Home / Fantasi / PENDEKAR Sabda JAGAD / Bab 146. CAMBUK GUNTUR SAMUDERA

Share

Bab 146. CAMBUK GUNTUR SAMUDERA

Author: BayS
last update Last Updated: 2024-10-24 22:31:22

"Heeii..!! Ada burung raksasa..!!" teriak seorang pengawal penjaga gerbang luar istana, seraya menunjuk ke arah Wali yang tengah menukik turun ke taman istana Pallawa.

Sontak dua pengawal lainnya menengok ke arah yang di tunjuk oleh rekannya itu.

"Hahh! Kau benar! Kita harus cepat melaporkannya pada kepala pengawal istana!" seru kaget dua rekannya, lalu salah seorang diantara mereka mengajak mereka melaporkan hal itu.

Bagai berlomba ketiganya segera berlari cepat ke arah posko pengawal penjaga gerbang dalam istana Pallawa.

Taph! Taph! ... Taph!

Lima sosok mendarat ringan di depan gerbang dalam istana. Ternyata mereka adalah Eyang Shindupalla, Panji, Jaya, Ranti, dan Larasati.

Ya, kelima orang itu memang melihat seekor burung besar yang menukik turun di area istana Pallawa. Di saat mereka sedang berbincang di pendopo markas sekte Pallawa, yang letaknya tak jauh dari istana Pallawa.

Dan tanpa di komando, kelimanya secara serentak melesat mengikuti arah turunnya burung besar itu ke dalam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 147. WAKTU MENDESAK

    "Ahh! Eyang Guru," seru Arya agak terkejut, melihat Eyang Balatapa tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia mengira Eyang Gurunya itu sudah tewas oleh Jalu, dalam pertarungan malam itu di dimensi silam.Ya, dirinya memang sudah kabur lebih dulu saat itu, meninggalkan Eyang Gurunya itu yang masih bertarung melawan Jalu.Begitulah model murid culas dan licin seperti Arya ini, dia sama sekali tak memikirkan apakah Eyang Gurunya itu akan selamat atau tidak.Padahal ilmu-ilmu serta power Mustika Naga Hitam adalah pemberian dari Eyang Gurunya itu. Namun tentu saja Arya memiliki 1001 alasan, untuk menghalalkan dan mengelak dari tuduhan murid tak berbhakti seperti itu. 'Bukankah Eyang Gurunya sendiri yang menyuruhnya melarikan diri? Dengan mengatakan dia belumlah lawan dari Jalu saat itu', bathin Arya menyiapkan alasannya, jika Eyang Balatapa mempertanyakan hal itu."Bagus sekali Arya! Kautinggalkan Eyang saat Eyang tengah membelamu mati-matian!" sindir Eyang Balatapa geram."Bukan begitu Eyang G

    Last Updated : 2024-10-25
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 148. MISI BERAT JALU

    "Jagad Dewa Bathara! Eyang sampai lupa berpikir kau sudah mencapai tahap itu Jalu! Kau benar Jalu, memang kaulah satu-satunya yang bisa menjalani tugas itu," Eyang Shindupalla tersentak dan tersadar. Bahwa Jalu yang ada di hadapannya kini bukanlah Jalu yang dulu lagi.Nampak kini wajah Eyang Shindupalla tersenyum cerah, dia merasa yakin Jalu akan bisa menjalankan misi itu. Eyang shindupalla lalu mengeluarkan sebuah bungkusan kain putih kecil, dari lipatan ikat pinggang kainnya."Jalu. Nanti kau tunjukkanlah isi bungkusan dalam kain putih itu pada Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa. Semoga saja mereka akan tergerak untuk membantu Pallawa," ujar Eyang Shindupalla, seraya serahkan bungkusan kain putih itu pada Jalu."Baiklah Eyang, Jalu akan menunjukkannya pada Eyang Pandunatha daan Eyang Cakradewa nanti. Untuk mengejar waktu baiknya kami berangkat sekarang saja Eyang," ujar Jalu seraya menerima bungkusan kain putih itu, dan menyimpannya di ikat pinggang kainnya."Berangkatlah dengan r

    Last Updated : 2024-10-25
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 149. JANJI TIGA SEPUH

    "Heii..!! Mau apa kalian..!!" bentak seorang senopati kerajaan, yang melihat kemunculan Jalu cs secara tiba-tiba di pinggir alun-alun itu."Awas..!! Ada penyusup..!!" teriakkan lantang prajurit bawahan sang senopati pun berkumandang keras. Serentak para prajurit kerajaan bersama dengan para anggota sekte bergerak mengepung Jalu cs."Maaf saudara-saudara kami bukan penyusup..! Kami datang untuk bertemu dengan..."Tak perlu banyak bicara! Kalau kalian datang dengan niat baik, mengapa kalian datang dengan cara sembunyi-sembunyi seperti itu?!" Shrank! Sang Senopati berseru keras, seraya menghunus keris pusakanya Ki Segoro Geni.Ya, kondisi Tlatah Ramayana yang dalam keadaan siaga perang, mengakibatkan mereka selalu waspada terhadap hal-hal yang mencurigakan sekecil apapun itu."SERANNGG..!" Seth! seru lantang sang senopati, seraya menerjang hendak tikamkan kerisnya lebih dulu."Hiaahh..!!" seru serentak para pengepung, yang terdiri dari anggota berbagai sekte serta para prajurit meluruk k

    Last Updated : 2024-10-26
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 150. KI SAMAR MENDEM

    Blaaph..!Jalu, Kirana, dan Wali pun lenyap seketika dari hadapan Eyang Pandunatha.'Hmm. Aji Sabda Lampah! Luar biasa kau Jalu', bathin Eyang Pandunatha.Blaph..!Jalu, Kirana, dan Wali kini tiba di bawah Gunung Siwala yang nampak menjulang tinggi. Lingkaran awan putih tebal berarak nampak di bawah puncak gunung itu, hingga menutupi pemandangan mereka untuk melihat puncak gunung Siwala tersebut."Sebentar Kirana, Wali. Biar aku telusuri dulu area Gunung Siwala ini," ucap Jalu. Lalu dia katupkan dua tapak tangannya di depan dadanya dalam posisi berdiri tegak, perlahan sepasang mata Jalu pun terpejam. Aji 'Sukma Kelana' di terapkannya.Splassh..! Sukma Jalu melesat tinggi keluar dari raganya. Sukma Jalu bahkan bisa melihat raganya sendiri, yang masih berdiri tegak bersama Kirana dan Wali di bawah sana.Weshh! Cepat sekali sukma Jalu yang tak kasat mata melesat bebas, mengelilingi gunung Siwala itu. Sukma Jalu membuka pandangan bathinnya, seraya pancarkan gelombang pencarian sumber 'ene

    Last Updated : 2024-10-27
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 151. PAGAR MAKAN TANAMAN

    Taph!Sosok Eyang Cakradewa melesat turun dari atas burung Rajawali putih besar yang dinaikinya. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Eyang Samar Mendem."Ahh! Ehh! Tidak ada apa-apa ponakkan murid! Tidak ada apa-apa! Hanya bermain-main sebentar! Heheee! Baik anak muda! Kita minum bersama lain waktu ya! Aku janji!" seru salah tingkah sosok sepuh itu, saat melihat Eyang Cakradewa datang. Dia seperti ketakutan pada ponakkan muridnya itu."Paman Guru. kembalilah ke pertapaan atau terpaksa ponakkan buka rahasia paman Guru pada pemuda ini!" ucap Eyang Cakradewa dengan nada mengancam."Ahh! Tidak ... tidak! Itu tidak boleh! Baik ponakkan, paman pergi!" seru gugup Eyang Samar Mendem.Slaph! Lalu sosok sepuh itu pun segera melesat lenyap dari tempat itu."Eyang Cakradewa, terimalah hormat Jalu," ucap Jalu hormat, seraya mencium tangan Eyang Cakradewa."Wah! Rupanya pemilik power mengerikkan itu adalah kau Jalu! Pantas saja!" seru kaget Eyang Cakradewa, saat mengetahui pemuda yang tadi berha

    Last Updated : 2024-10-27
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 152. BERSIAP MENGINTAI

    "Hmm! Kau bersemadi sajalah sejenak, pulihkan hawa murnimu yang baru terkuras itu! Hahaaa!" suara bergema itu terdengar begitu menyeramkan, bagai menggedor bathin terdalam Arya. 'Ahh..! Rupanya dia tahu aku baru saja berolah asmara!' batin Arya."Baik. Eyang Maha Guru," sahut Arya patuh. Dia pun segera melakukan posisi bersila untuk lakukan hening. *** Sementara sebagian para pimpinan dari sekte gabungan telah mulai berdatangan ke markas sekte Elang Harimau.Sang Adipati Larantuka sendiri telah mempersiapkan lahan luas di tengah hutan Rancamaya. Sebagai penampungan pasukkan para anggota sekte, yang di perkirakan berjumlah belasan ribu orang itu.Sang Adipati telah mempersiapkan lahan itu sejak jauh-jauh hari. Bahkan sebelum pertemuan akbar di markas sekte Elang Harimau lalu berlangsung, lahan itu sudah siap dan tertata rapih.Nampak barak-barak penampungan pasukkan juga telah dilengkapi dengan posko-posko jaga di sekeliling area lahan luas itu. Sungguh persiapan yang cukup matang!

    Last Updated : 2024-10-27
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 153. PUSARAN PUSAT JAGAD

    'Bangunlah Arya! Bersiaplah!' suara getar menggema itu merasuk dan menembus langsung alam keheningan Arya.Perlahan Arya buka kedua matanya, tubuhnya lebih terasa segar kini setelah lakukan hening."Baik, Maha Guru," sahut Arya.'Arya, sekarang kosongkan bathinmu dan pejamkan kedua matamu! Kau akan kubawa menuju suatu tempat terlarang, terngeri, serta terkutuk, oleh para Dewa! Kosongkan benar-benar bathinmu Arya, jangan ada siratan-siratan aneh di sana! Atau kau akan terlempar dalam pusaran arus badai keabadian dan tak akan bisa kembali ke dimensimu!' suara bergema tanpa wujud terdengar, mengarahkan dan memberi peringatan keras pada Arya."Ba-baik Maha Guru!" sahut Arya gugup. Arya segera pejamkan matanya, lalu dia pun mulai mengosongkan bathinnya dari siratan segala rasa dan pikiran hingga ke titik hampa!Blaphs..!Sosok Arya lalu lenyap dari kamarnya, terbawa oleh suatu selimut gelap yang dirasakan Arya menyelubungi dirinya. Arya merasa bagai sedang dibawa menembusi berbagai tabir d

    Last Updated : 2024-10-27
  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 154. KEPERGIAN SANG SEPUH

    Blaarrghkss..!!Dentum ledakkan dahsyat terjadi, saat pukulan bercahaya terang biru itu menghantam dinding dimensi penjara para Dewa. Guncangan dan getaran dahsyat langsung dirasakan oleh penghuni dimensi itu.Namun sayang sekali, pukulan yang dilepaskannya pada Arya terlambat sepersekian waktu. Setelah lubang hitam yang dibuat oleh sang Penguasa Kegelapan, sebagai jalan kabur Arya menutup lenyap lebih dulu.'Takdir..! Takdir..! Akhirnya terjadi juga hal yang telah di sabdakan Sang Hyang Widhi', ucap kepala penjaga dimensi itu, seraya tancapkan trisula bercahaya biru cemerlang yang di pegangnya ke dasar bumi.Blaaph..! Sosoknya pun lenyap dari situ, dia hendak melaporkan kejadian itu pada para Dewa atasannya.*** "Kwiinng.!" lengkingan Wali terdengar nyaring sambil anggukkan kepalanya, saat Jalu menyuruhnya melesat turun di sebuah istana kecil, yang terletak di tengah hutan Wanapurwa.Jalu dan Kirana langsung melesat turun sebelum Wali mendarat di bumi.Taph..!Keduanya menjejak ringa

    Last Updated : 2024-10-28

Latest chapter

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 250. PENDEKAR RAMBUT EMAS

    "Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 249. HEBOH DAN RASA BERSALAH

    BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 248. HUKUMAN SANG DEWA

    Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 247. CAKRA SEMESTA DAN LENYAP

    Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 246. AKHIRNYA..

    "HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 245. SIASAT GILA SANG PANGLIMA

    "Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 244. KEMBALI BERHADAPAN

    "MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 243. M U L A I

    HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama

  • PENDEKAR Sabda JAGAD   Bab 242. ARMADA RAMAYANA MASUK

    "Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun

DMCA.com Protection Status