Beranda / Pernikahan / PENYESALAN / 26. Maukah kau menikah denganku?

Share

26. Maukah kau menikah denganku?

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kuhempaskan tubuhku duduk di sofa. Aku tersenyum kembali membayangkan raut wajah Nadia yang tersipu malu. Sungguh menggemaskan.

"Ciee, yang habis pulang nganterin calon..." sindir Mbak Nisa.

Aku menoleh ke arahnya. Dia pasti berpikir aku tersenyum karena Andin.

"Gimana responnya?" tanya Mbak Nisa kembali.

"Apaan sih mbak? Ini bukan tentang Andin," jawabku.

"Terus? Kamu senyam-senyum sendiri kenapa? Kamu kayak orang yang sedang jatuh cinta."

"Hmmm..."

"Tuh benar kan, jadi kamu jatuh cinta juga sama Andin? Benar sih, dia kan cantik, menarik, mbak aja sebagai perempuan suka, apalagi kamu sebagai laki-laki."

"Mba, sudah kubilang, ini bukan tentang Andin. Aku memang jatuh cinta mba, tapi bukan dengan dia. Ada orang lain yang aku cintai mba, jadi jangan jodoh-jodohkan aku lagi dengan Andin."

"Siapa?" tanya Mbak Nisa ingin tahu. 

"Menurut mbak?"

"Mbak kan bukan dukun, jadi gak tahu."

"Dari dulu sampai

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yung
mau ya nadia biar riski tau cinta itu tak bisa di halanghalangi,ada aja jln nya untuk bersatu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PENYESALAN   27. Dasar Pengganggu!

    Aku takkan bosan mengatakan itu padamu, Nadia, sampai kau benar-benar akan menerimaku sebagai suamimu. Aku akan terus mengatakannya padamu. Jika kau menolak aku tidak akan pantang menyerah, ya, kau benar. Aku akan terus berusaha sampai aku mendapatkannya. Prok ... Prok ... Prok ... Suara tepukan tangan membuat kami menoleh ke sumber suara. Tetiba Rizki datang diwaktu yang kurang tepat. Apa maksudnya coba? Dia mengganggu sekali. Ingin kupukuli dia saat ingat dialah penyebab aku dan Nadia berpisah. Tapi kalau aku main kekerasan, itu artinya aku belum dewasa. Akan kuselesaikan ini baik-baik. "Aw aw aw, rupanya ada yang melamar mantan istriku, padahal udah ditolak. Gak punya malu ya..." sindir Rizki, perkataannya mulai lancang. Sabar, sabar, aku tidak boleh terpancing. Aku tak boleh emosi. Rizki sepertinya sengaja ingin menjebakku agar bisa mengikuti keinginannya, berbuat kekerasan, mungkin. Nadia menoleh ke arahku. Aku tersen

  • PENYESALAN   28. Aku Tidak Terima

    Braakk ...! Kupukul meja yang ada di hadapanku, membuat ibu terkejut. "Apa yang kau lakukan, Rizki!" bentak ibu. "Nadia, Bu." "Ada apa lagi dengan Nadia? Kamu kan sudah pisah sama Nadia? Dia bikin masalah apa lagi?" "Dia menolakku, Bu. Dia tidak mau menerima aku kembali!" "Baguslah, untuk apa juga kamu kembali sama dia. Dia kan mandul!" Aku terdiam mendengar ucapan ibu. Gemuruh panas dan amarah di dadaku belum juga hilang. Terbayang kembali kejadian tadi. Kau mempermalukan aku di depan Hasbi, Nadia. Aku tidak terima, benar-benar tidak terima. Nadia lebih memilih Hasbi dari pada aku yang sudah pernah jadi suaminya. "Lagian kamu ngapain masih terus ketemu Nadia? Kamu udah punya istri. Urusin tuh istri barumu, suruh masak. Biar kamu gak kelaparan kayak gini," celetuk ibu. "Keysha sudah masak, bu. Tapi aku yang gak selera menyantap masakannya. Gak enak, gak seperti masakan ibu maupun Nadia," keluhku.

  • PENYESALAN   29. Cemburu bumbu cinta

    Akhir-akhir ini perhatian Mas Hasbi menurutku berlebihan, dia jadi sering menghubungiku, lewat WA maupun telepon. Tapi kalau boleh jujur, ada rasa bahagia di sudut hatiku ketika diperhatikan seperti ini. Entahlah rasanya berbunga-bunga. Siang itu saat jam istirahat kantor, dia datang bersama seorang teknisi untuk memasang CCTV di teras toko, di dalam toko dan di bagian belakang rumah. "Mas, buat apa sih pasang CCTV segala?" tanyaku terheran-heran. "Buat mantau kamu," ledeknya sambil tersenyum. "Ini sudah selesai semua, Mas," ujar teknisi itu. "Baik, terima kasih ya pak," sahut Mas Hasbi sambil memberikan upah untuknya. Setelah orang itu pergi, aku kembali menanyakan hal itu lagi pada Mas Hasbi. "Mas, buat apa pasang CCTV segala?" Dia tersenyum. "Tidak apa-apa, biar bisa pantau kamu." "Ih gitu lagi jawabannya." Aku mencebiknya namun dia justru terkekeh. "Kamu mau makan siang, Mas?"

  • PENYESALAN   30. Apa kamu tidak bahagia?

    'Om Rizki eh maksudku Mas Rizki jahat, dia pergi-pergi sendiri tapi aku gak boleh pergi,' batinku mulai meracau sendiri. Ada rasa jengkel di hati. Kalau boleh aku katakan Mas Rizki egois. Pantas saja dulu Tante Nadia di rumah terus, terkesan udik, ternyata Mas Rizki yang mengekangnya. Lama-lama kalau begini terus aku juga bosan. Aku butuh refreshing. Sayang, anak ini yang jadi penghalang. Dulu kupikir dengan adanya anak ini Mas Rizki akan bertambah sayang padaku. Bukankah keturunan yang dia mau? Itu juga yang menjadi sumber pertengkaran mereka dulu. Hah, tapi sekarang, aku merasa perilakunya berubah padaku, sepertinya dia sudah tak sayang lagi padaku. Segala hal dikekang, dan aku gak boleh pergi kemana-mana, diapun jarang di rumah. Tiap hari libur kerja dia pun pergi sendiri. Dia lebih memilih pergi bersama ibunya dari pada menemaniku. Bolehkah aku ragukan kesetiaannya? Apa memang sikapnya begitu? Tidak puas deng

  • PENYESALAN   31. Kembalilah Padaku

    Pertanyaan itu cukup membuatku terkejut. Bagaimana mungkin seorang Andhika masih mau denganku yang sudah jadi istri orang lain. Apalagi sekarang aku sedang hamil dan penampilanku tidak seperti dulu lagi."Aku yakin, kamu itu hamil anakku, Key," ucap Andhika lagi.Aku mendongak ke arahnya. Tatapannya padaku begitu serius. Kedua tangannya kembali membingkai wajahku."Kenapa kamu memilihnya kalau kamu tidak bahagia? Kemana wajah ceria Keysha yang dulu? Kamu terlihat begitu sedih dan kesepian. Aku sangat yakin, kamu tidak bahagia sama suamimu yang kaya itu kan? Cepatlah katakan padaku! Akan kuberi pelajaran untuknya!" tukas Andhika lagi.Aku berlalu meninggalkannya dengan langkah cepat, setengah berlari."Key, tunggu Key, jangan lari. Takutnya kamu jatuh," teriaknya.Benar saja, karena aku kurang hati-hati, aku tersandung batu. Beruntung Andhika dengan sigap menopang tubuhku."Key, sudah kubilang hati-hati, takutnya ka

  • PENYESALAN   32. Berita Duka

    "Dari siapa semua ini?" tanyanya dengan nada tak suka. Aku terdiam. "Katakan dari siapa?!" bentak Mas Rizki. "Kenapa marah? Ini tadi dikasih temen," jawabku berusaha untuk tenang. "Temen, temen siapa? Laki-laki apa perempuan?" "Temen kuliah, mereka semua patungan lalu ngasih ke aku. Mereka sudah tahu keadaanku kalau aku sedang hamil," kilahku lagi mencoba berbohong. "Kamu gak bohong kan? Kamu cerita apa sama mereka semua? Jelek-jelekin aku?" "Ya enggaklah, mas kan suami aku, masa aku jelek-jelekin kamu," sahutku lagi. Aku membawa kotak perlengkapan bayi itu ke dalam kamar. Merapikannya satu persatu ke dalam lemari. Terbayang kembali sosok Andhika yang perhatian padaku. Tumben? Tiba-tiba dia muncul dan memberikan perhatian padaku. "Kenapa kamu senyam-senyum sendiri?" tanya Mas Rizki mengage

  • PENYESALAN   33. Kota ini penuh kenangan denganmu

    Tentang Andhika sebelum dia meninggal, dan cerita tentang kenapa dia masih tetap mencintai Keysha. *** Hatiku patah, hancur berkeping-keping saat Keysha lebih memilih om-om kaya itu dari pada memilihku. Hidupku seakan tak ada artinya lagi. Mungkin benar, aku sudah dibutakan cinta olehnya dari pada berpikiran dengan waras. Meskipun aku mendapatkan uang 200 juta, sejujurnya bukan itu yang aku inginkan. Seakan-akan cintaku bisa dibeli. Apalah artinya uang itu dari pada aku kehilangan orang yang kusayang. Aku memang pernah berbuat khilaf, kekhilafanku itu adalah kesalahan yang sangat fatal, menodai kesucian seorang gadis. Gadis yang harusnya kujaga sampai pernikahan nanti justru aku merusaknya karena rayuan setan sesaat. Aku menyesal, tapi sebisa mungkin aku ingin bertanggung jawab padanya. Puluhan ribu detik, ribuan menit, bahkan berhari-hari aku memikirkannya, aku menyesal karena sudah menodai kehormatannya. Entahlah tiap aku dekat denga

  • PENYESALAN   34. Selepas Kau Pergi

    "Andhika, kau jahat sekali. Kenapa kau pergi begitu cepat. Kenapa?" ratapku. "Andhika, bahkan tadi siang kamu sudah berjanji akan membawaku pergi, akan membahagiakanku. Katanya kamu sangat sayang padaku, tapi kenapa? Kenapa kamu pergi ninggalin aku? Kenapa?" desisku dengan lirih. Nada suaraku rasanya sudah serak karena terlalu banyak menangis. "Andhika, bangunlah ... Andhika bangun ...! Aku janji akan langsung terima tawaranmu, aku akan menikah denganmu, Andhika bangun ...! Huhuhu ..." Aku menangis sambil memeluk batu nisan Andhika. Tubuhku gemetaran, dadaku bergemuruh hebat. Sakiiit sekali rasanya kehilangan. Lebih sakit lagi merindukan seseorang yang telah tiada. Aku benar-benar menyesal, telah mengkhianatimu, maafkan aku, Andhika. Entah sudah berapa lama aku berjibaku di samping pusara itu, hingga tak sadar gerimis mulai menitik. Rasanya penyesalanku sudah tak ada artinya la

Bab terbaru

  • PENYESALAN   93. Seribu tangkai mawar untukmu (End)

    "Nadia ... dingiiiin ..."Nadia panik, ia langsung mengambil selimut untuk menutupi tubuh sang suami agar tak kedinginan. Ia pun berlalu ke belakang, mengambil air panas di baskom dan juga handuk kecil untuk mengompres kening sang suami.Setelah hampir dua puluh menit, rasa dingin mulai mereda. Hasbi bangkit, kepalanya terasa begitu pening dan berputar-putar."Mas, kamu sudah mendingan? Sudah gak dingin lagi?"Hasbi mengangguk. "Iya tapi pusing banget.""Masih kuat kan buat sholat?""Masih sayang.""Ini diminum dulu air hangat, Mas. Biar badanmu hangat.""Makasih, Dek." Hasbi meraih gelas air minum itu lalu meneguknya pelan. Nadia membantunya meletakkan gelas di meja."Ya sudah sekarang sholat dulu. Aku buatin bubur buat kamu ya, Mas."

  • PENYESALAN   92. Biar gendut tapi masih muat

    Nadia berkaca di depan cermin riasnya. Dia berputar-putar sejenak, melihat pantulan dirinya di depan cermin."Mas, kayaknya aku gendutan deh, nih lihat lemak di perut gak ilang-ilang!" ujar Nadia sembari memanyunkan bibir.Hasbi tersenyum dan menghampirinya. Memeluk tubuh sang istri dari belakang.“Gak papa kok kamu gendutan, hatiku masih muat tuh buat kamu.”"Iiih, berarti beneran dong aku gendut!" cebik Nadia kesal."Sayang, di perutmu ini kan sudah lahir buah cinta kita. Dia tumbuh di rahimmu selama sembilan bulan lamanya, ya wajar saja kalau perutmu sudah gak kayak dulu lagi.""Tapi kan--""Sssttt ... Aku akan menerima kamu apa adanya sayang. Tak peduli dengan perubahan bentuk fisikmu, aku tetap mencintaimu."Kecupan lembut kembali mendarat di puncak kepala Nadia. Nadia mengulum senyum. Merasa berarti dengan perhatian yang suaminya berikan."Yakin kamu gak akan berpaling meskipun aku berubah g

  • PENYESALAN   91. Tenggelam

    Mobil mereka memasuki kawasan wisata Pantai Tanjung Lesung yang terletak di Pandeglang, Banten. Waktu yang ditempuh sampai ke lokasi hampir menghabiskan waktu 3,5 jam.Satu persatu dari mereka turun dan meregangkan otot tubuhnya. Lalu beranjak menuju ke homestay yang sudah direservasi oleh Hasbi satu hari sebelumnya.Terlihat wajah-wajah yang riang dan gembira, untuk berlibur melepaskan rasa penat karena aktivitas.Begitu pula dengan Nadia dan anak-anak, mereka masuk ke dalam villa yang spesial dipesankan oleh Hasbi."Bunda, ayo kita main ke pantai!" ajak Cinta. Dia menarik tangan Nadia untuk beranjak bangun."Iya, sebentar sayang. Istirahat dulu di sini ya.""Bunda, aku mau main pasir putih," sahutnya lagi."Iya sayang. Sebentar, bunda ganti baju dulu nih biar santai.""Yeayy asyiiikkk ..." Zikri dan Cinta saling ber-tos ria, berjingkrak senang seperti tak ada lelah."Panas-panas mau main di pantai?" tanya Hasbi.

  • PENYESALAN   90. Liburan Keluarga

    "Hei ... kalian habis dari mana saja, Sayang?" sambut Hasbi ketika sampai di rumah.Dua bocah kecil itu menghambur ke arahnya. Memeluknya dengan sangat erat dan antusias."Ayah, aku dapet ini!" seru Zikri seraya menunjukkan boneka Frog ke ayahnya."Aku juga dapat ini, Yah!" timpal Cinta sembari menunjukkan boneka beruang miliknya."Bunda hebaaat ... Bunda bisa ambil ini di permainan capit boneka," puji Zikri lagi."Wah, bunda kalian memang hebat ya," sahut Hasbi menanggapi dua bocah kecil itu.Nadia tersenyum melihat celotehan mereka.Rasanya bahagia, kebahagiaan yang sederhana."Nah, sekarang kalian mandi dulu ya, udah sore. Mak Piah dan Mbak Sarni akan memandikan kalian.""Yeaaay ... Horeee ...!"Dua bocah kecil itu berlarian ke dalam. Nadia dan Hasbi ters

  • PENYESALAN   89. Ambilkan Bulan, Bu

    "Mas, aku dengar kabar kalau katanya jenazah Andin mengeluarkan bau tak sedap bahkan kejadian-kejadian aneh lain saat di pemakaman."Hasbi menoleh ke arah istrinya. Menghentikan aktivitasnya yang tengah memeriksa pekerjaan di laptop. Memang benar, desas desus berita tentang kematian Andin santer terdengar."Aku gak nyangka wanita secantik dia harus mengalami kejadian mengenaskan seperti ini.""Sssttt ... Jangan dibicarakan lagi. Itu adalah aib. Kita lupakan saja. Doakan yang terbaik untuk almarhumah.""Iya, Mas. Maaf.""Iya, tak apa. Aku tahu kok perasaanmu. Mulai sekarang kita fokus sama kehidupan kita saja ya, yang berlalu biarlah berlalu."Nadia mengangguk."Ambil hikmahnya saja, setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, baik maupun buruk."Nadia tersenyum dan langsung mem

  • PENYESALAN   88. Kematian yang tragis

    " ... Musibah kebakaran terjadi di kawasan elit tengah kota xxx ... Melanda kawasan apartemen mewah. Sementara, penyebab kebakaran diduga karena korsleting listrik, petugas polisi sedang menyelidiki kasus ini ... Seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun menjadi korban meninggal atas tragedi kebakaran petang tadi ..."Sebuah tayangan televisi menampilkan berita kebakaran hebat yang cukup memprihatinkan."Mas, kamu kenapa?" tanya Nadia saat menghampirinya dan memberikan segelas teh manis hangat untuk sang suami."Ada berita kebakaran di tengah kota, Dek." Kedua mata Hasbi masih belum terlepas dari layar benda datar itu.Nadia menoleh dan melihat tayangan berita di televisi."Seorang korban sudah berhasil diidentifikasi, nama Andin Yozita 28 tahun, berprofesi sebagai staff kantor, menjadi korban tewas dalam insiden kebakaran kali ini."Nadia dan Hasbi saling berpandangan."Mas, apa yang dimaksu

  • PENYESALAN   87. Dendam Yang Tak Pernah Usai

    Praaannkk ....!! Wanita itu memecahkan barang-barang di sekitarnya. Rasa amarah, dendam, benci yang tak berkesudahan menguasai hatinya."Semua gara-gara kamu, Nadia! Semua gara-gara kamu!!" teriaknya geram.Hari itu setelah kondisi badannya kembali fit, dan sembuh dari alergi, ia menyelidiki siapa pengirim paket misterius itu hingga mendapatkan informasi kalau pengirimnya adalah Nadia."Kau benar-benar licik, Nadia! Awas saja, aku akan membalasnya lebih menyakitkan!"***"Maaf Andin hubungan kita, kita sudahi sampai di sini," pungkas Roy dengan raut wajah serius."Kenapa? Kenapa kau memutuskan hubungan ini secara sepihak, Mas?"Roy hanya tersenyum masam. "Tanyalah pada dirimu sendiri, kau berhubungan tak cukup dengan seorang laki-laki, padahal selama ini aku sudah memenuhi semua kebutuhanmu, gaya hidupmu, aku menanggung semuanya. Tapi hatimu justru kau berikan pada pria lain.""Pasti bukan itu saja alasannya!"

  • PENYESALAN   86. Kehilangan

    "Mas, kenapa bisa seperti ini?""Aku gak tau Nadia, saat pulang ke rumah aku menemukannya pingsan di halaman belakang, Cinta menangis gak jauh dari tempat ibunya terjatuh.""Ya Allah ..." Mendengar ucapan mantan suaminya, tanpa terasa kedua mata Nadia kembali menitikkan air mata, ia merasa sangat iba."Apa Keysha tidak mengeluh apa-apa?""Tidak, dia cuma bilang pusing. Tapi dia juga bilang tak ingin merepotkanku ataupun kamu. Aku yakin dia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan rasa sakitnya."Nadia menghela nafas dalam-dalam. Ia tak menyangka keponakannya pergi begitu cepat."Oh iya, Mas Rizki, Cinta mana?"Rizki tergagap. "Ah tadi dia diajak sama suster."Nadia mengangguk sembari tersenyum tipis. "Mas, aku cuma mau bilang kamu yang sabar ya. Aku tahu ini berat, tapi ini semua sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa.""Iya, terima kasih Nadia.""Mas, aku cari Cinta dulu. Biar kuambil dari perawat."

  • PENYESALAN   85. Berita Duka

    Rizki sudah membeli buket bunga mawar untuk diberikan pada istrinya. Ya, hari ini Keysha ulang tahun. Dia akan memberikan sedikit kejutan untuknya. Kasihan wanita itu, selama ini harus ikut bersusah payah dengan kondisi mereka.Rizki bersiul-siul riang, biasanya kalau sore-sore begini, Keysha menunggunya di teras sambil bermain dengan Cinta, buah hati mereka.Lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Kenapa sepi sekali? Batinnya bertanya-tanya sendiri."Keysha? Cinta? Kalian dimana?" panggil Rizki. Lelaki itu mencari ke setiap sudut rumah, tapi tak ia temukan mereka dimanapun."Kemana mereka?"Samar-samar terdengar suara anak kecil menangis. Rizki menajamkan pendengarannya. Jangan-jangan itu Cinta?Gegas, dia lari ke belakang. Suara tangisan Cinta terdengar makin kencang. Dari kejauhan ia melihat sosok anak kecil sedang menangis di antara rimbunnya rerumputan."Astaghfirullah hal adzim. Cinta!" teria

DMCA.com Protection Status