Taph!Sosok Eyang Cakradewa melesat turun dari atas burung Rajawali putih besar yang dinaikinya. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Eyang Samar Mendem."Ahh! Ehh! Tidak ada apa-apa ponakkan murid! Tidak ada apa-apa! Hanya bermain-main sebentar! Heheee! Baik anak muda! Kita minum bersama lain waktu ya! Aku janji!" seru salah tingkah sosok sepuh itu, saat melihat Eyang Cakradewa datang. Dia seperti ketakutan pada ponakkan muridnya itu."Paman Guru. kembalilah ke pertapaan atau terpaksa ponakkan buka rahasia paman Guru pada pemuda ini!" ucap Eyang Cakradewa dengan nada mengancam."Ahh! Tidak ... tidak! Itu tidak boleh! Baik ponakkan, paman pergi!" seru gugup Eyang Samar Mendem.Slaph! Lalu sosok sepuh itu pun segera melesat lenyap dari tempat itu."Eyang Cakradewa, terimalah hormat Jalu," ucap Jalu hormat, seraya mencium tangan Eyang Cakradewa."Wah! Rupanya pemilik power mengerikkan itu adalah kau Jalu! Pantas saja!" seru kaget Eyang Cakradewa, saat mengetahui pemuda yang tadi berha
"Hmm! Kau bersemadi sajalah sejenak, pulihkan hawa murnimu yang baru terkuras itu! Hahaaa!" suara bergema itu terdengar begitu menyeramkan, bagai menggedor bathin terdalam Arya. 'Ahh..! Rupanya dia tahu aku baru saja berolah asmara!' batin Arya."Baik. Eyang Maha Guru," sahut Arya patuh. Dia pun segera melakukan posisi bersila untuk lakukan hening. *** Sementara sebagian para pimpinan dari sekte gabungan telah mulai berdatangan ke markas sekte Elang Harimau.Sang Adipati Larantuka sendiri telah mempersiapkan lahan luas di tengah hutan Rancamaya. Sebagai penampungan pasukkan para anggota sekte, yang di perkirakan berjumlah belasan ribu orang itu.Sang Adipati telah mempersiapkan lahan itu sejak jauh-jauh hari. Bahkan sebelum pertemuan akbar di markas sekte Elang Harimau lalu berlangsung, lahan itu sudah siap dan tertata rapih.Nampak barak-barak penampungan pasukkan juga telah dilengkapi dengan posko-posko jaga di sekeliling area lahan luas itu. Sungguh persiapan yang cukup matang!
'Bangunlah Arya! Bersiaplah!' suara getar menggema itu merasuk dan menembus langsung alam keheningan Arya.Perlahan Arya buka kedua matanya, tubuhnya lebih terasa segar kini setelah lakukan hening."Baik, Maha Guru," sahut Arya.'Arya, sekarang kosongkan bathinmu dan pejamkan kedua matamu! Kau akan kubawa menuju suatu tempat terlarang, terngeri, serta terkutuk, oleh para Dewa! Kosongkan benar-benar bathinmu Arya, jangan ada siratan-siratan aneh di sana! Atau kau akan terlempar dalam pusaran arus badai keabadian dan tak akan bisa kembali ke dimensimu!' suara bergema tanpa wujud terdengar, mengarahkan dan memberi peringatan keras pada Arya."Ba-baik Maha Guru!" sahut Arya gugup. Arya segera pejamkan matanya, lalu dia pun mulai mengosongkan bathinnya dari siratan segala rasa dan pikiran hingga ke titik hampa!Blaphs..!Sosok Arya lalu lenyap dari kamarnya, terbawa oleh suatu selimut gelap yang dirasakan Arya menyelubungi dirinya. Arya merasa bagai sedang dibawa menembusi berbagai tabir d
Blaarrghkss..!!Dentum ledakkan dahsyat terjadi, saat pukulan bercahaya terang biru itu menghantam dinding dimensi penjara para Dewa. Guncangan dan getaran dahsyat langsung dirasakan oleh penghuni dimensi itu.Namun sayang sekali, pukulan yang dilepaskannya pada Arya terlambat sepersekian waktu. Setelah lubang hitam yang dibuat oleh sang Penguasa Kegelapan, sebagai jalan kabur Arya menutup lenyap lebih dulu.'Takdir..! Takdir..! Akhirnya terjadi juga hal yang telah di sabdakan Sang Hyang Widhi', ucap kepala penjaga dimensi itu, seraya tancapkan trisula bercahaya biru cemerlang yang di pegangnya ke dasar bumi.Blaaph..! Sosoknya pun lenyap dari situ, dia hendak melaporkan kejadian itu pada para Dewa atasannya.*** "Kwiinng.!" lengkingan Wali terdengar nyaring sambil anggukkan kepalanya, saat Jalu menyuruhnya melesat turun di sebuah istana kecil, yang terletak di tengah hutan Wanapurwa.Jalu dan Kirana langsung melesat turun sebelum Wali mendarat di bumi.Taph..!Keduanya menjejak ringa
"Hahahaa! Antapani! Harap kau maklum, kami hanya menjalankan perintah Eyang sepuh! Tak ada kebencian pribadi kami padamu!" seru sang ketua sekte Kobra Hitam. Nampak kedua ketua sekte lain yang ikut mengejarnya juga anggukkan kepalanya, mereka setuju dengan ucapan ketua sekte Kobra Hitam. "Benar Antapani! Sudah kami katakan agar kau ikut bergabung dengan pergerakkan sekte Elang Harimau, namun kau tetap menolak! Maka tak ada jalan lain bagi kami, selain mematuhi perintah Eyang sepuh untuk meratakan sekte Tapak Emasmu! Menghabisimu dan juga seluruh keluargamu..!" seru ketua sekte Bajing Putih. "Hmm. Kalian tidak tahu betapa kejamnya sekte Elang Merah dan sekte Harimau Besi yang kini telah bergabung itu. Merekalah yang telah membasmi keluarga Rajawali Emas, dan memfitnah sekte Rajawali Emas telah mencuri pusaka sekte mereka! Padahal mereka sendirilah pencuri pusaka yang sebenarnya!" sentak Antapani, membuka kedok Ki Taksaka dan mendiang Ki Braja Denta. "Diamlah Antapani! Kami ta
"Hahhh..!!" seruan terkejut dan gentar bukan kepalang terdengar dari ketua sekte Bajing Putih dan Kobra Hitam. Mata mereka terbelalak dengan mulut ternganga lebar.Ya, mereka seakan tak percaya, jika ada sosok pemuda yang demikian mudahnya mematahkan serangan sekaligus meremukkan kaki si Kaki Baja rekan mereka dalam sekali gerak.Belum puas sampai disitu. Jalu langsung melempar sosok si Kaki Baja ke arah kedua rekannya, yang masih tertegun bengong itu.Wusshh..!!"Aaarrghhkkss..!!" Sosok si Kaki Baja melesat secepat kilat ke arah kedua rekannya. Diiringi teriakkan panjang penuh kengerian si Kaki Baja, yang seolah menyadari mautnya sudah sangat dekat. Seth! Seth!Kedua rekannya secepat kilat melesat menghindar ke tempat aman. Tentu saja keduanya tak mau ambil resiko menangkap sosok si Kaki Baja, yang terlempar melesat bagai anak panah ke arah mereka itu.Sementara si Kaki Baja bagai kehilangan powernya. Cengkraman serta lemparan Jalu bagai sebuah power raksasa, yang membuatnya serasa
Slapph..!! Wessh..!Sosok Ki Taksaka melesat cepat laksana terbang, menuju ke arah wilayah Larantuka. Sosoknya lenyap diselimuti awan hitam pekat.Orang-orang yang kebetulan tengah memandang ke angkasa, hanya akan melihat sebuah awan hitam kecil yang tengah bergerak dengan cepatnya.Markas sekte Elang Harimau saat itu tengah tenggelam dalam suasana semarak dan meriah. Area markas bahkan tak sanggup menampung para tamu, yang datang dari berbagai sekte maupun para pendekar non sekte.Ya, saat itu sekte Elang Harimau memang tengah menggelar pesta pengangkatan ketua sekte mereka yang baru, Arya Pranala!Sejak kemarin telah terjadi tekanan dari Eyang Balatapa dan juga Arya sendiri pada Eyang Gentaloka. Keduanya menghendaki tampuk pimpinan sekte dan pergerakkan berada di bawah kendali Arya.Tentu saja Eyang Gentaloka tak berkutik terhadap sosok bekas muridnya si Arya itu, yang kemampuannya kini telah 'menjulang tinggi' jauh melampauinya. Ditambah lagi dengan keberadaan sosok Eyang Balatapa
Spraattzzhks..!!! Cletaarrzzttskh..!!Muncul cahaya biru yang menguar terang menyilaukan, menembus pusat pusaran awan hitam raksasa. Diiringi suara lecutan dahsyat berpower luar biasa.Ya, semua mata orang-orang menyaksikan bagaimana badai pusaran awan hitam sampai terbelah dan tersibak dengan cahaya biru keemasan, akibat lecutan maha dahsyat dari mata 'Cambuk Guntur Samudera'.Bagaikan seekor Naga yang meliuk-liuk di angkasa, seraya melecut-lecutkan mata cambuknya yang diselimuti cahaya biru keemasan. Dengan diiringi suara ledakkan-ledakkan keras dari lecutannya, 'Cambuk Guntur Samudera' pun turun melesat ke arah Arya.'Ahhh! Pantas saja dia berani kurang ajar padaku! Rupanya power dan pusakanya sungguh lebih mengerikkan dibanding milikku! Baiklah, lebih baik aku mengalah saat ini!' seru bathin Ki Taksaka geram.Blaashp..!Ki Taksaka lepaskan Ki Klabang Neroko, seketika keris pusaka itu pun lenyap dari pandangan. Secara berangsur-angsur badai pusaran awan hitam yang dibentuknya mengh