"Nina menginap disini?" tanya Ayu.Nina mengangguk. "Ya, tadinya Nina tidak mau menginap tapi begitu melihat ada mas Arya dan istrinya disini, Nina tidak mungkin pergi dong.""Kalau begitu, tidur di kamar Arka ya," kata Ayu. Mika yang mendengar itu, sontak menoleh, Arya melirik sekilas istrinya.Arka menarik tangan Nina hingga mencapai lantai dua, tiba-tiba Nina teringat dengan gebetan semasa SMP. "Kamu tahu, beberapa rumah dari sini, ada rumah pria pujaanku lho.""Aku tidak tertarik, toh kamu istriku."Entah kenapa Nina merasa sakit hati dengan sikap acuh Arka.Arka membuka pintu lalu menyuruh Nina masuk ke dalam kamar.Nina masuk dan melihat isi kamar berwarna serba abu-abu. "Apakah kamu suka warna abu-abu?""Kenapa kamu ke rumah?""Tidak boleh?""Bukan begitu, tapi-""Aku hanya ingin kangen sama suami sendiri." Nina menatap Arka dengan tatapan puppy eye.Arka menepis semua tatapan Nina. "Aku akan menelepon tante."Nina mendecak kesal. "Apa salahnya sih datang ke rumah suami sendiri
Nina bangun dan melihat Arka masih tidur pulas, hari ini dia sudah minta izin ke mamanya untuk tidak masuk sekolah. Dia sudah menikah sekarang, pria di hadapannya adalah seorang suami tapi dia tahu tidak akan bisa mengandalkan hidup ke pria ini.Arka membuka mata perlahan karena merasakan sesuatu di pipinya. "Mhm?"Nina menatap dingin Arka. "Sudah bangun?"Arka menatap sebentar lalu menarik Nina masuk ke dalam pelukannya. "Jam berapa ini? Tidur lagi saja."Nina mendorong Arka. "Kamu tidak kerja?""Kerja dan tidak kerja sama saja, aku tidak akan jatuh miskin." Arka bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.Nina menatap rumit Arka lalu tiba-tiba mengikutinya dari belakang dan masuk ke dalam kamar mandir.Arka yang sedang membuka piyama tidur, terkejut. "Hei!""Jangan mengambil alih perusahaan.""Hah?""Mereka membunuh banyak orang, jangan diambil.""Apa maksud-""Kamu tahu alasan kenapa nenek kamu tidak pernah bisa menyentuh mama dan aku?""Yah, karena ayah kandung kamu pergi dari rumah
Nina yang sudah pulang ke rumah setelah diantar Arka, langsung masuk ke dalam kamar dan membuka laptop. Ibunya sudah berangkat ke restoran sementara sang adik sudah berangkat sekolah, hari ini dia sengaja minta izin untuk tidak masuk sekolah karena harus menyelesaikan naskah."Mama tahu, Nina juga bekerja. Nina hanya butuh waktu satu hari untuk menyelesaikan naskah." Kata Nina setelah berusaha merayu Retno.Retno tidak berdaya dan mengizinkan anaknya tidak masuk sekolah.Sekarang rumah dalam keadaan sepi dan Nina sudah menyelesaikan beberapa proyeknya bersama Jaka. "Kamu sudah mendata semuanya?" tanya Nina yang berkomunikasi dengan Jaka lewat whatsapp."Ya, aku juga sudah mencuri arsip mereka. Tadinya aku khawatir, mereka menjebak kita. Ternyata memang nenek peyot itu yang tidak tahu apa-apa.""Anak buahnya pasti kelabakan, sebentar lagi mereka akan mendapatkan kontrak ratusan milyar. Tapi jika rancangan milik klien mereka bocor, otomatis pihak klien akan marah dan menuntut penjelasa
Arka yang sedang asyik menangani klien via email, mendapat ketukan pintu. Dia menjawab tanpa mengangkat kepala."Arka, kamu sudah dengar berita hari ini belum?""Berita apa?""Tsoejipto Group mengalami kerugian karena ada data yang bocor."Arka mengerutkan kening tidak mengerti. "Hah?"Bukannya Arka tidak paham dengan apa yang dikatakan rekan kerjanya, tapi dia tidak paham bagaimana group sebesar itu kecolongan?"Tadinya ada perusahaan dari Korea yang ingin kerja sama dengan membuat handphone di Indonesia, group itu menjamin pabrik pembuatan sekaligus ada salah satu prototype buatan pabrik itu tapi masalahnya sebelum pihak group menunjukan prototype yang berhasil setelah di uji coba, blue printnya malah bocor ke pesaing dan mereka mengumumkan terlebih dahulu."Arka mengangkat salah satu alisnya. "Bagaimana bisa bocor?""Data mereka taruh di komputer lalu diretas hacker, sekarang lagi ramai jadi pembicaraan karena pihak perusahaan malah melontarkan kalimat konyol."Arka segera mencari
Nina yang berjalan keluar dari gerbang sekolah, mengerutkan kening ketika melihat Arka sudah menunggunya di dalam mobil.Nina balik badan sambil menarik Jaka.Arka menekan klakson mobil tidak berhenti, meskipun mengganggu sekitar.Jaka menarik tangannya. "Pergi sana! Dia sudah nunggu kamu dari tadi sepertinya, jangan kabur."Nina cemberut lalu balik badan dan masuk ke dalam mobil.Mobil melaju kencang ketika Nina selesai memakai sabuk pengaman."Mau kemana?""Menghilangkan stress.""Stress apaan?"Arka tidak menjawab."Ini namanya mau bunuh diri!" Jerit Nina.Arka rem mendadak.Nina memegang erat sabuk pengamannya.Untung saja Arka melewati jalur perumahan sepi.Nina menatap lurus jendela mobil, tanpa menatap Arka. "Ada apa? Apakah kamu mendapat masalah?"Arka terdiam, masih memikirkan masalah yang akan dihadapinya. Bicara dengan NIna mungkin juga percuma karena dia masih kecil."Apakah kamu menganggapku tidak tahu apa pun?" tanya Nina.Arka mengalihkan tatapannya ke Nina. "Bagaimana
Nina menutup wajahnya dengan kedua tangan, malu dengan perbuatan mereka tadi sementara Arka moodnya sudah membaik dan tersenyum lebar, dia membelikan istrinya es krim di drive thru."Apakah semua pria selalu seperti itu?""Ya, kamu bisa masukan ke dalam rekomendasi novel. Pria pemarah akan tenang jika wanitanya membuka baju.""Apakah kamu melakukannya dengan semua mantan kekasih kamu?" tuduh Nina."Tidak, aku tidak terlalu nafsu. Kami hanya berciuman dan berpelukan.""Hah? Kenapa?""Karena tubuhku hanya untuk istriku."Nina menatap tidak percaya Arka.Arka tertawa. "Yah, silahkan menilai aku sepuasnya. Memang aku tidak suka memberikan tubuhku kepada wanita lain, aku tidak mau seperti ayah yang suka menebar benih."Nina mengacak rambut Arka yang sudah berantakan. "Kamu memang berbeda dari dia sejak awal."Wajah Arka berubah cemberut lalu merapikan rambutnya. "Aku memang berbeda dari dia.""Tapi setidaknya kamu tidak menyakiti hati wanita, kamu selalu tegas menyatakan tidak suka."Arka t
Reiko mendengus kesal. "Aiko masih sekolah dan tidak terlalu paham dengan bisnis, apakah paman berusaha menjilat keluarga kita?""Entahlah."Reiko memutar kepalanya begitu mendengar jawaban dingin Fumiko. "Aku tahu Nara pergi memutuskan hubungan, tapi bukan berarti kamu harus bersikap dingin kepadaku."Fumiko hanya diam sambil menyesap teh."Semua orang sedih sekaligus kesal dengan keputusan Nara, tapi itu pilihan hidupnya dan kita tidak bisa memaksakan diri."Fumiko memutar bola mata dengan kesal. "Aku tahu, tidak perlu dibahas."Aiko yang duduk agak jauh dari Fumoshi bersaudara, menatap iri mereka berdua yang bisa bercanda di saat seperti ini. Paman tidak menegur mereka berdua. Batin Aiko dengan iri. Mereka bisa hidup nyaman dan aman, memiliki keluarga yang mencintai tapi kenapa aku tidak bisa? Apakah Arka akan mencintaiku?Aiko tidak bodoh ketika mendengar semua penolakan Arka apalagi pria itu sudah menikah, tapi-Kata nenek Arka aku boleh mencintainya, memilikinya dan juga menjad
Kedua mata kakek Arka menyipit tidak percaya. "Kamu sangat percaya diri, tapi bagaimana jika rencana yang kamu rancang gagal dan ada kerugian?""Aku akan menjadi pewaris." Atka bertaruh.Kakek Arka terkejut. "Kamu? Bersedia?""Ya."Kakek Arka mulai merenungkannya, tidak ada yang salah menerima bantuan dari sang cucu tapi-"Kita bicarakan dengan nenek.""Apa yang ingin kalian bicarakan denganku?"Arka dan kakeknya menoleh ke sumber suara, nenek sedang jalan bersama seorang anak perempuan.Arka mengerutkan kening. Siapa dia?Nenek Arka yang tahu dengan tatapan bertanya Arka, memperkenalkan Karina. "Ini Karina, pegawai baru."Arka mengangkat salah satu alisnya. Normal bagi dia untuk tidak mengenal para sepupu karena tidak pernah kumpul keluarga, toh dirinya juga tidak peduli. Tapi- sepertinya dia pernah melihat anak ini."Dia anak dari adik ayah kamu, Arka. Profesor Hendra, kamu pasti sudah mendengarnya." Bisik kakek Arka.Bagaikan tersambar petir, Arka terkejut dengan penjelasan kakeknya