Share

Bab 6

Author: Evelyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Rowan

Ada sesuatu yang akan kamu rasakan ketika melihat mantan istrimu, Ibu dari anakmu, tertembak dan berdarah di atas tanah pemakaman yang dingin. Sesuatu yang tidak pernah aku kira akan kurasakan untuk Ava.

Ketika aku melihat pria dengan pistol mengarah ke kami, aku benar-benar tidak berpikir. Aku tahu Noah aman bersama orangtuaku, jadi instingku mengambil alih dan berlari ke arah Emma. Aku rela mati untuknya, dan aku sudah siap untuk itu.

Aku lega ketika para penembak lari setelah melihat polisi, tetapi kelegaanku sirna ketika salah satu dari anggota polisi berteriak untuk memanggil ambulans. Aku berbalik, penasaran siapa yang tertembak. Tidak kubayangkan Ava-lah yang tertembak, dan melihatnya seperti itu membuat kakiku melemas hingga aku jatuh berlutut.

Semuanya berlangsung cepat. Ambulans datang setelah itu dan polisi itu tidak mau melepaskan Ava sampai dia yakin Ava aman di tangan dokter.

Aku sangat tersinggung oleh kegigihannya tidak mau melepaskannya, dia istriku—maksudku mantan istri. Namun, yang terpenting adalah aku menyalahkan diriku sendiri. Seharusnya aku melindunginya. Jika sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Ava, bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada Noah? Bagaimana caranya aku menjelaskan bahwa aku tidak bisa melindungi ibunya?

Aku berjalan mondar-mandir di ruang tunggu. Sangat-sangat khawatir karena kami belum mendapat kabar apa pun sejak Ava dilarikan ke UGD. Tidak ada yang keluar untuk menginformasikan kelanjutannya.

“Kumohon, selamatkanlah dia.” Bisik Kate, Ibu Ava.

Ini adalah kali pertama aku mendengar suatu emosi dalam suaranya ketika dia berbicara mengenai Ava. Mungkin kehilangan suaminya dan hampir kehilangan anaknya telah melembutkan hatinya sedikit.

Kami semua di sini kecuali Noah. Travis duduk di sebelah Kate yang duduk di sebelah Emma.

Aku duduk, tidak mampu mengontrol kepanikan di dalam diriku. Aku butuh dia agar baik-baik saja demi Noah. Aku terus membisikkan hal itu dalam hatiku.

Aku tidak tahu berapa lama lagi kami akan menunggu, tetapi ketika aku melihat ke atas kembali setelah mengarahkan pandanganku ke lantai, aku melihat Ava. Dia berada di meja suster, mengurus surat. Lengan kirinya disangga dengan gipsum, dan di saat yang sama kulihat dirinya mengeluarkan kartu kredit dan mengembalikannya k etas.

Dengan kesulitan, dia berhasil mengambil ponselnya, sambil memegang tasnya. Kamu bisa melihatnya bahwa bukan hal mudah untuk melakukannya, terbaca dari raut wajahnya yang mengerut.

“Ava,” Aku memanggilnya saat dia akan berjalan melewati kami. Pandangannya masih mengarah pada ponselnya.

Dia melihat ke arahku. Aku segera sadar bahwa ada sesuatu yang berbeda darinya. Aku tidak dapat menerka apa yang berubah, tetapi benar ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.

“Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah seseorang yang kamu kenal sakit?” Tanyanya. Nada suaranya datar dan tanpa emosi apa pun,

“Bagaimana lukamu?” Tanya ibunya, tidak mengindahkan pertanyaannya.

“Wah, sayang sekali untuk kalian. Aku belum mati sih.”

Jawabannya membuat semua orang terkejut. Bukan hanya karena kata-katanya, tetapi karena intonasi suaranya yang dingin juga.

Aku memutuskan untuk memecah keheningan yang berlangsung sesaat, “Ke mana kamu akan pergi?”

Dia menjawab singkat, “Rumah.”

“Lenganmu masih digipsum, kamu tidak bisa menyetir.” Aku mencoba untuk membujuknya.

“Itulah mengapa aku memesan taksi online.”

“Ava, kita perlu berbicara. Ini soal ayahmu.” Bisikan Kate membuat dia berbalik menghadap ibunya.

Aku menyadari aku tidak lagi melihat sinar di matanya.

Dia menatap ibunya dengan dingin, “Aku tidak berpikir aku harus ikut campur. Terakhir kali aku periksa, dia tidak menganggapku anak.”

Isak tangis pecah dari tenggorokan ibunya, tetapi Ava mengacuhkannya. Seperti dia sudah meninggalkan seluruh perasaannya, dan hanya menyisakan sisi sarkastiknya.

Dia berjalan ke arah pintu, tetapi kemudian langkahnya terhenti. “Dimana anakku?”

“Di rumah Ibu.” Travis menjawab dan menatap maniknya.

Dia menghela nafas, “Sepertinya kalian bisa membicarakan hal soal Ayah itu.”

“Aku akan mengantarmu,” tawarku.

Emma mengerut mendengarnya, tetapi dia mengerti. Tidak peduli bagaimana situasiku dengan Ava sekarang, dia tetap Ibu dari Noah dan dia masih sakit. Tidak lupa dia juga pernah menjadi istriku.

Tanpa diduga, Ava menolak tawaranku, “Tidak perlu. Aku akan menggunakan taksi online seperti rencanaku di awal dan bertemu kalian di sana.”

Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, dia berbalik dan pergi. Kami memandangi tempatnya berpijak tadi. Biasanya, dia akan mengambil kesempatan untuk bisa dekat denganku. Jadi, kami semua terkejut dia menolak tawaranku.

“Ayo pergi sebelum dia sampai dan pergi sebelum kita punya kesempatan untuk berbicara.” Kata Kate dengan suara yang masih terdengar sedih.

Kami pergi ke rumah sakit bersama, jadi kami semua naik ke mobil SUV milikku untuk pulang juga. Aku mempercepat setiranku dan sampai di rumah Kate tepat waktu saat Ava menutup pintu taksi online-nya.

Aku memarkir mobilku dan keluar. Di dalam rumah kami disambut oleh orangtuaku, Gabe dan Ava yang mengacuhkannya. Terasa aneh melihat sisi ini dari dirinya. Biasanya dia akan membuat pembicaraan kecil dengan mereka meskipun diacuhkan.

“Bisakah kita menyelesaikan ini dengan cepat?” Tanyanya dengan nada suara sebal sambil mengambil duduk.

“James datang padaku dengan proposal bisnis yang ingin dia jalankan denganku. Aku setuju sebab kupikir itu adalah investasi yang bagus,” aku memulai pembicaraan.

“Kami menandatangani dokumen yang dibutuhkan, berpikir bahwa ini adalah perusahaan yang bagus. Lalu kami baru sadar bahwa perusahaan itu dimiliki oleh geng criminal. James dan aku tidak ingin sesuatu yang ilegal menyentuh perusahaan kami. Kami tahu kalau kami tidak akan bisa lepas dari mereka karena kontrak. Sebab itu kami mencari cara untuk membatalkan kontraknya dan melaporkan mereka ke polisi.”

“Baiklah...” Ava terlihat bingung, alisnya bertaut. Tidak mengerti pembicaraan ini akan mengarah ke mana.

Aku menghela nafas, energiku rasanya sudah habis karena apa yang terjadi hari ini. “Ternyata, di antara anggota geng tersebut ada yang masuk menjadi DPO. Mereka tidak menduga kami akan melaporkanya, jadi mereka bersembunyi. Kami pikir karena kami melibatkan polisi, mereka akan menjaga jarak.”

Travis, Gabe, dan orangtuaku sudah tahu. Aku meliirk kea rah Emma untuk melihat raut terkejut dan ketakutan di wajahnya. Lalu aku melirik ke Ava dan rautnya masih sama saja, dingin dan seakan mati rasa.

“Aku tidak tahu kalau ini akan menjadi urusanku juga.” Suaranya masih dingin dan tatapannya juga.

Dia berdiri, “Aku akan mengambil Noah dan pergi dari sini.”

“Astaga, Ava. Kamu tidak melihat hal ini sebagai hal genting.” Aku menggertakkan gigi-gigiku.

Tidakkah dia tahu seberapa genting hal ini? Seberapa dirinya berada dalam bahaya. Bagaimana kejadian hari ini bisa jadi berakhir dengan kami mengurus pemakamannya setelah James?

“Memang. Seperti yang kukatakan, aku tidak melihat bagaimana hal ini akan berdampak padaku.”

Travis menggeram, dia sama frustasinya denganku. “Kau tertembak hari ini. Bukankah itu menandakan sesuatu?”

Ava menatapnya tajam, “Yang kutahu bahwa aku sedang berada di tempat benar, tetapi di waktu yang salah.”

“Ava...” Kate mengangkat bicara, tetapi Ava memotongnya.

“Tidak. Mereka mengejar kalian bertiga, bukan aku. Seluruh orang di kota ini tahu bahwa kalian tidak menganggapku sebagai bagian dari keluarga. Jadi, mengapa mereka akan mengejar seseorang yang tidak Ayah pedulikan jika orang itu mati?”

Kata-katanya menyayat kami dan atmosfir menjadi dingin. Dia benar-benar sudah berubah. Apa-apaan ini?

Dia berbalik untuk melihatku. Sorotan matanya seperti tanpa emosi. Seperti dia sudah mati di dalam sana. Cara dia melihatku sangat menggangguku, Aku tidak suka bahwa aku tidak bisa melihat perasaan apa pun di matanya.

“Jika ada seseorang yang harus kamu khawatirkan, yang keselamatannya harus kamu priotitaskan adalah perempuan di sampingmu. Dia adalah putri kesayangan Ayah, jadi stop menyeretku di kekacauan yang dibuat olehnya,” dia berhenti sejenak dan memandangi kami semua. Pandangan matanya menyorot kea rah kami semua.

“Jadi, berhentilah pura-pura khawatir padaku. Aku tidak butuh. Lalu, jika aku benar-benar dalam bahaya, aku akan menghadapinya sendiri. Lebih baik aku mati daripada menerima perlindungan dari kalian.” Dia menyelesaikan kata-katanya dengan lugas.

Ibunya terkaget dan kami menatapnya dengan penuh kejutan. Tidak sanggup mengenali wanita di depan kami, kata-kata Ava seolah telah menampar Kate.

Emma mendekat ke arahnya dan melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, mencoba mengintimidasinya. Di masa lampau, Ava mungkin akan mundur. Namun, tidak untuk kali ini.

“Berhentilah menjadi orang menyebalkan. Kamu seperti ingin segalanya menjadi tentangmu.” Perkataannya membuat Ava tertawa.

“Aku tidak tahu kepentingan apa yang kamu sembunyikan dariku, kakakku yang manis, tetapi memang segalanya tidak pernah menjadi tentangku. Segalanya selalu tentangmu, tetapi bukan ini yang sedang kita bicarakan sekarang. Aku sudah hidup selama ini tanpa perlindungan orang-orang ini, sepanjang yang kuingat. Aku tidak mengerti mengapa tiba-tiba kalian tertarik pada keselamatanku. Kekhawatiran kalian hanya palsu, dan aku tidak mau ada orang palsu di sekitarku. Sekarang, aku pamit. Aku perlu untuk pulang ke rumah.”

Dia berbalik badan dan mengabaikan Emma dan kami semua seperti kami tidak pernah ada di dunia ini. Aku tidak bisa memercayai kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia mengatakan itu seperti kami semua adalah orang asing baginya. Seperti kami ini bukanlah siapa-siapa.

“Noah!” Dia berteriak dan beberapa detik kemudian, kami mendengar langkah kaki yang berlari. Segera kemudian, anakku muncul di ruang keluarga.

Nafas Noah terhenti sejenak, terkejut melihat lengan ibunya. Saat ini aku merasa seperti diriku adalah orang bajingan.

“Ibu, apa yang terjadi pada lenganmu?” Tanyanya sambil berlari dan memeluknya.

Dia menyambut pelukan Noah dengan satu tangan, “Tidak apa-apa sayang, tangan Ibu tidak sengaja menatap pintu dan dokter sudah menyembuhkannya.”

Dia mengelus pipi Noah dengan penuh kasih. Tatapannya yang dingin dan tajam sirna ketika melihat putra kami.

“Apakah itu sakit?”

“Hanya sakit sedikit, tetapi Ibu akan baik-baik saja. Sekarang ayo pulang, jadi kita bisa makan es krim dan Ibu bisa memelukmu sampai tidur.”

Kata-kata itu membuat Noah tersenyum lebar. Air mukanya kembali berbahagia.

Ava mencoba untuk mengambil ranselnya, tetapi dihentikan oleh Noah.

“Biar aku yang membawanya. Aku sudah besar. Ayo kita pulang, Ibu. Lihatlah, aku akan merawatmu dan mencium luka Ibu agar sembuh, seperti yang selalu Ibu lakukan padaku.”

Ava tersenyum. Senyumnya merubah keseluruhan air mukanya, mencairkan es yang membekukan dirinya. Kami menatap pada interaksi Ibu dan anak itu. Tidak bisa melepaskan mata kami dari kekaguman bahwa mereka memiliki satu sama lain.

“Apakah perempuan itu saudaramu?” Tanya Noah sambil melihat ke arah Emma.

“Bukan. Ibu tidak punya saudara,” dia menjawab dan melanjutkan perkataannya senbari menggumam kecil, “Ibu juga tidak punya keluarga.”

Aku tidak berpikir kami harus mendengar kata tersebut, tetapi kami mendengarnya dan aku hanya bisa menghela nafas. Aku menatap Noah, bertanya-tanya apakah dia mendengar apa yang dikatakan Ava di akhir kalimatnya, tetapi sepertinya tidak sebab dia melambai padaku.

“Sampai jumpa Ayah!”

“Sampai jumpa, nak.” Aku membalas dengan suara serak.

Kami hanya terdiam selepas mereka pergi, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku menatap ke pintu, bingung akan apa yang sedang terjadi. Perilakunya yang cenderung menarik diri membuatku tidak nyaman. Menarik sesuatu yang tidak kuketahui di dalam diriku.

Ini adalah sisi Ava yang tidak pernah kulihat. Sisi yang sangat asing bagiku dan aku sangat tidak menyukainya.
Comments (4)
goodnovel comment avatar
YanS
Terlepas apa yg dilakukan Ava di masa lalu pada Rowan, sungguh Rowan sangat memalukan kalau Noah tahu ayahnya meninggalkan ibunya untuk melindungi wanita lain
goodnovel comment avatar
Keysa Keysi
suka cerita kayak gini , perempuan tangguh . meskipun awalnya penurut , mulai keluar aumannya .
goodnovel comment avatar
Elfrida Panjaitan
bingung awal ceritanya,, kenapa Aya dimusuhi keluarganya,, dan apakah Aya merebut kekasih Emma , sudah bab 6 belum ada keterangan nya,, apa aku terlewat membacanya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 7

    AvaAku terbangun dengan punggung kaku dan lengan yang kram. Aku terbaring di ranjang bersama Noah sebab dia tidak mau meninggalkanku setelah kami menonton televisi. Aku tersenyum ketika aku mengingat Noah benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, dia benar-benar serius akan mengurusku sepanjang malam.Dengan sedikit kesusahan, aku berhasil memindahkannya tanpa membangunkannya. Pukul menunjukkan sekitar pukul delapan pagi, dan aku harus menyiapkan sarapan sebelum dia bangun.Setelah menyelesaikan rutinitas pagiku, aku turun ke bawah. Aku berdiri di luar dapur untuk beberapa saat, berpikir bagaimana aku membuat sarapan dengan satu lengan saja.Saat aku bergerak untuk menyiapkan bahan untuk memasak pancake, ingatan kemarin membanjiri benakku. Semuanya terjadi seakan tidak nyata dan bagian dari diriku berpikir benarkah itu terjadi. Jika bukan karena pundakku diperban dan lenganku digipsum, aku akan berpikir semuanya hanyalah mimpi buruk.Ketika aku terbangun di rumah sakit setelah aku

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 8

    Rowan Aku melihatnya ketika kesenangan di wajahnya sirna. Ketika kehangatan di wajahnya yang berlangsung beberapa detik lalu berubah menjadi datar, membuatku merasa dingin.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Ava dengan nada monoton dan aku memasuki rumahnya.Dia seperti berbicara pada orang asing. Seperti aku bukan siapa-siapa kecuali sebutir debu dan tidak lebih. Aku menatapnya, tidak bisa berkata apa-apa. Aku tinggal bersama wanita ini hampir satu decade dan sekarang aku kehilangan kata-kata.Aku melihat lengannya yang masih digipsum. Aku datang untuk memeriksanya dan menjemput Noah. Hari ini akhir pekan dan waktuku untuk bersamanya.Mengingat pria yang kuliat pergi dari rumahnya tadi, alisku bertaut. Pasti dia yang membuatnya tersenyum. Sadar akan kenyataan ini, rahangku menegang.“Apa yang dia lakukan di sini?” Aku bertanya balik sambil menyembunyikan amarah tidak wajar yang kurasakan.Aku tahu bahwa pria itu polisi dan sudah menyelamatkannya, tetapi dia melewati batas. Aku ti

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 9

    “Apa yang ingin aku katakan untukmu? Kamu tahu aku tidak pernah berbohong padamu. Kamu tahu kalau aku selalu mencintainya.”Dia melempar handuk dapur ke meja dengan marah, “Jadi itu tidak menghentikanmu untuk menggunakan tubuhku? Astaga, aku membencimu. Aku tidak tahu apa yang kulihat darimu sejak awal. Aku tidak tahu mengapa aku membuang banyak waktu dan energi untukmu.Aku menggertakkan gigiku mendengarnya. Kata-katanya membuatku naik darah. Ya, kami memang tidur bersama selama pernikahan kami, tetapi hanya itu. Aku hanya menepati janji, dan meskipun aku tidak mencintainya, aku tidak ingkar janji dengan selingkuh darinya.“Aku tidak di sini untuk membicarakan masa lalu. Aku di sini untuk menjemput Noah.” Kataku, merubah topik.Sangat melelahkan berbicara memutar-mutar. Aku harus berbicara mengapa aku di sini lalu pergi sebelum aku mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan kusesali nanti.Nama Noah mengambil perhatiannya. Dia tidak menyerang kembali. Dia membuka satu laci dan mengel

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 10

    Ava“Aku masih tidak mengerti mengapa aku harus pergi. Mengapa aku tidak bisa tinggal bersama Ibu?” Noah mengeluh. Keningnya berkerut di wajah tampannya.Dia sudah lelah dengan semua ini setelah aku bilang padanya dia akan pergi bersama Kakek Neneknya. Awalnya dia sangat antusias, tetapi akhirnya sedih ketika sadar, kami berdua tidak akan menemaninya.Sekolahnya mengerti akan situasinya. Gurunya setuju untuk mengirim materi ajar ke Ibu, agar dia tidak tertinggal terlalu jauh.“Sudah Ibu bilang padamu sayang, ini seperti liburan khusus untuk Kakek-Nenek dan cucu. Hanya untukmu dan mereka.”Setelah berbicara kepada kapolri, dia meyakinkan bahwa mereka akan dikirim ke pulau yang aman.“Kamu akan pergi ke Pantai. Bukankah kamu memohon-mohon pada kami untuk mengajakmu berlibur?” Kataku sambil tersenyum nakal.Kata ‘pantai’ segera menarik perhatiannya. Seluruh keluhan yang dia rasakan, sekarang sirna.Noah benar-benar terobsesi kepada pantai. Dia sangat menyukai pantai, sampai dia pernah men

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 11

    Dia melangkah mendekat kepadaku. Matanya menyalang dan cuping hidungnya mengembang dan mengempis. Aku tetap di tempatku. Menolak membiarkan dia mengintimidasiku.“Aku tidak akan pergi. Sekarang batalkan pesanan taksimu dan duduklah di mobilku.” Geramnya dan menggertakkan gigi. Aku melihat kilatan amarah dalam sorot matanya.Kemarahanku mulai naik dan aku mengepalkan tanganku. Biasanya aku akan menahan diri sebab aku tidak mau membuatnya marah, tetapi aku sudah tidak peduli.“Dasar manusia arogan. Kamu pikir siapa dirimu ini, hm? Aku bukanlah seekor anjing yang akan patuh jika kamu perintah.” Suaraku mulai meninggi. Aku benar-benar tersinggung.Aku membiarkannya mendikteku selama bertahun-tahun ini. Aku diam karena aku tidak ingin merusak apa yang kupikir kami punya. Namun, apa hasilnya? Apa hasil dari menahan diri ini bagiku? Tidak ada. Hanya sakit hati dan derita yang kudapat.“Ava...” Dia berkata dengan suara mengancam.“Apakah kalian berdua bertengkar lagi?” Suara Noah memotong perk

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 12

    “Ibumu yang bertanya, bukankah kamu belum berbicara dengannya belakangan ini?”Aku menggeram sebal, “Kamu terlalu cerewet dan lama-lama membuatku sebal, Rowan. Bisakah kamu mengacuhkanku dan menganggapku tidak ada, seperti yang biasanya kamu lakukan?”Cengramannya pada setirnya mengencang. Aku melihat rahangnya menegang. Dia turut merasakan amarah. Mungkin karena aku sudah tidak lagi berlaku seperti domba lemah yang seperti biasanya dia hadapi. Situasi telah terbalik dan dia sangat tidak menyukainya.Aku selalu memaksakan diriku untuk membuatnya senang. Mencoba untuk menjadi apa yang diinginkan olehnya. Mencoba untuk menjadi Emma. Kulakukan apa pun agar aku menjadi istri yang akan dia cintai. Sekarang, aku sudah bermetamorfosis dan dia tidak suka aku tidak bisa lagi diperintah layaknya seekor anjing. Aku tersenyum penuh kemenangan. Membuatnya marah membuatku bersorak di dalam sana.Dari situ, sepanjang perjalanan diisi dengan diam. Masing-masing dari kami duduk diam di bangku kami, sed

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 13

    Seminggu telah berlalu sejak Noah pergi dan hidupku terasa hambar tanpanya. Ini waktu terlama aku terpisah darinya dan aku malu mengakui bahwa aku tidak bisa menanganinya dengan baik.Noah itu bagaikan jangkar hidupku, tanpanya aku merasa hilang. Seakan aku mengarungi kehidupan di laut lepas dengan potongan kayu kapal. Setiap hari aku sangat menunggu teleponnya, sebab itulah yang membuatku tenang. Telepon dan suaranya membuatku waras.Aku belum mendengar sepatah kata pun dari Rowan sejak kami bertemu di bandara. Bagian kecil hatiku masih merindukannya, tetapi aku tahu ini untuk yang terbaik. Tidak ada masa depan di antara kami dan aku tidak bisa hidup bersama pria yang tidak mencintaiku.Sejauh ini, semuanya berjalan dengan penuh keheningan. Bukan karena orang-orang tetap berkirim kabar denganku atau yang lain. Tetapi karena tidak ada insiden penembakan atau orang yang meninggal lagi, jadi bisa dibilang pelakunya sedang bersembunyi.Tiba-tiba aku menabrak seseorang, membuat lamunanku s

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 14

    Kami tetap berdiri di sana setelah itu. Aku menyangga tubuhku dengan bertumpu pada sebelah kaki, dan sebelahnya aku istirahatkan, merasa canggung. Dia menatapku, manik cokelatnya seolah merasuk dalam jiwaku. Aku mengalihkan pandanganku untuk menghindarinya.“Ethan!” Seseorang memanggil namanya. Aku berbalik badan dan mendapati seorang polisi memanggilnya.“Iya!” Ethan berteriak sebelum kembali padaku, “Senang bertemu denganmu, cantik. Akan kutemui kamu lagi, oke?”“Baik,” gumamku.Dengan itu, dia memberiku pelukan yang tidak kusangka sebelumnya, lalu berjalan menjauh. Aku tertinggal, mencerna apa yang sudah terjadi. Aku menggelengkan kepalaku, mencoba menghilangkan kebingunganku setelah beberapa saat dan mulai melangkah. Aku harus membeli bahan makanan dan kebetulan tokonya tidak jauh dari sekolah, jadi aku memutuskan untuk jalan.Gipsum di lenganku telah dilepas, dan meskipun pundakku masih nyeri dan kadang terasa sakit, pundakku masih berfungsi. Aku memikirkan apa saja yang harus ku

Latest chapter

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 396

    Punggung wanita itu membelakangiku, begitu juga dengan Guntur. Aku tidak perlu mengkhawatirkan Calvin, sebab dia terlihat begitu tergila-gila dan mengarahkan perhatiannya pada setiap perkataan wanita itu dengan senyuman lembut di bibirnya.Lagi-lagi, perasaan tidak nyaman menyusupi diriku. Mengapa aku merasa aku tidak bisa bernafas? Kerongkonganku terasa tercekat melihatnya. Aku berfokus pada mereka. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan karena mereka berjarak beberapa meja dariku, tapi kedamaian dan kebahagiaan di wajah Calvin sudah cukup untuk membuatku tahu apa yang tengah terjadi. Dia sedang berkencan dan Guntur ikut. Wanita itu bahkan tidak mempermasalahkannya, tapi tidak mungkin aku akan membiarkan wanita lain menggantikanku di kehidupan putraku. Aku tidak bisa melihat Guntur, tapi aku tahu, seperti dengan Calvin, dia senang bisa berada di sini. Calvin pasti akan langsung pergi dengan putra kami kalau dia merasa sebaliknya. Entah mengapa, aku tetap ada di sana meski

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 395

    Perkataan Merrisa terus terngiang di telingaku bahkan setelah kami makan. Kami sedang memakan hidangan penutup kami. Aku suka es krim, tapi hari ini aku tidak bisa menikmatinya. Tidak ketika dia sudah membuatku meragukan segala yang kuyakini selama beberapa tahun terakhir ini. “Kenapa kamu begitu diam?” tanyanya setelah menaruh milkshake-nya ke meja. “Apakah kamu memikirkan apa yang kukatakan padaku?”Kalimat terakhirnya dikatakannya sambil tersenyum miring sambil bersandar kembali di kursinya. “Tentu tidak,” bohongku. “Aku hanya penasaran caraku untuk membuat Calvin dan Guntur memaafkanku. Tidak peduli seberapa keras kupikirkan, sepertinya tidak ada jalannya.”Sebagai seorang pengacara, aku terbiasa untuk memandang segala hal dari seluruh sisi ketika aku membela klienku. Itulah yang membuat pekerjaanku begitu lancar. Aku membereskan segalanya dan bisa menangani seluruh hasilnya. Aku melakukan itu pada masalahku sekarang dan kuyakin tidak ada harapan. Aku mungkin tidak mencintai Cal

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 394

    “Kenapa aku harus membiarkanmu untuk meyakinkanku keluar makan siang?” keluhku sambil melihat pemandangan di depan kami. Sudah lama sekali sejak aku keluar dari rumah keluarga kami. Sepertinya terakhir kali aku keluar adalah saat aku menghadiri pernikahan Ava. Sejujurnya, aku bahkan terkejut bahwa dia mengundangku. Di antara semua orang, kupikir aku akan menjadi orang terakhir yang diinginkannya hadir di pernikahannya. “Sebab kamu harus keluar,” balas Merrisa sambil menarikku dari pemikiranku. “Aku biasanya keluar dari rumah, Merrisa,” ujarku untuk membela diriku. Dengusannya begitu membuatku kesal. “Pergi ke taman tidak terhitung keluar,” balasnya. “Sekarang, berhentilah mengeluh dan duduk serta nikmati. Kamu pasti akan menyukai ini, aku janji.”“Aku tidak yakin.”Setelah itu aku bersandar ke kursi dan menutup mataku. Benakku berkecamuk akan ribuan pemikiran di setiap menitnya. Aku tidak bisa mengendalikannya sama sekali. Setelah pembicaraanku dengan Merrisa di kamarku, benakku

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 393

    Emma. “Kamu harus keluar dari kamarmu, Emma. Kamu tidak bisa menghabiskan harimu di dalam sini.” Aku mendengar perkataan Ibu, tapi aku tidak menatapnya sebab mataku tetap terfokus pada drama sedih yang sedang kutonton. Aku duduk di ranjangku dengan masih memakai piyama dan beberapa cemilan yang berceceran di sekitar selimutku. Aku minum bermacam-macam minuman dan sekotak besar es krim, yang mana tengah menjadi adiksiku saat ini. Gorden kamarku tertutup dan menghalangi sinar matahari masuk sedari aku menutup gorden ini sejak beberapa bulan lalu. “Itulah yang sudah kucoba katakan padanya, tapi wanita itu tidak mau mendengarku!” dengus Merrisa. Aku bisa merasakan kata-katanya menusuk di hatiku, tapi aku sama sekali tidak mengindahkannya. Aku hanya mau sendirian untuk meresapi penderitaanku. Lagipula, akulah yang membawa penderitaan ini sendiri. “Apa yang akan Guntur katakan kalau dia melihatmu seperti itu? Kamu begitu berantakan, begitu juga dengan ruanganmu. Aku tidak tahu kapan ter

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 392

    Aku melihat Rowan begitu kami masuk. Sama seperti kembarannya, dia memakai jas hitam. Kami berjalan ke depan kapel saat pendeta berjalan masuk ke dalam.“Hai, Hana,” sapa Rowan dengan sopan dan menyambutku dengan senyumannya. Aku benar-benar terkejut. Dia sudah sangat berubah, dia tidak seperti Rowan yang kuingat. Sebelumnya, dia selalu terlihat dingin dan datar, seolah dia menganggap seluruh orang tidaklah penting. Tapi sekarang, dia terlihat hangat. Seolah kekelaman yang dulu menyelimutinya sudah sepenuhnya sirna. “H ... Hai,” balasku dengan terbata-bata. Aku penasaran apakah dia berhasil kembali bersama mantan pacarnya. Lagipula, semua orang tahu bahwa dia berubah setelah dia kehilangan dirinya dan terpaksa untuk menikahi Ava. Ah, pasti dia sudah kembali bersama mantan pacarnya. Dia begitu membenci Ava, jadi perubahan ini pastilah karena kakaknya Ava, Emma. “Bisa kita mulai sekarang?” sela si pendeta dan kami bertiga mengangguk. Aku berdiri di sebelah Gabriel dan Rowan berdiri

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 391

    Aku menyelesaikan riasakanku sebelum menatap diriku di kaca. Aku benar-benar gugup sebab hari ini adalah hari pernikahanku yang ketiga kali. Memang kedengarannya aku kecewa akan hal ini, ‘kan? Satu-satunya hal yang menenangkanku adalah aku akan menikahi pria yang sama yang kunikahi bertahun-tahun yang lalu, suamiku yang pertama. Sembari memakai mantelku, aku mengambil tasku dan berjalan keluar dari kamar. Udara di sana seakan menyengatku seiring dengan rasa kecemasan yang menjalari setiap jengkal tubuhku. Gabriel sudah membawakan kontrak yang baru yang sudah disetujui malam itu, dan sekarang, sehari setelahnya, kami menuju ke gereja untuk pemberkatan. “Apakah kamu sudah siap?” tanya Gabriel saat aku berjalan ke ruang tamu. Aku tidak bisa menjawab. Aku merasa aku tidak bisa berpikir, jadi aku hanya mengangguk. “Kenapa aku tidak bisa pergi bersama Ibu?” keluh Lilly yang membuatku berbalik ke arahnya. Dia sedang duduk di sofa yang berbentuk L sembari mengernyitkan dahinya dan melip

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 390

    Dia mendorong dokumen itu ke arahku di atas meja. Aku mengambilnya dan mulai membacanya. Aku akan meminta pengacaraku memeriksanya nanti, tapi penting juga bagiku untuk memahami isi kontrak itu sendiri terlebih dahulu. Satu hal yang diajarkan kakakku adalah jangan pernah menandatangani apa pun tanpa membacanya dengan seksama.Dasar-dasar yang kami diskusikan sebelumnya tercantum di sana. Kontrak ini akan berlaku minimal selama dua tahun. Setelahnya, aku akan mendapatkan Perusahaan Gelora dan sedikit tunjangan. Gabriel juga akan terus membiayai Lilly. Dia juga menegaskan bahwa dia ingin Lilly diakui sebagai putrinya dan Lilly harus menyematkan nama Wijaya di nama belakangnya. Itulah poin-poin terpenting bagiku, jadi setelah membaca dan mengulangi bagian itu, aku meletakkan kertas-kertasnya.“Ada keluhan?” tanyanya sambil menyodorkan pulpen ke arahku.“Tidak, tapi aku ingin menambahkan beberapa ketentuan,” ujarku sambil menatap pulpen itu, tapi tidak segera mengambilnya.“Ketentuan sepe

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 389

    HanaSudah hampir seminggu sejak Gabriel meninggalkan kami dengan sopirnya dan pergi. Aku tidak mendengar kabar darinya, apalagi melihat wajahnya. Dia juga tidak datang ke sini, yang membuatku yakin dia tinggal di salah satu dari banyak properti lain yang dia miliki.Sulit rasanya untuk mulai terbiasa, terutama bagi Lilly. Dia tipe anak yang sulit tidur di tempat tidur asing. Tentu, kasurnya bagus, dan lebih nyaman dibandingkan yang dia punya di rumah, tapi masalahnya adalah ini bukan tempat tidurnya.Saat ini, aku mulai tergoda untuk meminta Gabriel mengirim tempat tidurnya ke sini kalau situasinya terus seperti ini. Dia hampir tidak tidur, dan ketika dia berhasil tidur beberapa jam, aku harus ada di sampingnya supaya dia merasa nyaman.Aku juga tidak tenang. Aku terus bertanya-tanya apakah aku membuat keputusan yang tepat dengan setuju untuk menikah lagi. Hidup bersama Gabriel dulu adalah neraka ... Seharusnya aku mencoba berjuang untuk hak asuh Lilly, ‘kan? Aku mencintai putriku den

  • PENYESALAN MANTAN SUAMI   Bab 388

    Untuk pertama kalinya sejak aku mengangkat teleponnya, aku tersenyum, sebab senang karena dia mulai berpikir untuk mengenal putrinya.“Kalau begitu, aku akan mendukungmu.”“Tapi gimana caranya? Aku paham dunia finansial seperti mengenal diriku sendiri. Tapi soal menjadi Ayah? Aku tidak tahu apa-apa soal itu,” ujarnya sambil mendesah frustrasi, dan itu membuatku tertawa kecil.“Kamu harus sadar kalau tidak ada buku panduan yang bisa memandumu jadi Ayah yang baik. Bahkan setelah bertahun-tahun jadi seorang Ayah, aku masih belajar hal baru setiap hari. Jadi orang tua itu ya begitu, kamu harus percaya akan intuisimu. Hadirlah untuk mereka dan lakukan apa yang menurutmu benar.”“Ya, mungkin kamu benar.”“Apa yang kamu rencanakan dengan Hana, dan apakah kamu merasakan suatu perasaan padanya?” tanyaku dengan penasaran.Dia langsung menyambar pertanyaanku. “Tidak, sama sekali tidak! Aku tidak merasakan apa-apa untuknya, dan kalau bukan karena aku butuh dia, aku tidak bakal repot-repot.”Aku me

DMCA.com Protection Status