Blaaph..!Jalu, Kirana, dan Wali pun lenyap seketika dari hadapan Eyang Pandunatha.'Hmm. Aji Sabda Lampah! Luar biasa kau Jalu', bathin Eyang Pandunatha.Blaph..!Jalu, Kirana, dan Wali kini tiba di bawah Gunung Siwala yang nampak menjulang tinggi. Lingkaran awan putih tebal berarak nampak di bawah puncak gunung itu, hingga menutupi pemandangan mereka untuk melihat puncak gunung Siwala tersebut."Sebentar Kirana, Wali. Biar aku telusuri dulu area Gunung Siwala ini," ucap Jalu. Lalu dia katupkan dua tapak tangannya di depan dadanya dalam posisi berdiri tegak, perlahan sepasang mata Jalu pun terpejam. Aji 'Sukma Kelana' di terapkannya.Splassh..! Sukma Jalu melesat tinggi keluar dari raganya. Sukma Jalu bahkan bisa melihat raganya sendiri, yang masih berdiri tegak bersama Kirana dan Wali di bawah sana.Weshh! Cepat sekali sukma Jalu yang tak kasat mata melesat bebas, mengelilingi gunung Siwala itu. Sukma Jalu membuka pandangan bathinnya, seraya pancarkan gelombang pencarian sumber 'ene
Taph!Sosok Eyang Cakradewa melesat turun dari atas burung Rajawali putih besar yang dinaikinya. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Eyang Samar Mendem."Ahh! Ehh! Tidak ada apa-apa ponakkan murid! Tidak ada apa-apa! Hanya bermain-main sebentar! Heheee! Baik anak muda! Kita minum bersama lain waktu ya! Aku janji!" seru salah tingkah sosok sepuh itu, saat melihat Eyang Cakradewa datang. Dia seperti ketakutan pada ponakkan muridnya itu."Paman Guru. kembalilah ke pertapaan atau terpaksa ponakkan buka rahasia paman Guru pada pemuda ini!" ucap Eyang Cakradewa dengan nada mengancam."Ahh! Tidak ... tidak! Itu tidak boleh! Baik ponakkan, paman pergi!" seru gugup Eyang Samar Mendem.Slaph! Lalu sosok sepuh itu pun segera melesat lenyap dari tempat itu."Eyang Cakradewa, terimalah hormat Jalu," ucap Jalu hormat, seraya mencium tangan Eyang Cakradewa."Wah! Rupanya pemilik power mengerikkan itu adalah kau Jalu! Pantas saja!" seru kaget Eyang Cakradewa, saat mengetahui pemuda yang tadi berha
"Hmm! Kau bersemadi sajalah sejenak, pulihkan hawa murnimu yang baru terkuras itu! Hahaaa!" suara bergema itu terdengar begitu menyeramkan, bagai menggedor bathin terdalam Arya. 'Ahh..! Rupanya dia tahu aku baru saja berolah asmara!' batin Arya."Baik. Eyang Maha Guru," sahut Arya patuh. Dia pun segera melakukan posisi bersila untuk lakukan hening. *** Sementara sebagian para pimpinan dari sekte gabungan telah mulai berdatangan ke markas sekte Elang Harimau.Sang Adipati Larantuka sendiri telah mempersiapkan lahan luas di tengah hutan Rancamaya. Sebagai penampungan pasukkan para anggota sekte, yang di perkirakan berjumlah belasan ribu orang itu.Sang Adipati telah mempersiapkan lahan itu sejak jauh-jauh hari. Bahkan sebelum pertemuan akbar di markas sekte Elang Harimau lalu berlangsung, lahan itu sudah siap dan tertata rapih.Nampak barak-barak penampungan pasukkan juga telah dilengkapi dengan posko-posko jaga di sekeliling area lahan luas itu. Sungguh persiapan yang cukup matang!
'Bangunlah Arya! Bersiaplah!' suara getar menggema itu merasuk dan menembus langsung alam keheningan Arya.Perlahan Arya buka kedua matanya, tubuhnya lebih terasa segar kini setelah lakukan hening."Baik, Maha Guru," sahut Arya.'Arya, sekarang kosongkan bathinmu dan pejamkan kedua matamu! Kau akan kubawa menuju suatu tempat terlarang, terngeri, serta terkutuk, oleh para Dewa! Kosongkan benar-benar bathinmu Arya, jangan ada siratan-siratan aneh di sana! Atau kau akan terlempar dalam pusaran arus badai keabadian dan tak akan bisa kembali ke dimensimu!' suara bergema tanpa wujud terdengar, mengarahkan dan memberi peringatan keras pada Arya."Ba-baik Maha Guru!" sahut Arya gugup. Arya segera pejamkan matanya, lalu dia pun mulai mengosongkan bathinnya dari siratan segala rasa dan pikiran hingga ke titik hampa!Blaphs..!Sosok Arya lalu lenyap dari kamarnya, terbawa oleh suatu selimut gelap yang dirasakan Arya menyelubungi dirinya. Arya merasa bagai sedang dibawa menembusi berbagai tabir d
Blaarrghkss..!!Dentum ledakkan dahsyat terjadi, saat pukulan bercahaya terang biru itu menghantam dinding dimensi penjara para Dewa. Guncangan dan getaran dahsyat langsung dirasakan oleh penghuni dimensi itu.Namun sayang sekali, pukulan yang dilepaskannya pada Arya terlambat sepersekian waktu. Setelah lubang hitam yang dibuat oleh sang Penguasa Kegelapan, sebagai jalan kabur Arya menutup lenyap lebih dulu.'Takdir..! Takdir..! Akhirnya terjadi juga hal yang telah di sabdakan Sang Hyang Widhi', ucap kepala penjaga dimensi itu, seraya tancapkan trisula bercahaya biru cemerlang yang di pegangnya ke dasar bumi.Blaaph..! Sosoknya pun lenyap dari situ, dia hendak melaporkan kejadian itu pada para Dewa atasannya.*** "Kwiinng.!" lengkingan Wali terdengar nyaring sambil anggukkan kepalanya, saat Jalu menyuruhnya melesat turun di sebuah istana kecil, yang terletak di tengah hutan Wanapurwa.Jalu dan Kirana langsung melesat turun sebelum Wali mendarat di bumi.Taph..!Keduanya menjejak ringa
"Hahahaa! Antapani! Harap kau maklum, kami hanya menjalankan perintah Eyang sepuh! Tak ada kebencian pribadi kami padamu!" seru sang ketua sekte Kobra Hitam. Nampak kedua ketua sekte lain yang ikut mengejarnya juga anggukkan kepalanya, mereka setuju dengan ucapan ketua sekte Kobra Hitam. "Benar Antapani! Sudah kami katakan agar kau ikut bergabung dengan pergerakkan sekte Elang Harimau, namun kau tetap menolak! Maka tak ada jalan lain bagi kami, selain mematuhi perintah Eyang sepuh untuk meratakan sekte Tapak Emasmu! Menghabisimu dan juga seluruh keluargamu..!" seru ketua sekte Bajing Putih. "Hmm. Kalian tidak tahu betapa kejamnya sekte Elang Merah dan sekte Harimau Besi yang kini telah bergabung itu. Merekalah yang telah membasmi keluarga Rajawali Emas, dan memfitnah sekte Rajawali Emas telah mencuri pusaka sekte mereka! Padahal mereka sendirilah pencuri pusaka yang sebenarnya!" sentak Antapani, membuka kedok Ki Taksaka dan mendiang Ki Braja Denta. "Diamlah Antapani! Kami ta
"Hahhh..!!" seruan terkejut dan gentar bukan kepalang terdengar dari ketua sekte Bajing Putih dan Kobra Hitam. Mata mereka terbelalak dengan mulut ternganga lebar.Ya, mereka seakan tak percaya, jika ada sosok pemuda yang demikian mudahnya mematahkan serangan sekaligus meremukkan kaki si Kaki Baja rekan mereka dalam sekali gerak.Belum puas sampai disitu. Jalu langsung melempar sosok si Kaki Baja ke arah kedua rekannya, yang masih tertegun bengong itu.Wusshh..!!"Aaarrghhkkss..!!" Sosok si Kaki Baja melesat secepat kilat ke arah kedua rekannya. Diiringi teriakkan panjang penuh kengerian si Kaki Baja, yang seolah menyadari mautnya sudah sangat dekat. Seth! Seth!Kedua rekannya secepat kilat melesat menghindar ke tempat aman. Tentu saja keduanya tak mau ambil resiko menangkap sosok si Kaki Baja, yang terlempar melesat bagai anak panah ke arah mereka itu.Sementara si Kaki Baja bagai kehilangan powernya. Cengkraman serta lemparan Jalu bagai sebuah power raksasa, yang membuatnya serasa
Slapph..!! Wessh..!Sosok Ki Taksaka melesat cepat laksana terbang, menuju ke arah wilayah Larantuka. Sosoknya lenyap diselimuti awan hitam pekat.Orang-orang yang kebetulan tengah memandang ke angkasa, hanya akan melihat sebuah awan hitam kecil yang tengah bergerak dengan cepatnya.Markas sekte Elang Harimau saat itu tengah tenggelam dalam suasana semarak dan meriah. Area markas bahkan tak sanggup menampung para tamu, yang datang dari berbagai sekte maupun para pendekar non sekte.Ya, saat itu sekte Elang Harimau memang tengah menggelar pesta pengangkatan ketua sekte mereka yang baru, Arya Pranala!Sejak kemarin telah terjadi tekanan dari Eyang Balatapa dan juga Arya sendiri pada Eyang Gentaloka. Keduanya menghendaki tampuk pimpinan sekte dan pergerakkan berada di bawah kendali Arya.Tentu saja Eyang Gentaloka tak berkutik terhadap sosok bekas muridnya si Arya itu, yang kemampuannya kini telah 'menjulang tinggi' jauh melampauinya. Ditambah lagi dengan keberadaan sosok Eyang Balatapa
"Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T
BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh
Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg
Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke
"HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***
"Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se
"MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya
HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama
"Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun