Nina menutup wajahnya dengan kedua tangan, malu dengan perbuatan mereka tadi sementara Arka moodnya sudah membaik dan tersenyum lebar, dia membelikan istrinya es krim di drive thru."Apakah semua pria selalu seperti itu?""Ya, kamu bisa masukan ke dalam rekomendasi novel. Pria pemarah akan tenang jika wanitanya membuka baju.""Apakah kamu melakukannya dengan semua mantan kekasih kamu?" tuduh Nina."Tidak, aku tidak terlalu nafsu. Kami hanya berciuman dan berpelukan.""Hah? Kenapa?""Karena tubuhku hanya untuk istriku."Nina menatap tidak percaya Arka.Arka tertawa. "Yah, silahkan menilai aku sepuasnya. Memang aku tidak suka memberikan tubuhku kepada wanita lain, aku tidak mau seperti ayah yang suka menebar benih."Nina mengacak rambut Arka yang sudah berantakan. "Kamu memang berbeda dari dia sejak awal."Wajah Arka berubah cemberut lalu merapikan rambutnya. "Aku memang berbeda dari dia.""Tapi setidaknya kamu tidak menyakiti hati wanita, kamu selalu tegas menyatakan tidak suka."Arka t
Reiko mendengus kesal. "Aiko masih sekolah dan tidak terlalu paham dengan bisnis, apakah paman berusaha menjilat keluarga kita?""Entahlah."Reiko memutar kepalanya begitu mendengar jawaban dingin Fumiko. "Aku tahu Nara pergi memutuskan hubungan, tapi bukan berarti kamu harus bersikap dingin kepadaku."Fumiko hanya diam sambil menyesap teh."Semua orang sedih sekaligus kesal dengan keputusan Nara, tapi itu pilihan hidupnya dan kita tidak bisa memaksakan diri."Fumiko memutar bola mata dengan kesal. "Aku tahu, tidak perlu dibahas."Aiko yang duduk agak jauh dari Fumoshi bersaudara, menatap iri mereka berdua yang bisa bercanda di saat seperti ini. Paman tidak menegur mereka berdua. Batin Aiko dengan iri. Mereka bisa hidup nyaman dan aman, memiliki keluarga yang mencintai tapi kenapa aku tidak bisa? Apakah Arka akan mencintaiku?Aiko tidak bodoh ketika mendengar semua penolakan Arka apalagi pria itu sudah menikah, tapi-Kata nenek Arka aku boleh mencintainya, memilikinya dan juga menjad
Kedua mata kakek Arka menyipit tidak percaya. "Kamu sangat percaya diri, tapi bagaimana jika rencana yang kamu rancang gagal dan ada kerugian?""Aku akan menjadi pewaris." Atka bertaruh.Kakek Arka terkejut. "Kamu? Bersedia?""Ya."Kakek Arka mulai merenungkannya, tidak ada yang salah menerima bantuan dari sang cucu tapi-"Kita bicarakan dengan nenek.""Apa yang ingin kalian bicarakan denganku?"Arka dan kakeknya menoleh ke sumber suara, nenek sedang jalan bersama seorang anak perempuan.Arka mengerutkan kening. Siapa dia?Nenek Arka yang tahu dengan tatapan bertanya Arka, memperkenalkan Karina. "Ini Karina, pegawai baru."Arka mengangkat salah satu alisnya. Normal bagi dia untuk tidak mengenal para sepupu karena tidak pernah kumpul keluarga, toh dirinya juga tidak peduli. Tapi- sepertinya dia pernah melihat anak ini."Dia anak dari adik ayah kamu, Arka. Profesor Hendra, kamu pasti sudah mendengarnya." Bisik kakek Arka.Bagaikan tersambar petir, Arka terkejut dengan penjelasan kakeknya
"Menjauh dari calon suamiku sebelum menyebabkan masalah lebih jauh lagi." Aiko memberikan peringatan keras ke Nina.Nina memainkan rambutnya, bersikap seperti anak nakal. "Tergantung dari prianya, dia mau menjauh atau tidak."Jaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan membatin. Tunggu, bukankah dialog mereka terbalik? Harusnya-Aiko mengangkat tangan dan hendak menampar pipi Nina.Nina dengan senang hati menyerahkan pipinya untuk dipukul, sebagai bukti salah satu keluarga Fumiko melakukan hal gila. Mungkin dirinya bisa mendapatkan uang tutup mulut dari bank asing itu.Aiko tiba-tiba tidak bisa menggerakkan tangannya, terkejut melihat Arka memegang erat tangannya. "A- Arka-"Arka marah dengan tindakan tidak tahu malu Aiko. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa menyentuh istriku?"Aiko hendak meluruskan.Nina menjawab dengan tidak tahu malu dan suara keras sambil menunjuk Aiko. "Anak kaya ini menyuruh aku menjauh dari suami, padahal dia yang mengejar suamiku. Hanya karena dia lebih
"Selamat pagi, pak Arka.""Pagi."Arka putuskan menerima tawaran keluarganya dan mengurus perusahaan. Jadi dari pagi, dia tidak ke kantor seperti biasanya, melainkan pergi ke kantor nenek."Hallo, pak Arka.""Karina." Angguk Arka. "Bukankah direktur menyuruh kamu melihat tugas bagian keuangan?""Ah, saya disuruh melihat kinerja anda. Katanya anda sangat hebat dan bisa mengajar untuk pemula seperti saya.""Apakah kamu tidak ingin menjadi dokter hewan?""Kenapa tiba-tiba anda bertanya?""Bukankah ayah kamu seorang profesor untuk hewan?"Karina menghentikan langkahnya dan menatap bingung Arka. "Bagaimana anda bisa tahu? Saya tidak pernah mencantumkan pekerjaan ayah di cv.""Benarkah?""Ya.""Oh, saya kenalan kakak kamu di universitas." Jawab Arka dengan asal sambil balik badan dan menatap lurus Karina."Kenalan?""Yah, benar. Kami tidak terlalu kenal tapi yah setidaknya kami tahu nama masing-masing."Karina menatap Arka dengan cemas. "Apakah anda akan melapor ke kakak saya?""Tidak.""To
Nenek Arka tidak suka melihat interaksi cucunya bersama perempuan lain tapi dia juga tidak ingin membuat sang cucu marah, dengan senyum menghina, merendahkan Nina supaya Arka sadar. "Kamu kerja sebagai cleaning service? Astaga, apakah kamu hanya bisa bersih-bersih untuk menjaga cucuku?"Nina menatap tidak mengerti nenek Arka. "Apa?""Cucuku sangat hebat dalam menjalankan perusahaan, harusnya kamu juga bisa menjadi pendamping yang hebat dong ya. Contoh saja Aiko ini." Nenek Arka menepuk kedua bahu Aiko dengan lembut. Nina menghela napas ironis. "Wow, ternyata yang ada di novel- ada di dunia nyata.""Apa?" tanya Arka yang tidak mengerti maksud istrinya.Nina melipat kedua tangan di depan dada. "Seorang nenek yang tidak suka melihat istri cucunya sehingga memaksa seorang pelakor untuk masuk ke pernikahan bahagia sang cucu. Anda tidak takut karma, nenek?"Nenek Arka tersenyum sinis. "Karma sudah menjadi makanan saya, dan saya sudah mendapatkan semua karma baik. Apa salahnya mendapat satu
Arka menghela napas panjang begitu mendengar kebohongan Aiko. "Kamu- untuk apa berbohong sejauh ini?""Arka, aku tidak berbohong. Bagaimana bisa kamu bilang aku berbohong? Aku hanya menceritakan yang sebenarnya bahwa Nina sangat jahat.""Apa untungnya dia berbohong hal seperti itu? Menekan kamu? Besar sekali nyalinya.""Kamu- jangan terlalu percaya apa pun padanya. Dia hanya pembohong tidak tahu diri.""Begitu ya, jika dia hanya pembohong tidak tahu diri- lantas aku bagaimana? Pria yang bisa ditipu?""Arka.""Nina adalah istriku, berhenti mengancamnya. Kamu lupa kenapa kamu datang ke sekolah Nina? Jika dia mengancam kamu dan kamu hanyalah korban, kenapa justru kamu yang datang ke sekolah pelaku?""Karena-""Karena kamu sendiri yang mengancamnya.""Arka!""Berhenti mengganggu istriku, atau aku yang akan membuat perhitungan?"Aiko menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah melepaskan kamu."Arka adalah jalan supaya bisa melampaui para sepupunya yang sombong itu, dia tidak ingin menunduk
"Kebanyakan wanita muda atau seusiaku, yang belum mendalami agama atau apalah itu. Tidak suka dengan sex.""Aku-""Jadi, kamu sedang mendalami agama sekarang? Tenang saja, aku tidak akan marah meskipun agamaku kurang bagus.""Apakah aku terlihat sekuno itu?""Apa? Tidak.""Aku tidak suka dengan seks karena masa lalu keluargaku yang tidak menyenangkan. Bisa dibilang mungkin aku biang masalah, seandainya saja mama tidak melahirkan aku.""Kamu anak di luar nikah? Aku baru mendengarnya." Arka menyalakan kompor dan mulai memasak. "Tidak, dulu ayah kandungku suka sekali main bersama wanita. Hal yang paling menyedihkan adalah mama tidak bisa berbuat banyak karena tidak bekerja dan menggantungkan hidup padanya. Mau berpisah, takut menjadi bahan gunjingan orang karena janda selalu dianggap negatif oleh masyarakat." Nina mulai cerita pada Arka. "Mama terlalu takut menghadapi banyak hal hingga pada akhirnya menggantungkan hidup pada keluarga. Tidak ada bedanya padahal.""Pasti tante Retno punya