak takut dosa, tetapi hati ini butuh untuk dipulihkan dan sepertinya saat ini Rafan bukanlah penawar luka.
“Rafan ....” Ia mengalihkan pandangan kepadaku. Kedua matanya bengkak lagi merah seperti habis menangis.
“Boleh kamu beri penjelasan dengan jujur tentang kata-kata Marsha kemarin?”
“Kata-kata yang mana?” tanya Rafan dengan suara yang lemah. Sebenarnya aku ingin mendekap, lalu menghiburnya. Namun, harus bagaimana jika hati ini saja sama bahkan lebih terluka.
“Kamu selalu merindukannya dan lebih menyayangi Marsha karena ia telah me
Nyatanya Hati Ini RinduAku adalah perempuan lemah yang tidak tahu harus berbuat apa jika dihadapkan pada masalah serius terutama jika belum pernah mengalami sebelumnya. Memang sering membaca kisah dan cara jitu hadapi istri kedua, tetapi mempraktikkannya susah sekali. Apalagi mengingat mereka yang sah di mata agama.Tidak semua perempuan kedua adalah pelakor. Adapun dalam islam memperbolehkan poligami, tetapi dengan syarat tertentu. Sepertinya aku harus berusaha seikhlas Arini dan membunuh dongengnya sendiri. Namun, ucapan adalah hal mudah, sedangkan mempratikkannya barulah tantangan besar.Saat kita berlayar, harus selalu siap ketika berada di tengah laut dan diempas ombak berulang kali. Jika selamat di tengah badai, itu adalah pertolongan Allah dan jika harus tenggelam, itu adalah takdir dari-Nya.“Lin?” panggil Ibu saat aku tengah mencuci piring.“Iya, Bu?”“Ibu mertuamu masuk rumah sakit, penyak
POV RAFAN.Hujan Di MatakuAku yang tak pernah bisa lupakan dirinyaYang kini hadir di antara kitaNamun 'ku juga tak 'kan bisa menepis bayangmuYang selama ini temani hidupkuKalau saja waktu itu ku tak jumpa dirinyaMungkin semua takkan seperti iniDirimu dan dirinya kini ada dihatikuMembawa aku dalam kehancuranMaafkan aku menduakan cintamuBerat rasa hatiku tinggalkan dirinyaSeandainya bila kubisa memilihAku menyanyikan lagu band Ungu tanpa musik dalam perjalanan menuju kantor. Sebenarnya kepala sedikit sakit saat pagi tadi menerima pesan WhataApp dari Marsha. Ia terus menuntut agar aku menjatuhkan talak tiga pada Raline. Bagaimana mungkin sementara cinta masih terus tumbuh padanya.Lagu ini aku nyanyikan dalam siatuasi berbeda. Bukan tidak bisa melupakan Marsha, tetapi ia yang datang seakan menjebak. Terlebih saat itu ia sedang butuh seseorang karena dikhianati. Lantas, apa aku ha
POV RALINE.Sebuah Rencana Yang MendebarkanFoto Rafan yang dicium istri keduanya sungguh membuat sakit hati. Sepertinya ia sengaja melakukan itu meski Rafan terlihat terpaksa. Perempuan kedua yang sengaja menghancurkan rumah tangga kami, memanfaatkan keadaan dan perasaan di masa lalu suamiku. Ia pandai menyusun rencana sehingga apa yang menjadi keinginan hatinya akan terwujud dengan cara apa pun.Aku tidak boleh lengah dan kalah pada permainan yang ia jalani sekarang. Meski mungkin Marsha sudah ahli dalam urusan seperti ini, aku punya Allah yang mampu atas segala sesuatu. Lagian ada Farah dan Mei yang akan membantu jika saja otak tidak mampu berpikir mencari jalan.Foto itu sudah aku hapus. Tangan ini mengelus dada sambil terus tersenyum. Penjelasan dan air mata Rafan seakan menjadi obat karena itu sebagai bukti bahwa di hatinya masih ada aku. Tinggal bagaimana cara mempertahankan posisi sebagai Ratu. Marsha mengibarkan bendera perang, tetapi aku
Titah Orangtua“Aku berangkat, ya,” pamit Rafan sambil melangkah ke mobil setelah kucium punggung tangannya.“Iya, hati-hati di jalan. Pulang kerja langsung ke sini, ada kejutan untukmu.”“Iya, Sayang. Assalamualaikum.” Rafan sudah berada di dalam mobil. Senyuman hangat itu kini telah kembali. Aku pun membalas dengan senyum hangat paling indah.“Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,” balasku sambil menatap kepergiannya.Ayah sudah pergi sejak tadi. Sebenarnya aku melarangnya bekerja, tetapi ia kekeh dengan keputusannya. Mau bagaimana lagi, itu adalah keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.Aku melangkah masuk ke rumah dan langsung menuju wastafel mencuci piring. Di dapur sudah ada Ibu yang baru saja selesai menyapu. “Lin, setelah cuci piring ke ruang tengah, ya. Ibu mau bicara.”“Iya, Bu,” jawabku lalu mencuci piring yang jumlahnya hanya beberapa.
Perempuan Kedua ItuRafan sudah berangkat bekerja, sementara aku tidak tahu harus melakukan apa. Hari jumat yang penuh berkah, semoga Allah anugerahkan bahagia untuk sekarang dan seterusnya. Sejak tadi aku senyum-senyum sendiri, kaki seakan melayang di udara karena hati yang selalu berbunga-bunga.Ingin menatap senja, sore masih lama. Ingin melihat pelangi, hujan tidak turun. Pun ingin memandangi lelaki tampanku, ia sedang di kantor.Hampa. Sepi. Sunyi.Pekerjaan rumah sudah beres bahkan aku sudah selesai mandi. Jam masih menunjuk angka sembilan dan sejak tadi Ibu sudah pergi bersama teman-teman pengajiannya.Kuembuskan napas kasar. Baru saja ingin menelepon teman-teman, tetapi suara ketukan di pintu menghentikanku. “Siapa?”Saat daun pintu terbuka lebar, terlihat Marsha tersenyum penuh keangkuhan. Perempuan itu tetap cantik meski memakai pashmina. Aku sempat deg-degan karena tidak ada orang lain di rumah, tetapi sekarang tidak l
Selamanya Cinta“Fan, gimana keadaan ibu? Astagfirullah, serius aku benar-benar lupa beliau ada di rumah sakit,” ucapku memasang raut wajah sedih.Memang lupa karena pikiran terlalu banyak sehingga pada hal sepenting itu pun malah dilupakan. Semoga saja Ibu tidak kecewa pada menantu yang mengaku dicintai bagai putri kandung sendiri.“Baik, Sayang. Aku juga lupa ngasih tahu kamu kalau ibu sudah pulang dan cuma satu malam nginap. Katanya udah merasa lebih baik ngeliat kita, kata dokter itu faktor stres berat.” Rafan tersenyum sambil terus memasukkan pakian dalam mesin cuci untuk diperas airnya.Hari ini ia libur bekerja dan berniat membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah. Setelah semua beres, kami akan pulang ke rumah sendiri dan kembali membersihkan sekaligus olahraga.Sebenarnya di rumah ibu tidak terlalu repot karena hanya perlu menyapu, mencuci pakaian sendiri dan mencuci piring. Untuk melap jendela memang jarang ka
Tetangga BaruHari minggu tidak ada aktivitas, Rafan hanya jogging sebentar karena sudah lama tidak berolahraga katanya. Untuk pakaian juga tidak ada yang harus dicuci. Andai ada anak-anak mungkin akan ramai rumah dengan gelak tawa atau tangis mereka saat saling berebut mainan.Andai, tetapi nyatanya belum ada bahkan di dalam rahim sekali pun. Padahal aku sangat berharap ada yang bisa diajak bercanda, paling tidak satu. Namun, seperti yang aku ucap pada Marsha bahwa ini hanyalah soal takdir. Lagian setelah ada perempuan kedua itu, kami tidak pernah lagi melakukan program hamil.Jadi, kemungkinan besar bahkan bisa dibilang mustahil untuk mendapat rezeki itu untuk sekarang. Aku hanya mampu duduk di teras rumah, menatap ke depan dengan pikiran yang melayang entah harus ke mana lagi. Rasa takut kini merajai hati, tepatnya takut kehilangan jika Rafan bosan menunggu.Anak adalah pelengkap bahagia dalam rumah tangga. Dengan anak pula banyak pahala yang akan dira
Duka SahabatkuRafan sudah berangkat kerja, saatnya berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. Tidak serumit istri yang berstatus ibu, aku hanya harus mencuci di mesin cuci sambil menyapu sedikit. Tidak ada anak-anak yang menjadikan rumah seperti kapal pecah, tidak ada tangis karena saling berebut mainan.Hanya dua jam semua sudah beres. Kini harus melangkah ke kamar mandi karena lauk dan nasi sudah disiapkan pagi tadi. Seperti inilah jika sendiri di rumah, tidak terlalu repot, tetapi kesepian resikonya.Sebelum masuk ke kamar mandi, kebiasaan seorang perempuan adalah mengumpulkan niat apakah harus membuang-buang air atau tidak. Aku tidak pernah gerah karena ada air conditioner di rumah. Notifikasi WhatsApp mulai mengusik pikiran, niatnya cuma lima menit pasti berlalu lima jam.Ada beberapa pesan dari Grup KUBIDCAM. Jemari segera membuka kolom percakapan itu dengan berdebar-debar.Mei Kubidcam[Suamiku kecelakaan dan meninggal di rumah sakit.]