Beranda / Pernikahan / PENYESALAN / 19. Panggilan Sidang

Share

19. Panggilan Sidang

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sudah dari pagi aku bersiap-siap menuju ke pengadilan agama. Mirna pun turut datang kembali untuk menjadi saksi dan penyemangatku.

Namun sangat disayangkan, Mas Rizki lagi-lagi tidak hadir dipanggilan sidang maupun mengirimkan kuasa hukumnya. Setelah panggilan sidang yang sebelumnya untuk upaya perdamaian dan mediasi gagal karena tergugat tidak hadir. 

Begitu pula dalam panggilan sidang lanjutan tentang pembacaan surat gugatan serta pengumpulan bukti-bukti tentang perselingkuhan Mas Rizki yang akan memperkuat proses perpisahan ini. Mas Rizki kembali mangkir dalam persidangan. Tak ada bantahan atau eksepsi kompetensi dari pihak Mas Rizki untuk menyanggah semua isi gugatan. Ya, mungkin dia malu atau memang dia sudah tak mau ambil pusing tentang hasil putusan sidang ini.

Setelah pembacaan gugatan selesai,  dilanjut oleh musyawarah majelis hakim, sesuai dengan jadwal sidang, pada tahap ini dibacakan putusan majelis hakim. Putusan verstek majelis hakim, kar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yung
kalau tak bersalah ada aja jln nya nadia bahagia,emang si riski iru pengacau dari dulu udah revutin tunanfan hasbi twrus di hianati kan laknat nama nya semoga aja kepentok karma yg mengerikan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENYESALAN   20. Dia Berbeda Benganmu

    "Sah!" "Alhamdulillah..." Pernikahan siriku dengan Keysha hanya dihadiri oleh beberapa orang saja, mengingat rencana pernikahan tempo hari gagal karena tragedi penculikan itu. Tapi aku bersyukur akhirnya sekarang aku dan dia sudah menikah. Setelah pernikahanku dengan Keysha, entahlah justru rasanya semakin hambar menjalani hubungan ini. Apalagi Keysha selalu merengek ingin minta tinggal terpisah dengan ibu. Seringkali terjadi percekcokan diantara keduanya, karena salah satu tidak ada yang mau mengalah. Keysha tak mau membantu pekerjaan rumah, dengan alasan dia sedang hamil, gampang capek, padahal dia sudah tidak kuliah lagi, sejak kejadian itu. Aku yang melarangnya pergi, takut kejadian itu terulang kembali. Dengan berat hati, aku mencari rumah kontrakan yang sederhana karena uangku pas-pasan. "Bu, kami pamit," ucapku berpamitan dengan ibu. S

  • PENYESALAN   21. Cemburu

    Ucapanku yang penuh penekanan membuat Keysha terdiam, mencerna semua perkataanku. Aku bergegas mandi dan ganti pakaian, lalu berangkat ke kantor. "Ingat, pekerjaanmu di rumah sebagai istri. Masak dan yang lainnya, tapi tetap perhatikan kesehatanmu, kalau capek istirahat. Kau mau kan om tetap betah di rumah?" Keysha mengangguk. "Kalau kamu bingung mau masak apa, kamu tinggal browsing di internet, banyak aneka resep masakan yang tersedia disana," ujarku lagi. "Iya, om." "Dan satu hal lagi, untuk bulan ini dan beberapa bulan ke depan kita harus hemat, apalagi nanti menjelang kamu melahirkan, pasti akan banyak biaya." Keysha mengangguk lagi walaupun dia cemberut. "Ya sudah, om berangkat ke kantor dulu. Ingat nanti sore masak ya." "Kalau masakan Key gak enak, gimana?" "Tidak apa-apa, namanya juga belajar, pasti butuh proses kan?" Kutinggalkan dia setelah aku berpamitan dengannya. Kuhela nafas dalam-dalam, aku

  • PENYESALAN   22. Cemburu (2)

    "Lho, Mas Rizki ada disini?" Aku terhenyak mendengar sapaan itu. "Masuk aja, itu Nadia sama Mas Hasbi ada di dalam," lanjutnya lagi. Ia melengos pergi, namun segera kucegah. "Tunggu, Mir. Ada yang ingin aku tanyakan." "Iya, ada apa?" jawab Mirna. "Apa benar Nadia beli ruko ini?" "Iya bener, kenapa?" "Tapii, dia dapat uang dari mana?" "Ih kepo ya Mas Rizki ..., Tanyain aja langsung sama orangnya. Ya siapa tahu kan dia dapat uang dari calon suaminya itu?!" jawabnya penuh penekanan. "Ca-calon Su-suami? Siapa calon suami Nadia?" Aku agak ragu mengatakannya. Masa Nadia secepat itu melupakan aku? "Heeemm, harusnya Mas Rizki tahu sendirilah siapa yang akhir-akhir ini dekat dengan Nadia," jawabnya bertele-tele. "Maksudmu Hasbi?" "Mungkin. Udah ya mas, aku tinggal dulu," pamitnya kemudian pergi begitu saja. Sungguh, aku tercengang mendengar jawabannya. Benarkah mereka akan kembali menikah?

  • PENYESALAN   23. Rumah baru harapan baru

    Kubukakan mata secara perlahan. Kulihat Mas Hasbi dan Mas Rizki nampak khawatir padaku. Segera aku bangkit untuk duduk, meskipun kepalaku terasa berdenyut nyeri. Tetiba Mas Rizki berlutut di hadapanku dan minta maaf kalau dia khilaf. Ah itu bukannya khilaf mas, tapi memang disengaja. Kau sengaja ingin memukul Mas Hasbi kembali, namun aku menghalanginya. Hingga pukulan itu mengenai kepalaku. Entahlah kenapa dia bersikap seperti itu. Untuk apa dia marah? Bukankah diantara kita sudah tak ada ikatan lagi? Bahkan dia sudah menikah dengan Keysha, Kenapa dia tetap menggangguku. "Sudahlah mas, kau pulang saja. Kasihan istrimu mas," pungkasku. Aku ingin dia pergi saja dari sini dari pada kembali membuat keributan. "Ya sudah, mas pulang dulu. Kamu hati-hati ya, jangan terlalu dekat sama buaya darat," sindir Mas Rizki sembari melirik ke arah Mas Hasbi. Sebenarnya disini

  • PENYESALAN   24. Rahasia itu akhirnya terbongkar

    "Aku mau minta bantuanmu Mas, tolong jualkan rumah ini, hasil penjualannya untuk mencicil hutangku padamu." "Hutang?" "Mas, bantuanmu itu aku anggap sebagai hutang, aku tidak mau menerimanya lagi secara cuma-cuma. Kamu sudah memberiku mobil, padahal perasaanku sudah tak enak untuk itu. Aku merasa berhutang padamu. Tolonglah jangan membuatku tak nyaman seperti ini." "Baiklah, untuk rumah kau boleh mencicilnya. Untuk mobil, biarkan saja. Itu pemberianku padamu," jawab Mas Hasbi yang membuatku merasa lega. "Iya mas, aku minta tolong ya mas, jualkan rumah ini, mungkin hasilnya tak banyak tapi..." ucapku lagi. "Kamu yakin mau jual rumah ini?" "Iya mas, aku sangat yakin," sahutku lagi. Lebih baik aku jual rumah ini, agar kenanganku bersama Mas Rizki menghilang bersamaan dengan itu. "Baiklah, akan kubantu." "Tolong kirimkan nomor rekeningmu padaku, mas. Aku punya sedikit tabungan, cuma seratus juta tapi bisa unt

  • PENYESALAN   25. Aku masih mencintaimu

    Nadia termenung, cukup lama. Tak ada sahutan apapun darinya. Kuperhatikan wajahnya yang terlihat kuyu. Seperti tak punya semangat, atau karena dia kelelahan, entahlah. Mungkin dia terlalu larut dalam kesedihan dengan masalahnya akhir-akhir ini. Sungguh, dalam hatiku, ingin sekali membahagiakannya atau setidaknya bisa menghapus luka di hatinya. Aku lebih senang melihatnya tersenyum, ia terlihat lebih cantik. Sudah tujuh tahun hubunganku kandas, namun sampai saat ini aku masih sangat mencintainya. Aku sudah berusaha untuk melupakan, tapi semuanya begitu sulit. Sangat sulit. Bayangannya selalu hadir menari-nari dalam pikiranku. "Maaf mas, sepertinya aku belum bisa memikirkan untuk menikah lagi. Berikan aku waktu untuk sendiri. Kau pulang saja, mas..." sahutnya yang membuatku tertegun. Apa sebesar itu rasa cintanya pada Rizki? Hingga menolakku? Atau apakah dia masih trauma? "Kenapa?" "Mas, aku baru bercerai dua bulan yang lalu. Aku bu

  • PENYESALAN   26. Maukah kau menikah denganku?

    Kuhempaskan tubuhku duduk di sofa. Aku tersenyum kembali membayangkan raut wajah Nadia yang tersipu malu. Sungguh menggemaskan."Ciee, yang habis pulang nganterin calon..." sindir Mbak Nisa.Aku menoleh ke arahnya. Dia pasti berpikir aku tersenyum karena Andin."Gimana responnya?" tanya Mbak Nisa kembali."Apaan sih mbak? Ini bukan tentang Andin," jawabku."Terus? Kamu senyam-senyum sendiri kenapa? Kamu kayak orang yang sedang jatuh cinta.""Hmmm...""Tuh benar kan, jadi kamu jatuh cinta juga sama Andin? Benar sih, dia kan cantik, menarik, mbak aja sebagai perempuan suka, apalagi kamu sebagai laki-laki.""Mba, sudah kubilang, ini bukan tentang Andin. Aku memang jatuh cinta mba, tapi bukan dengan dia. Ada orang lain yang aku cintai mba, jadi jangan jodoh-jodohkan aku lagi dengan Andin.""Siapa?" tanya Mbak Nisa ingin tahu."Menurut mbak?""Mbak kan bukan dukun, jadi gak tahu.""Dari dulu sampai

  • PENYESALAN   27. Dasar Pengganggu!

    Aku takkan bosan mengatakan itu padamu, Nadia, sampai kau benar-benar akan menerimaku sebagai suamimu. Aku akan terus mengatakannya padamu. Jika kau menolak aku tidak akan pantang menyerah, ya, kau benar. Aku akan terus berusaha sampai aku mendapatkannya. Prok ... Prok ... Prok ... Suara tepukan tangan membuat kami menoleh ke sumber suara. Tetiba Rizki datang diwaktu yang kurang tepat. Apa maksudnya coba? Dia mengganggu sekali. Ingin kupukuli dia saat ingat dialah penyebab aku dan Nadia berpisah. Tapi kalau aku main kekerasan, itu artinya aku belum dewasa. Akan kuselesaikan ini baik-baik. "Aw aw aw, rupanya ada yang melamar mantan istriku, padahal udah ditolak. Gak punya malu ya..." sindir Rizki, perkataannya mulai lancang. Sabar, sabar, aku tidak boleh terpancing. Aku tak boleh emosi. Rizki sepertinya sengaja ingin menjebakku agar bisa mengikuti keinginannya, berbuat kekerasan, mungkin. Nadia menoleh ke arahku. Aku tersen

Bab terbaru

  • PENYESALAN   93. Seribu tangkai mawar untukmu (End)

    "Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."

  • PENYESALAN   92. Biar gendut tapi masih muat

    Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g

  • PENYESALAN   91. Tenggelam

    Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.

  • PENYESALAN   90. Liburan Keluarga

    "Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters

  • PENYESALAN   89. Ambilkan Bulan, Bu

    "Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem

  • PENYESALAN   88. Kematian yang tragis

    " ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu

  • PENYESALAN   87. Dendam Yang Tak Pernah Usai

    Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"

  • PENYESALAN   86. Kehilangan

    "Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."

  • PENYESALAN   85. Berita Duka

    Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria

DMCA.com Protection Status