"Jagad Dewa Bathara! Eyang sampai lupa berpikir kau sudah mencapai tahap itu Jalu! Kau benar Jalu, memang kaulah satu-satunya yang bisa menjalani tugas itu," Eyang Shindupalla tersentak dan tersadar. Bahwa Jalu yang ada di hadapannya kini bukanlah Jalu yang dulu lagi.Nampak kini wajah Eyang Shindupalla tersenyum cerah, dia merasa yakin Jalu akan bisa menjalankan misi itu. Eyang shindupalla lalu mengeluarkan sebuah bungkusan kain putih kecil, dari lipatan ikat pinggang kainnya."Jalu. Nanti kau tunjukkanlah isi bungkusan dalam kain putih itu pada Eyang Pandunatha dan Eyang Cakradewa. Semoga saja mereka akan tergerak untuk membantu Pallawa," ujar Eyang Shindupalla, seraya serahkan bungkusan kain putih itu pada Jalu."Baiklah Eyang, Jalu akan menunjukkannya pada Eyang Pandunatha daan Eyang Cakradewa nanti. Untuk mengejar waktu baiknya kami berangkat sekarang saja Eyang," ujar Jalu seraya menerima bungkusan kain putih itu, dan menyimpannya di ikat pinggang kainnya."Berangkatlah dengan r
"Heii..!! Mau apa kalian..!!" bentak seorang senopati kerajaan, yang melihat kemunculan Jalu cs secara tiba-tiba di pinggir alun-alun itu."Awas..!! Ada penyusup..!!" teriakkan lantang prajurit bawahan sang senopati pun berkumandang keras. Serentak para prajurit kerajaan bersama dengan para anggota sekte bergerak mengepung Jalu cs."Maaf saudara-saudara kami bukan penyusup..! Kami datang untuk bertemu dengan..."Tak perlu banyak bicara! Kalau kalian datang dengan niat baik, mengapa kalian datang dengan cara sembunyi-sembunyi seperti itu?!" Shrank! Sang Senopati berseru keras, seraya menghunus keris pusakanya Ki Segoro Geni.Ya, kondisi Tlatah Ramayana yang dalam keadaan siaga perang, mengakibatkan mereka selalu waspada terhadap hal-hal yang mencurigakan sekecil apapun itu."SERANNGG..!" Seth! seru lantang sang senopati, seraya menerjang hendak tikamkan kerisnya lebih dulu."Hiaahh..!!" seru serentak para pengepung, yang terdiri dari anggota berbagai sekte serta para prajurit meluruk k
Blaaph..!Jalu, Kirana, dan Wali pun lenyap seketika dari hadapan Eyang Pandunatha.'Hmm. Aji Sabda Lampah! Luar biasa kau Jalu', bathin Eyang Pandunatha.Blaph..!Jalu, Kirana, dan Wali kini tiba di bawah Gunung Siwala yang nampak menjulang tinggi. Lingkaran awan putih tebal berarak nampak di bawah puncak gunung itu, hingga menutupi pemandangan mereka untuk melihat puncak gunung Siwala tersebut."Sebentar Kirana, Wali. Biar aku telusuri dulu area Gunung Siwala ini," ucap Jalu. Lalu dia katupkan dua tapak tangannya di depan dadanya dalam posisi berdiri tegak, perlahan sepasang mata Jalu pun terpejam. Aji 'Sukma Kelana' di terapkannya.Splassh..! Sukma Jalu melesat tinggi keluar dari raganya. Sukma Jalu bahkan bisa melihat raganya sendiri, yang masih berdiri tegak bersama Kirana dan Wali di bawah sana.Weshh! Cepat sekali sukma Jalu yang tak kasat mata melesat bebas, mengelilingi gunung Siwala itu. Sukma Jalu membuka pandangan bathinnya, seraya pancarkan gelombang pencarian sumber 'ene
Taph!Sosok Eyang Cakradewa melesat turun dari atas burung Rajawali putih besar yang dinaikinya. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Eyang Samar Mendem."Ahh! Ehh! Tidak ada apa-apa ponakkan murid! Tidak ada apa-apa! Hanya bermain-main sebentar! Heheee! Baik anak muda! Kita minum bersama lain waktu ya! Aku janji!" seru salah tingkah sosok sepuh itu, saat melihat Eyang Cakradewa datang. Dia seperti ketakutan pada ponakkan muridnya itu."Paman Guru. kembalilah ke pertapaan atau terpaksa ponakkan buka rahasia paman Guru pada pemuda ini!" ucap Eyang Cakradewa dengan nada mengancam."Ahh! Tidak ... tidak! Itu tidak boleh! Baik ponakkan, paman pergi!" seru gugup Eyang Samar Mendem.Slaph! Lalu sosok sepuh itu pun segera melesat lenyap dari tempat itu."Eyang Cakradewa, terimalah hormat Jalu," ucap Jalu hormat, seraya mencium tangan Eyang Cakradewa."Wah! Rupanya pemilik power mengerikkan itu adalah kau Jalu! Pantas saja!" seru kaget Eyang Cakradewa, saat mengetahui pemuda yang tadi berha
"Hmm! Kau bersemadi sajalah sejenak, pulihkan hawa murnimu yang baru terkuras itu! Hahaaa!" suara bergema itu terdengar begitu menyeramkan, bagai menggedor bathin terdalam Arya. 'Ahh..! Rupanya dia tahu aku baru saja berolah asmara!' batin Arya."Baik. Eyang Maha Guru," sahut Arya patuh. Dia pun segera melakukan posisi bersila untuk lakukan hening. *** Sementara sebagian para pimpinan dari sekte gabungan telah mulai berdatangan ke markas sekte Elang Harimau.Sang Adipati Larantuka sendiri telah mempersiapkan lahan luas di tengah hutan Rancamaya. Sebagai penampungan pasukkan para anggota sekte, yang di perkirakan berjumlah belasan ribu orang itu.Sang Adipati telah mempersiapkan lahan itu sejak jauh-jauh hari. Bahkan sebelum pertemuan akbar di markas sekte Elang Harimau lalu berlangsung, lahan itu sudah siap dan tertata rapih.Nampak barak-barak penampungan pasukkan juga telah dilengkapi dengan posko-posko jaga di sekeliling area lahan luas itu. Sungguh persiapan yang cukup matang!
'Bangunlah Arya! Bersiaplah!' suara getar menggema itu merasuk dan menembus langsung alam keheningan Arya.Perlahan Arya buka kedua matanya, tubuhnya lebih terasa segar kini setelah lakukan hening."Baik, Maha Guru," sahut Arya.'Arya, sekarang kosongkan bathinmu dan pejamkan kedua matamu! Kau akan kubawa menuju suatu tempat terlarang, terngeri, serta terkutuk, oleh para Dewa! Kosongkan benar-benar bathinmu Arya, jangan ada siratan-siratan aneh di sana! Atau kau akan terlempar dalam pusaran arus badai keabadian dan tak akan bisa kembali ke dimensimu!' suara bergema tanpa wujud terdengar, mengarahkan dan memberi peringatan keras pada Arya."Ba-baik Maha Guru!" sahut Arya gugup. Arya segera pejamkan matanya, lalu dia pun mulai mengosongkan bathinnya dari siratan segala rasa dan pikiran hingga ke titik hampa!Blaphs..!Sosok Arya lalu lenyap dari kamarnya, terbawa oleh suatu selimut gelap yang dirasakan Arya menyelubungi dirinya. Arya merasa bagai sedang dibawa menembusi berbagai tabir d
Blaarrghkss..!!Dentum ledakkan dahsyat terjadi, saat pukulan bercahaya terang biru itu menghantam dinding dimensi penjara para Dewa. Guncangan dan getaran dahsyat langsung dirasakan oleh penghuni dimensi itu.Namun sayang sekali, pukulan yang dilepaskannya pada Arya terlambat sepersekian waktu. Setelah lubang hitam yang dibuat oleh sang Penguasa Kegelapan, sebagai jalan kabur Arya menutup lenyap lebih dulu.'Takdir..! Takdir..! Akhirnya terjadi juga hal yang telah di sabdakan Sang Hyang Widhi', ucap kepala penjaga dimensi itu, seraya tancapkan trisula bercahaya biru cemerlang yang di pegangnya ke dasar bumi.Blaaph..! Sosoknya pun lenyap dari situ, dia hendak melaporkan kejadian itu pada para Dewa atasannya.*** "Kwiinng.!" lengkingan Wali terdengar nyaring sambil anggukkan kepalanya, saat Jalu menyuruhnya melesat turun di sebuah istana kecil, yang terletak di tengah hutan Wanapurwa.Jalu dan Kirana langsung melesat turun sebelum Wali mendarat di bumi.Taph..!Keduanya menjejak ringa
"Hahahaa! Antapani! Harap kau maklum, kami hanya menjalankan perintah Eyang sepuh! Tak ada kebencian pribadi kami padamu!" seru sang ketua sekte Kobra Hitam. Nampak kedua ketua sekte lain yang ikut mengejarnya juga anggukkan kepalanya, mereka setuju dengan ucapan ketua sekte Kobra Hitam. "Benar Antapani! Sudah kami katakan agar kau ikut bergabung dengan pergerakkan sekte Elang Harimau, namun kau tetap menolak! Maka tak ada jalan lain bagi kami, selain mematuhi perintah Eyang sepuh untuk meratakan sekte Tapak Emasmu! Menghabisimu dan juga seluruh keluargamu..!" seru ketua sekte Bajing Putih. "Hmm. Kalian tidak tahu betapa kejamnya sekte Elang Merah dan sekte Harimau Besi yang kini telah bergabung itu. Merekalah yang telah membasmi keluarga Rajawali Emas, dan memfitnah sekte Rajawali Emas telah mencuri pusaka sekte mereka! Padahal mereka sendirilah pencuri pusaka yang sebenarnya!" sentak Antapani, membuka kedok Ki Taksaka dan mendiang Ki Braja Denta. "Diamlah Antapani! Kami ta