Reiko mendengus kesal. "Aiko masih sekolah dan tidak terlalu paham dengan bisnis, apakah paman berusaha menjilat keluarga kita?""Entahlah."Reiko memutar kepalanya begitu mendengar jawaban dingin Fumiko. "Aku tahu Nara pergi memutuskan hubungan, tapi bukan berarti kamu harus bersikap dingin kepadaku."Fumiko hanya diam sambil menyesap teh."Semua orang sedih sekaligus kesal dengan keputusan Nara, tapi itu pilihan hidupnya dan kita tidak bisa memaksakan diri."Fumiko memutar bola mata dengan kesal. "Aku tahu, tidak perlu dibahas."Aiko yang duduk agak jauh dari Fumoshi bersaudara, menatap iri mereka berdua yang bisa bercanda di saat seperti ini. Paman tidak menegur mereka berdua. Batin Aiko dengan iri. Mereka bisa hidup nyaman dan aman, memiliki keluarga yang mencintai tapi kenapa aku tidak bisa? Apakah Arka akan mencintaiku?Aiko tidak bodoh ketika mendengar semua penolakan Arka apalagi pria itu sudah menikah, tapi-Kata nenek Arka aku boleh mencintainya, memilikinya dan juga menjad
Kedua mata kakek Arka menyipit tidak percaya. "Kamu sangat percaya diri, tapi bagaimana jika rencana yang kamu rancang gagal dan ada kerugian?""Aku akan menjadi pewaris." Atka bertaruh.Kakek Arka terkejut. "Kamu? Bersedia?""Ya."Kakek Arka mulai merenungkannya, tidak ada yang salah menerima bantuan dari sang cucu tapi-"Kita bicarakan dengan nenek.""Apa yang ingin kalian bicarakan denganku?"Arka dan kakeknya menoleh ke sumber suara, nenek sedang jalan bersama seorang anak perempuan.Arka mengerutkan kening. Siapa dia?Nenek Arka yang tahu dengan tatapan bertanya Arka, memperkenalkan Karina. "Ini Karina, pegawai baru."Arka mengangkat salah satu alisnya. Normal bagi dia untuk tidak mengenal para sepupu karena tidak pernah kumpul keluarga, toh dirinya juga tidak peduli. Tapi- sepertinya dia pernah melihat anak ini."Dia anak dari adik ayah kamu, Arka. Profesor Hendra, kamu pasti sudah mendengarnya." Bisik kakek Arka.Bagaikan tersambar petir, Arka terkejut dengan penjelasan kakeknya
"Menjauh dari calon suamiku sebelum menyebabkan masalah lebih jauh lagi." Aiko memberikan peringatan keras ke Nina.Nina memainkan rambutnya, bersikap seperti anak nakal. "Tergantung dari prianya, dia mau menjauh atau tidak."Jaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan membatin. Tunggu, bukankah dialog mereka terbalik? Harusnya-Aiko mengangkat tangan dan hendak menampar pipi Nina.Nina dengan senang hati menyerahkan pipinya untuk dipukul, sebagai bukti salah satu keluarga Fumiko melakukan hal gila. Mungkin dirinya bisa mendapatkan uang tutup mulut dari bank asing itu.Aiko tiba-tiba tidak bisa menggerakkan tangannya, terkejut melihat Arka memegang erat tangannya. "A- Arka-"Arka marah dengan tindakan tidak tahu malu Aiko. "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa menyentuh istriku?"Aiko hendak meluruskan.Nina menjawab dengan tidak tahu malu dan suara keras sambil menunjuk Aiko. "Anak kaya ini menyuruh aku menjauh dari suami, padahal dia yang mengejar suamiku. Hanya karena dia lebih
"Selamat pagi, pak Arka.""Pagi."Arka putuskan menerima tawaran keluarganya dan mengurus perusahaan. Jadi dari pagi, dia tidak ke kantor seperti biasanya, melainkan pergi ke kantor nenek."Hallo, pak Arka.""Karina." Angguk Arka. "Bukankah direktur menyuruh kamu melihat tugas bagian keuangan?""Ah, saya disuruh melihat kinerja anda. Katanya anda sangat hebat dan bisa mengajar untuk pemula seperti saya.""Apakah kamu tidak ingin menjadi dokter hewan?""Kenapa tiba-tiba anda bertanya?""Bukankah ayah kamu seorang profesor untuk hewan?"Karina menghentikan langkahnya dan menatap bingung Arka. "Bagaimana anda bisa tahu? Saya tidak pernah mencantumkan pekerjaan ayah di cv.""Benarkah?""Ya.""Oh, saya kenalan kakak kamu di universitas." Jawab Arka dengan asal sambil balik badan dan menatap lurus Karina."Kenalan?""Yah, benar. Kami tidak terlalu kenal tapi yah setidaknya kami tahu nama masing-masing."Karina menatap Arka dengan cemas. "Apakah anda akan melapor ke kakak saya?""Tidak.""To
Nenek Arka tidak suka melihat interaksi cucunya bersama perempuan lain tapi dia juga tidak ingin membuat sang cucu marah, dengan senyum menghina, merendahkan Nina supaya Arka sadar. "Kamu kerja sebagai cleaning service? Astaga, apakah kamu hanya bisa bersih-bersih untuk menjaga cucuku?"Nina menatap tidak mengerti nenek Arka. "Apa?""Cucuku sangat hebat dalam menjalankan perusahaan, harusnya kamu juga bisa menjadi pendamping yang hebat dong ya. Contoh saja Aiko ini." Nenek Arka menepuk kedua bahu Aiko dengan lembut. Nina menghela napas ironis. "Wow, ternyata yang ada di novel- ada di dunia nyata.""Apa?" tanya Arka yang tidak mengerti maksud istrinya.Nina melipat kedua tangan di depan dada. "Seorang nenek yang tidak suka melihat istri cucunya sehingga memaksa seorang pelakor untuk masuk ke pernikahan bahagia sang cucu. Anda tidak takut karma, nenek?"Nenek Arka tersenyum sinis. "Karma sudah menjadi makanan saya, dan saya sudah mendapatkan semua karma baik. Apa salahnya mendapat satu
Arka menghela napas panjang begitu mendengar kebohongan Aiko. "Kamu- untuk apa berbohong sejauh ini?""Arka, aku tidak berbohong. Bagaimana bisa kamu bilang aku berbohong? Aku hanya menceritakan yang sebenarnya bahwa Nina sangat jahat.""Apa untungnya dia berbohong hal seperti itu? Menekan kamu? Besar sekali nyalinya.""Kamu- jangan terlalu percaya apa pun padanya. Dia hanya pembohong tidak tahu diri.""Begitu ya, jika dia hanya pembohong tidak tahu diri- lantas aku bagaimana? Pria yang bisa ditipu?""Arka.""Nina adalah istriku, berhenti mengancamnya. Kamu lupa kenapa kamu datang ke sekolah Nina? Jika dia mengancam kamu dan kamu hanyalah korban, kenapa justru kamu yang datang ke sekolah pelaku?""Karena-""Karena kamu sendiri yang mengancamnya.""Arka!""Berhenti mengganggu istriku, atau aku yang akan membuat perhitungan?"Aiko menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah melepaskan kamu."Arka adalah jalan supaya bisa melampaui para sepupunya yang sombong itu, dia tidak ingin menunduk
"Kebanyakan wanita muda atau seusiaku, yang belum mendalami agama atau apalah itu. Tidak suka dengan sex.""Aku-""Jadi, kamu sedang mendalami agama sekarang? Tenang saja, aku tidak akan marah meskipun agamaku kurang bagus.""Apakah aku terlihat sekuno itu?""Apa? Tidak.""Aku tidak suka dengan seks karena masa lalu keluargaku yang tidak menyenangkan. Bisa dibilang mungkin aku biang masalah, seandainya saja mama tidak melahirkan aku.""Kamu anak di luar nikah? Aku baru mendengarnya." Arka menyalakan kompor dan mulai memasak. "Tidak, dulu ayah kandungku suka sekali main bersama wanita. Hal yang paling menyedihkan adalah mama tidak bisa berbuat banyak karena tidak bekerja dan menggantungkan hidup padanya. Mau berpisah, takut menjadi bahan gunjingan orang karena janda selalu dianggap negatif oleh masyarakat." Nina mulai cerita pada Arka. "Mama terlalu takut menghadapi banyak hal hingga pada akhirnya menggantungkan hidup pada keluarga. Tidak ada bedanya padahal.""Pasti tante Retno punya
Aiko yang kesal karena Arka dan Nina, menjadi lebih kesal karena ucapan sepupunya. "Apakah kamu tidak pernah merasakan bagaimana sikap keluargaku yang seperti pengemis?"Dahi Reiko berkerut semakin dalam. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Apakah kamu menganggap semua ucapan aku hanya omong kosong? Ternyata penilaian aku tidak pernah salah. Kamu sepupu yang-""AIKO!"Ibu Aiko menampar pipi putri kandungnya sekuat tenaga dan menyuruh Aiko membungkuk dalam. "Minta maaf ke sepupu kamu! Dia sudah bersusah payah datang kemari untuk kita dan kamu menghinanya?!""Bibi, aku-""Reiko, Aiko tidak bisa dimaafkan. Silahkan beri hukuman untuk anak ini karena sudah menghina kamu.""Bibi, tidak perlu berlebihan." Reiko jadi merasa bersalah ke bibinya."Tidak! Ini bukan masalah sepele, dia sudah menghina kamu, bagaimana jika kedua orang tua kamu tahu?! Aiko, minta maaf ke sepupu kamu!"Aiko yang masih membungkuk dalam karena tangan ibunya, minta maaf dengan nada gemetar. "Maafkan aku, Reiko. Ak
Setelah menemukan naskah yang dicarinya, dia bergegas memeriksa naskah tersebut. Naskah yang dibuat dicetak dan dimasukan ke dalam amplop cokelat, di dalam amplop ada cd untuk menaruh naskah untuk berjaga-jaga jika laptopnya bermasalah. Nina segera mengeluarkan cd dan dimasukan ke dalam laptop, malam itu dia berniat lembur dan tidak tahu dengan perbuatan Aiko yang menyebarkan isu mengenai rumah yang dijadikan prostitusi. Salah satu akun baru menetas, membuat postingan seolah curahan hati. 'Aku tidak tahu apakah ada yang percaya dengan tulisanku. Maaf, karena aku memakai akun palsu, hanya saja aku resah karena ada orang yang membeli rumah untuk dijadikan prostitusi. Rasanya tidak nyaman sekali ada orang yang keluar masuk beda orang ke dalam rumah itu, tadinya kami kira hanya dikontrakan biasa atau orang melihat tapi intensitas mereka datang itu terlalu sering dan orangnya beda-beda.' 'Aku tidak percaya jika tidak ada bukti.' 'Benar, apalagi akun baru menetas.' 'Tunggu dulu ya, nan
Nina pulang ke rumah dan melihat Retno duduk di sofa, sorot matanya kosong meski terlihat sedang menonton tv.Nina duduk di samping mamanya. "Ma?"Retno tersadar dari lamunan dan menyunggingkan senyum tipis. "Sudah pulang?"Nina melirik dua gelas kosong di atas meja. "Tante Ayu sudah ke rumah?""Ya.""Mama-""Mama tidak bisa bantu teman yang kesulitan.""Masalah tempat penerbitan tante Ayu?""Kamu tahu?""Aku sudah dengar masalahnya, tante Ayu rugi banyak, apalagi penulisnya koma sekarang. Tidak ada yang bisa dimintai pertanggung jawaban.""Terus bagaimana? Dibiarkan begitu saja?""Yah, terpaksa begitu. Tante Ayu harus menyerah, kalau memaksa diterbitkan, jatuhnya nama baik tempat tante yang jelek."Retno mengerutkan kening. "Daritadi kamu sebut ibu mertua tante, tidak dimarahi Arka?"Nina menjulurkan lidah dengan nakal. "Lupa, kebiasaan."Retno menghela napas dan kembali teringat temannya. "Mama harus bagaimana ya, buat bantu besan?"Nina teringat dengan saran Jaka. "Bagaimana kalau
Ayu duduk termenung di kursi kerja, kedua mata menatap brosur yang diberikan asistennya. Novel ini Ayu temukan karena sangat populer di salah satu platform terkenal dan gratis. Yang membuat Ayu jatuh cinta karena kalimat si wanita yang mengena di hatinya saat berusaha melawan keluarga suami sang tokoh.'Aku memang seorang wanita dan dianggap tidak bisa melakukan apa pun di mata pria, tapi setidaknya aku punya harga diri untuk melindungi diri dan anak-anak.'Di zaman modern, masih saja ada wanita yang bucin terhadap pria dan rela melakukan apa pun, menutup mata atas kesalahan pria dengan dalih martabat rumah tangga. Ayu sudah mengalami semuanya saat ditinggalkan suami dan membesarkan Arka, ditekan keluarga suami yang kaya raya dan dicemooh karena menerima kompensasi dengan dinilai mata duitan.Setelah membaca novel yang hampir mirip dengan kisahnya, Ayu gencar mendekati si penulis untuk diterbitkan ke tempatnya meskipun ternyata ada beberapa saingan yang sudah menawar. Mungkin karena
Kedua mata Karina menyipit tidak percaya ketika melihat Arka seperti orang baru keesokan harinya. Padahal kemarin terlihat orang lusuh dan sedikit stres karena pekerjaan, sekarang malah terlihat berseri-seri lalu dengan senang hati menjelaskan secara detail. Padahal sebelumnya memang menjelaskan tapi tidak sedetail sekarang.Bahkan sekarang pun di ruang kerjanya, Arka mencoret dokumen yang diberikan bawahan lalu ditulis alasan ditolak.Karina yang memeluk dokumen, tidak berani ikut campur urusan Arka, tapi para karyawan lain justru usil dan bertanya-tanya. "Ada apa? Kenapa wajah kamu seperti itu?" Tanya Arka sambil mengerutkan kening. "Kamu sedang memikirkan hal lain?"Karina menggeleng. "Tidak, saya hanya kagum melihat perubahan sikap anda dalam satu hari.""Ah, Karina. Ini namanya kekuatan pernikahan.""Kekuatan pernikahan?""Ya, dengan menikah dan saling terikat. Saat kita jatuh dan ingin mencari tempat penghiburan, hiburan terbaik adalah bersama pasangan."Kedua mata Karina terbe
Aiko yang kesal karena Arka dan Nina, menjadi lebih kesal karena ucapan sepupunya. "Apakah kamu tidak pernah merasakan bagaimana sikap keluargaku yang seperti pengemis?"Dahi Reiko berkerut semakin dalam. "Omong kosong apa yang kamu bicarakan?""Apakah kamu menganggap semua ucapan aku hanya omong kosong? Ternyata penilaian aku tidak pernah salah. Kamu sepupu yang-""AIKO!"Ibu Aiko menampar pipi putri kandungnya sekuat tenaga dan menyuruh Aiko membungkuk dalam. "Minta maaf ke sepupu kamu! Dia sudah bersusah payah datang kemari untuk kita dan kamu menghinanya?!""Bibi, aku-""Reiko, Aiko tidak bisa dimaafkan. Silahkan beri hukuman untuk anak ini karena sudah menghina kamu.""Bibi, tidak perlu berlebihan." Reiko jadi merasa bersalah ke bibinya."Tidak! Ini bukan masalah sepele, dia sudah menghina kamu, bagaimana jika kedua orang tua kamu tahu?! Aiko, minta maaf ke sepupu kamu!"Aiko yang masih membungkuk dalam karena tangan ibunya, minta maaf dengan nada gemetar. "Maafkan aku, Reiko. Ak
"Kebanyakan wanita muda atau seusiaku, yang belum mendalami agama atau apalah itu. Tidak suka dengan sex.""Aku-""Jadi, kamu sedang mendalami agama sekarang? Tenang saja, aku tidak akan marah meskipun agamaku kurang bagus.""Apakah aku terlihat sekuno itu?""Apa? Tidak.""Aku tidak suka dengan seks karena masa lalu keluargaku yang tidak menyenangkan. Bisa dibilang mungkin aku biang masalah, seandainya saja mama tidak melahirkan aku.""Kamu anak di luar nikah? Aku baru mendengarnya." Arka menyalakan kompor dan mulai memasak. "Tidak, dulu ayah kandungku suka sekali main bersama wanita. Hal yang paling menyedihkan adalah mama tidak bisa berbuat banyak karena tidak bekerja dan menggantungkan hidup padanya. Mau berpisah, takut menjadi bahan gunjingan orang karena janda selalu dianggap negatif oleh masyarakat." Nina mulai cerita pada Arka. "Mama terlalu takut menghadapi banyak hal hingga pada akhirnya menggantungkan hidup pada keluarga. Tidak ada bedanya padahal.""Pasti tante Retno punya
Arka menghela napas panjang begitu mendengar kebohongan Aiko. "Kamu- untuk apa berbohong sejauh ini?""Arka, aku tidak berbohong. Bagaimana bisa kamu bilang aku berbohong? Aku hanya menceritakan yang sebenarnya bahwa Nina sangat jahat.""Apa untungnya dia berbohong hal seperti itu? Menekan kamu? Besar sekali nyalinya.""Kamu- jangan terlalu percaya apa pun padanya. Dia hanya pembohong tidak tahu diri.""Begitu ya, jika dia hanya pembohong tidak tahu diri- lantas aku bagaimana? Pria yang bisa ditipu?""Arka.""Nina adalah istriku, berhenti mengancamnya. Kamu lupa kenapa kamu datang ke sekolah Nina? Jika dia mengancam kamu dan kamu hanyalah korban, kenapa justru kamu yang datang ke sekolah pelaku?""Karena-""Karena kamu sendiri yang mengancamnya.""Arka!""Berhenti mengganggu istriku, atau aku yang akan membuat perhitungan?"Aiko menggeleng. "Tidak, aku tidak akan pernah melepaskan kamu."Arka adalah jalan supaya bisa melampaui para sepupunya yang sombong itu, dia tidak ingin menunduk
Nenek Arka tidak suka melihat interaksi cucunya bersama perempuan lain tapi dia juga tidak ingin membuat sang cucu marah, dengan senyum menghina, merendahkan Nina supaya Arka sadar. "Kamu kerja sebagai cleaning service? Astaga, apakah kamu hanya bisa bersih-bersih untuk menjaga cucuku?"Nina menatap tidak mengerti nenek Arka. "Apa?""Cucuku sangat hebat dalam menjalankan perusahaan, harusnya kamu juga bisa menjadi pendamping yang hebat dong ya. Contoh saja Aiko ini." Nenek Arka menepuk kedua bahu Aiko dengan lembut. Nina menghela napas ironis. "Wow, ternyata yang ada di novel- ada di dunia nyata.""Apa?" tanya Arka yang tidak mengerti maksud istrinya.Nina melipat kedua tangan di depan dada. "Seorang nenek yang tidak suka melihat istri cucunya sehingga memaksa seorang pelakor untuk masuk ke pernikahan bahagia sang cucu. Anda tidak takut karma, nenek?"Nenek Arka tersenyum sinis. "Karma sudah menjadi makanan saya, dan saya sudah mendapatkan semua karma baik. Apa salahnya mendapat satu
"Selamat pagi, pak Arka.""Pagi."Arka putuskan menerima tawaran keluarganya dan mengurus perusahaan. Jadi dari pagi, dia tidak ke kantor seperti biasanya, melainkan pergi ke kantor nenek."Hallo, pak Arka.""Karina." Angguk Arka. "Bukankah direktur menyuruh kamu melihat tugas bagian keuangan?""Ah, saya disuruh melihat kinerja anda. Katanya anda sangat hebat dan bisa mengajar untuk pemula seperti saya.""Apakah kamu tidak ingin menjadi dokter hewan?""Kenapa tiba-tiba anda bertanya?""Bukankah ayah kamu seorang profesor untuk hewan?"Karina menghentikan langkahnya dan menatap bingung Arka. "Bagaimana anda bisa tahu? Saya tidak pernah mencantumkan pekerjaan ayah di cv.""Benarkah?""Ya.""Oh, saya kenalan kakak kamu di universitas." Jawab Arka dengan asal sambil balik badan dan menatap lurus Karina."Kenalan?""Yah, benar. Kami tidak terlalu kenal tapi yah setidaknya kami tahu nama masing-masing."Karina menatap Arka dengan cemas. "Apakah anda akan melapor ke kakak saya?""Tidak.""To