"Hups..!" seru Jalu, seraya bersiap kerahkan aji 'Pusar Bumi'nya. Karena memang dengan ajian itulah, Jalu bisa menembus masuk ke dalam markas sekte Elang Harimau dengan mudah. Daambh..!Jalu hentakkan kakinya ke bumi, getaran bumi terjadi namun tak begitu keras. Karena Jalu sengaja menahan powernya, agar tak terlalu terasakan oleh orang di sekitarnya.Blaarrshp..!Pusaran tanah tercipta di bawah sosok Jalu, lalu ...Slapsshh!Sosok Jalu langsung lenyap amblas masuk ke dalam bumi."Wahh! Luar biasa kemampuan Mas Jalu ya Mbak!" seru Jaya terkejut, karena baru kali ini dia melihat kemampuan Jalu menembus bumi.Sosok Jalu terus melaju di kedalaman bumi, bumi seolah menjadi lunak dan mudah di terobos sesuai dengan arah yang dituju oleh Jalu. Sungguh ajaib memang kemampuan aji Pusar Bumi itu.Braalghk..!Sosok Jalu melesat keluar setelah menjebol lantai sebuah ruangan hingga ambyar dan berlubang seukuran tubuh Jalu.Taph!Jalu mendarat di lantai ruangan itu. Namun Jalu langsung merasa aneh.
Braallgkh..!Lantai ruang tahanan jebol ambyar dengan suara keras bergema, sesosok tubuh melesat keluar dari dalam bumi dan mendarat di lantai ruang tahanan khusus itu. Jalu!"Hahh! Bedebah!! S-siapa kau..?!!" teriak Arya terkejut setengah mati. Namun dia segera menarik kain celananya kembali ke atas pinggangnya."Mas Jaluu..! Huhuhuu..!!" teriakkan keras Kirana segera melengking histeris. Saat melihat pria yang selalu di ingat dan disebut-sebut dalam hatinya sejak tadi, kini menjelma datang di hadapannya. Tangis Kirana pecah seketika itu juga."Bajingan..! Apa yang akan kaulakukan pada Kirana..?!" Jalu berseru dengan suara terlambari dengan powernya secara spontan. Akibat begitu murkanya Jalu melihat kondisi Kirana, yang hampir polos sama sekali.Byaarrshk..!! Blaazzth..!!Power Jalu meledak seketika, bersamaan dengan ledakkan kilau keemasan menyilaukan dari gagang Pedang Rajawali Emas. Hawa panas segera menebar di ruang tahanan itu."Arkkhs! Mas Jalu ... panas!" teriak Kirana yang l
"Jalu! Rupanya kau bagaikan kucing bernyawa rangkap! Seharusnya kau sudah mati di jurang Sirna Wujud dulu, tapi ternyata kau masih ingin merasakan mati sekali lagi di tanganku! Hahahaa!" Arya berseru garang pada Jalu seraya terbahak.Sesungguhnya hati Arya saat itu di penuhi oleh kecemburuan terhadap Jalu, yang selalu saja mendapat perhatian lebih dari wanita sudah di anggap sebagai jodohnya, Kirana."Hmm! Arya! Dahulu kau boleh menghina dan menindasku, tapi kali ini sepertinya kau yang akan mati!" sahut geram Jalu, dengan rahang mengeras menahan amarah."Huppsh!" Byaarrshk..!Meledak sudah power Arya mendengar ucapan Jalu yang dianggapnya omong besar itu, kobaran api hitam pekat seketika menyelimuti tubuhnya. Hawa panas bukan main segera menebar di lokasi pertarungan itu."Kirana, kau mundurlah menjauh. Ini akan berbahaya pada saat dirimu kehilangan tenaga dalam," ucap Jalu, dia tahu kalau Kirana telah di totok pusat energinya.Kirana pun menuruti ucapan Jalu, dia mundur menjauh di b
"Hmm. Boleh juga kemampuanmu anak muda! Mari Eyang antarkan kau ke gerbang neraka!" seru Eyang Gentaloka tajam.Nafsu membunuh Eyang Gentaloka yang lama terpendam, kini berkobar dahsyat kembali dalam dirinya. Setelah dia mengetahui, jika Jalu ada hubungan dengan musuh bebuyutannya Eyang Jayasona.Sungguh tidak adil keadaan ini bagi Jalu, yang baru saja mengerahkan power penuhnya dalam Pukulan Sirna Jagad. Karena dia harus menghadapi Eyang Gentaloka dalam keadaan power yang tersisa saja. Sungguh sepuh tak bermalu si Gentaloka itu!Namun Jalu adalah pemuda tanpa rasa gentar di hatinya, betapa pun keadaan dia selalu tak menunjukkan kelemahannya di depan lawannya."Hmm. Pantas saja Eyang Guru menyuruhku hati-hati terhadapmu Gentaloka! Rupanya kau adalah sepuh penghalal segala cara! Sampah dunia persilatan! Hahahaa!" Jalu berseru keras lalu terbahak, untuk membuat Eyang Gentaloka semakin emosi.Ya, Jalu teringat kembali wejangan Eyang Gurunya.'Jalu, jika lawanmu bisa tunduk dan berdamai
"Biarkan Kirana menemanimu Mas Jalu! Kita mati bersama!" seru Kirana nyaring. Tak ada suara ketakutan sedikitpun dalam suaranya.Perlahan Eyang Gentaloka menghampiri sosok Kirana yang diam di tempatnya, menatap dingin pada Eyang Gentaloka."Hahahaa! Dahulu gurumu Jayasona telah mengambil wanita yang kucintai sepenuh hati! Kini kau sebagai muridnya harus merasakan, bagaimana rasanya kehilangan wanita yang kaucintai di depan matamu!" sentak Eyang Gentaloka dengan suara penuh dendam."Hupsh!" Eyang Gentaloka angkat tapak tangannya yang berkobar hitam itu ke atas, sementara di bawahnya Kirana terus menatap tak berkedip pada Eyang Gentaloka.Jalu berjuang keras menggerakkan tubuhnya untuk berlari ke arah Kirana. Namun jangankan berlari, berjalan pun sulit baginya yang telah terluka dalam cukup parah. Sepasang mata Jalu mencorong penuh amarah."Beranimu hanya pada orang lemah yang telah kehabisan daya sepuh sampah! Bangsat!" seru Jalu penuh kebencian.Sepasang matanya terus mengawasi gerakk
"Tidak! Mbak harus mengetahui keadaan Mas Jalu!" seru Ranti, seraya bersiap melesat pergi dari tempat itu.Sungguh, Jaya sebenarnya mengetahui jika kakaknya itu menaruh hati pada Jalu. Namun Jaya juga tahu, jika Jalu sudah memiliki seseorang di hatinya. Hati Jaya pun trenyuh melihat betapa besar rasa cinta kakaknya terhadap Jalu."Tidak Mbak Ranti! Lebih baik kita menuruti rencana Mas Jalu. Kita harus segera meninggalkan tempat ini menuju ke Pallawa.Toh nanti Mas Jalu juga akan menyusul ke sana. Jaya yakin Mas Jalu pasti bisa selamat Mbak," ujar Jaya, berkeras melarang kakaknya pergi ke markas itu."Kau berani melawan mbakmu ini Jaya?!" seru Ranti yang mulai naik pitam pada adiknya itu."Jaya tidak berani Mbak Ranti. Tapi Jaya mencemaskan keselamatan Mbak, jika sampai Mbak Ranti tertangkap oleh pimpinan mereka, " ucap Jaya tegas.Ranti tahu apa yang di katakan Jaya adalah benar, namun hatinya bagai menarik-narik dirinya untuk masuk ke markas dan melihat keadaan Jalu.Ya, kecemasan di
"Dasar sepuh kroco dia itu! Silahkan kamu rebah dulu Kirana," umpat Jalu, seraya menyuruh Kirana merebahkan dirinya.Kirana langsung menuruti arahan Jalu, dia pun merebahkan dirinya.Jalu berkonsentrasi dan seketika dia terkejut heran sendiri. Karena begitu cepat energinya terpusat di jarinya, yang hendak di gunakan untuk menotok beberapa titik di sekitar pusat energi Kirana.'Luar biasa! Ada apa dengan powerku yang tiba-tiba melonjak demikian cepat sekali seperti ini?!' sentak bathin Jalu bingung sendiri.Jalu lalu menotok beberapa kali di sekitar perut Kirana, gerakkan totokkannya itu dilakukan dengan cepat sekali. Lalu dia juga menotok beberapa titik di bagian belakang tubuh Kirana, yang telah di suruhnya duduk bersila.Byaarsh.! Seketika Kirana merasa aliran energi dalam dirinya berjalan normal kembali seperti biasanya."Ahh! Energiku sudah pulih dan mengalir kembali! Terimakasih Mas Jalu! Mas hebat!" seru Kirana gembira.Kirana tak menyangka Jalu sudah menguasai ilmu totok langka
Sebuah telaga yang indah dan menyejukkan mata. Nyaman juga untuk tempat mencuci pakaian dan berteduh', bisik hati Kirana mengagumi suasana telaga itu.Lalu Kirana pun segera mandi, karena teringat Jalu yang tengah berjuang menahan lapar di atas gunung batu sana.Sementara Jalu, mulai membuka-buka kitab Rajawali Langit yang berhasil direbutnya kembali dari sekte Elang Harimau.Dan dengan mudahnya Jalu mampu membaca setiap huruf yang tertulis di dalam kitab pusaka sektenya itu.Mata Jalu langsung terhenti, saat ia membaca cara olah penghimpunan hawa sakti tingkat lanjut, yang terselip di halaman kitab itu.Petunjuk olah penghimpunan hawa sakti itu berada tepat sebelum memasuki halaman jurus ke 10 dan ke 11 kitab pusaka itu. Jurus yang merupakan pamungkas dari rangkaian Jurus Rajawali Surga Neraka, yang ada dalam kitab Rajawali Langit itu.'Pantaslah para ketua sekte Rajawali Emas terdahulu rata-rata hanya bisa mencapai jurus ke 9 saja. Karena syarat untuk mencapai jurus ke 10 dan ke 11
"Ayo..! Pasang semua umbul dan panji yang masih belum terpasang..! Sebelum para tamu undangan berdatangan siang nanti!Jangan sampai kita di anggap tak siap merayakan hari berdirinya sekte Rajawali Emas yang keenam ini..!" seru Panji mengingatkan para anggota sekte Rajawali Emas, yang bertugas memasang umbul-umbul serta panji-panji sekte Rajawali Emas di sekitar markas.Umbul serta panji sekte Rajawali Emas itu bahkan dipasang hingga sepanjang pohon-pohon di tepi jalan, yang merupakan akses menuju ke markas sekte Rajawali Emas.Hingga saat tiba waktu menjelang siang. Para tamu undangan dari berbagai sekte, para pendekar non sekte, perwakilan ataupun pihak kerajaan dari tiga tlatah, bahkan hingga para tokoh sepuh dunia persilatan, telah mulai berdatangan memasuki markas sekte Rajawali Emas.Ya, siapa yang tak mengenal dan tak mendengar kebesaran nama serta sepak terjang para anggota sekte Rajawali Emas. Sekte yang menyandang nama harum di dunia persilatan, maupun di hati para penduduk T
BLAPH..!Seketika kilau cahaya putih cemerlang yang menyilaukan di atas area Padang Khayangan yang tak bertepi itu pun lenyap.Kini hanya ada warna keemasan pekat di area Padang Khayangan itu. Sunyi ... angin pun bagai tak berhembus saking tenangnya.Jalu ambil posisi bersila dengan sikap teratai, perlahan dia pejamkan kedua matanya. Tak lama Jalu pun tenggelam di alam keheningan yang tercipta. Pasrah ... Mandah ... dan Berserah.*** Dan kehebohan pun terjadi di Tlatah Klikamuka.Ya, semua orang di sana ribut dan panik mencari sosok Jalu, yang bagai hilang ditelan bumi. Mereka semua yakin Jalu bisa mengatasi dan melenyapkan Arya. Karena Arya sendiri tak pernah muncul kembali, setelah duelnya melawan Jalu.Selama 7(tujuh) hari lebih seluruh orang di Tlatah Klikamuka mencari keberadaan Jalu. Mereka menyusuri dengan kapal-kapal laut hingga jauh ke laut lepas, namun tetap saja sosok Jalu tak mereka lihat dan temukan.Pada akhirnya mereka semua menyimpulkan, bahwa Jalu telah mati sampyuh
Sosok Eyang Sokatantra ambyar berkeping, terlabrak pukulan inti 'Poros Bumi Langit' milik Eyang Bardasena.Ya, bola emas berpusar milik Eyang Bardasena itu berhasil menerobos titik benturan pukulan dahsyatnya dengan pukulan milik Eyang Sokatantra.Akibatnya, dengan telak sekali bola emas yang berputar dahsyat itu menghantam dada Eyang Sokatantra. Sungguh dahsyat tak tertahankan memang power Eyang Bardasena saat itu. Kendati sesungguhnya power Eyang Sokatantra berada di atas tingkatan Eyang Barnawa dulu.Ya, keajaiban olah Pernafasan Bathara Bayu yang diperdalam Eyang Bardasena di bawah arahan Jalu, memang telah membuat peningkatan pesat pada powernya.Bahkan bisa dikatakan Eyang Bardasena kini telah memasuki ranah awal di tingkat Ksatria Semesta tingkat tak terbatas, ranah yang sama seperti halnya Jalu. Namun tentu saja power dan daya bathin Eyang Bardasena masih berada beberapa tingkat di bawah Jalu."Hukghs..!" sosok Eyang Bardasena terhuyung ke belakang, namun cepat dia kembali teg
Wuunnggtzz..!!! Weerrsskh..!!Dengung membahana suara cakra emas yang memancarkan cahaya cemerlang terdengar. Cakra emas itu berputar menggila bukan main cepatnya.Seluruh badai angin yang berada di sekitar lokasi pertarungan itu, seketika ikut terhisap masuk dan menyatu dengan pusaran badai raksasa cakra tersebut. BADAS..!Sementara badai halilintar emas tak henti menghujani lokasi pertarungan Arya dan Jalu tersebut. Tengah laut, lokasi pertarungan dua tokoh muda tersakti di jamannya itu, seketika bagai berubah menjadi sebuah wilayah yang terkutuk. Mengerikkan..!Dan yang terdahsyat adalah terbentuknya pusaran laut mega raksasa, yang berpusat di bawah sosok Jalu melayang. Pusaran laut raksasa itu mencakup radius yang sangat luas, hingga menelan pusaran raksasa yang berada di bawah sosok Arya! Inilah kegilaan yang super gila..!"Ca-cakra Semesta..?! Ini Gila..!! Keparat kau Jalu..!!" Arya tersentak kaget dan gentar bukan main. Dia seketika teringat ucapan Maha Gurunya sang Penguasa Ke
"HUAAAHHH..HH..!!!"Teriakkan bergemuruh dari pasukkan perang tiga tlatah membahana badai di pantai Parican saat itu. Dan permukaan air laut di pantai Parican yang biasanya berwarna hijau kebiruan itu, kini telah berubah total menjadi merah darah..!Patih Karna bisa mengerti siasat panglima Indrakila, dengan tidak melabuhkan kapal di pelabuhan pantai Parican. Karena rawan untuk dipakai para pasukkan tlatah Bhineka, yang hendak melarikan diri nantinya.Sungguh siasat yang cukup mematikan langkah pihak musuh. Sebuah siasat yang hanya berarti dua pilihan untuk pihak musuh, tetap menyerang dan melawan, atau mati di negeri orang..!Sungguh sebuah kesalahan fatal dari siasat dan pemikiran Panglima Besar pasukkan Bhineka, Arya.Arya tak memperhitungkan, bahwa persatuan dan persahabatan tlatah Pallawa, Klikamuka, serta Ramayana semakin bertambah solid, setelah perang besar yang terjadi 5(lima) tahun yang lalu.Arya benar-benar kurang memperhitungkan hal yang sebenarnya sangat fatal itu.***
"Bedebah kau Bardasena..! Bisakah sopan sedikit saat berbicara denganku! Simpan arakmu brengsek..!" seru marah Eyang Sokatantra.Ya, Eyang Sokatantra sangat keki dan merasa diremehkan oleh sikap Bardasena, yang berbicara dengannya sambil minum arak."Hmm. Sokatantra kita sudah sama sepuh, dan kita sudah sama tahu apa itu arti basa basi dan sikap munafik. Apa bedanya sikapku yang minum arak, dengan kata-kata makian kasarmu itu padaku! Hahahaa!" seru Eyang Bardasena tergelak, membalikkan teguran Eyang Sokatantra dengan sindirannya."Hmm. Baik Bardasena! Kita mulai saja pertarungan kita sekarang!" karuan Eyang Sokatantra bertambah keki, mendengar ucapan Eyang Bardasena yang dengan telak membalikkan teguran dengan sindiran tajamnya.Glk, glk, glk!"Baik Sokatantra! Sebaiknya kita juga bertarung agak ke tengah laut sana! Kasihan jika ada prajurit yang tewas karena pukulan kita yang meleset," ucap tegas Eyang Bardasena, menyambut tantangan Eyang Sokatantra.Slaph..!! Slaphh..!!Dua tokoh se
"MEREKA DI BELAKANG KITA..! BERSIAPLAH..!" seru lantang sang Mahapatih Suryalaga.Dia memimpin pasukkan penjaga di pantai Parican untuk mundur, agar pasukkan musuh terpancing untuk maju mengejar mereka, yang disangka gentar oleh pasukkan musuh.Cepat sekali ke 9 ribu pasukkan yang dipimpin sang patih Suryalaga tersebut membentuk barisan di sisi kiri dan kanan depan pasukkan sang Maharaja, yang telah berbaris di depan perbatasan kotaraja. Hingga Pasukkan Tlatah Klikamuka dan sekutunya kini membentuk formasi huruf 'U'.Srraakh.! Spyaarrsshk..!Sang Maharaja lolos keris pusaka 'Ki Nogo Suryo' dan acungkan keris pusaka itu ke arah langit. Seketika selarik kilatan terang melesat dari keris pusaka itu menembus awan, langit pun nampak semakin terang, walaupun matahari belum lagi menyorotkan sinar terangnya di pagi hari itu."ESA HILANG DUA TERBILANG..! PARA KSATRIA KLIKAMUKA..!! SERAANNGG..!!" seru lantang sang Maharaja, seraya acungkan 'Ki Nogo Suryo' ke arah depan dan membedal maju kudanya
HUUOOONNKKHH...!!!Suara gaung terompet/sangkha bergema membahana dari tepian batas laut di pantai Parican. Suara gaungnya mengoyak kesunyian pagi, dan menembus hingga ke dinding perbatasan kotaraja Klikamuka.Ya, itulah gaung terompet/sangkha dari pihak armada perang Tlatah Bhineka, hal yang menandakan armada pasukkan Bhineka akan bergerak menyerang ke wilayah Klikamuka!"PASUKKAN BHINEKA..! MAJUU..!!" seru lantang panglima besar mereka Arya. Sebuah seruan yang dilambari power tenaga dalamnya, hingga menembus gendang telinga segenap pasukkan kapal armada tlatah Bhineka itu."MAJUU..!!""SERANNGG..!!"Seruan Arya segera di ikuti oleh seruan komando para pimpinan kapal pasukkan armadanya. Serentak seluruh armada kapal perang tlatah Bhineka meluruk maju dengan cepat, melesat menuju tepi pantai Parican untuk mendaratkan 25 ribu lebih pasukkannya.Sementara jauh di belakang armada perang Bhineka itu."ARMADA RAMAYANA..!! KEJAR DAN SERANGG MEREKA..!!" seru lantang sang Patih Karna Ekatama
"Heeii..! Utusan Arya keparat..! Lekas ambil surat dari Tuanmu itu, dan berikan kembali pada junjunganmu si Arya itu!" seru keras sang Maharaja Klikamuka."Ba-baik paduka..!" seru gugup sang utusan yang merasa gentar, karena dia merasa sedang berada di sarang harimau. Segera di ambil dan dilipatnya kembali surat maklumat dari junjungannya, yang kini penuh dengan ludah itu."Katakan pada junjunganmu si Arya itu! Surat maklumatnya hanyalah sampah di mata rakyat Tlatah Klikamuka ini! Cepat keluar..!" seru sang Maharaja Klikamuka murka."Ba-baik Paduka!" dengan menyahut gugup, sang utusan itu segera keluar dari istana Klikamuka. Nampak wajahnya pucat pasi, dia sadar perang tak bisa terhindarkan lagi kini.Sepanjang jalan menuju kembali ke pantai, dia mengamati kekuatan pasukkan dan perlengkapan perang Tlatah Klikamuka itu. Dan hatinya menjadi bergetar ngeri, karena ternyata jumlah pasukkan Tlatah Klikamuka setara dengan jumlah pasukkan kerajaan Bhineka!Hal yang meleset dari perkiraan jun