"Hmm. Boleh juga kemampuanmu anak muda! Mari Eyang antarkan kau ke gerbang neraka!" seru Eyang Gentaloka tajam.Nafsu membunuh Eyang Gentaloka yang lama terpendam, kini berkobar dahsyat kembali dalam dirinya. Setelah dia mengetahui, jika Jalu ada hubungan dengan musuh bebuyutannya Eyang Jayasona.Sungguh tidak adil keadaan ini bagi Jalu, yang baru saja mengerahkan power penuhnya dalam Pukulan Sirna Jagad. Karena dia harus menghadapi Eyang Gentaloka dalam keadaan power yang tersisa saja. Sungguh sepuh tak bermalu si Gentaloka itu!Namun Jalu adalah pemuda tanpa rasa gentar di hatinya, betapa pun keadaan dia selalu tak menunjukkan kelemahannya di depan lawannya."Hmm. Pantas saja Eyang Guru menyuruhku hati-hati terhadapmu Gentaloka! Rupanya kau adalah sepuh penghalal segala cara! Sampah dunia persilatan! Hahahaa!" Jalu berseru keras lalu terbahak, untuk membuat Eyang Gentaloka semakin emosi.Ya, Jalu teringat kembali wejangan Eyang Gurunya.'Jalu, jika lawanmu bisa tunduk dan berdamai
"Biarkan Kirana menemanimu Mas Jalu! Kita mati bersama!" seru Kirana nyaring. Tak ada suara ketakutan sedikitpun dalam suaranya.Perlahan Eyang Gentaloka menghampiri sosok Kirana yang diam di tempatnya, menatap dingin pada Eyang Gentaloka."Hahahaa! Dahulu gurumu Jayasona telah mengambil wanita yang kucintai sepenuh hati! Kini kau sebagai muridnya harus merasakan, bagaimana rasanya kehilangan wanita yang kaucintai di depan matamu!" sentak Eyang Gentaloka dengan suara penuh dendam."Hupsh!" Eyang Gentaloka angkat tapak tangannya yang berkobar hitam itu ke atas, sementara di bawahnya Kirana terus menatap tak berkedip pada Eyang Gentaloka.Jalu berjuang keras menggerakkan tubuhnya untuk berlari ke arah Kirana. Namun jangankan berlari, berjalan pun sulit baginya yang telah terluka dalam cukup parah. Sepasang mata Jalu mencorong penuh amarah."Beranimu hanya pada orang lemah yang telah kehabisan daya sepuh sampah! Bangsat!" seru Jalu penuh kebencian.Sepasang matanya terus mengawasi gerakk
"Tidak! Mbak harus mengetahui keadaan Mas Jalu!" seru Ranti, seraya bersiap melesat pergi dari tempat itu.Sungguh, Jaya sebenarnya mengetahui jika kakaknya itu menaruh hati pada Jalu. Namun Jaya juga tahu, jika Jalu sudah memiliki seseorang di hatinya. Hati Jaya pun trenyuh melihat betapa besar rasa cinta kakaknya terhadap Jalu."Tidak Mbak Ranti! Lebih baik kita menuruti rencana Mas Jalu. Kita harus segera meninggalkan tempat ini menuju ke Pallawa.Toh nanti Mas Jalu juga akan menyusul ke sana. Jaya yakin Mas Jalu pasti bisa selamat Mbak," ujar Jaya, berkeras melarang kakaknya pergi ke markas itu."Kau berani melawan mbakmu ini Jaya?!" seru Ranti yang mulai naik pitam pada adiknya itu."Jaya tidak berani Mbak Ranti. Tapi Jaya mencemaskan keselamatan Mbak, jika sampai Mbak Ranti tertangkap oleh pimpinan mereka, " ucap Jaya tegas.Ranti tahu apa yang di katakan Jaya adalah benar, namun hatinya bagai menarik-narik dirinya untuk masuk ke markas dan melihat keadaan Jalu.Ya, kecemasan di
"Dasar sepuh kroco dia itu! Silahkan kamu rebah dulu Kirana," umpat Jalu, seraya menyuruh Kirana merebahkan dirinya.Kirana langsung menuruti arahan Jalu, dia pun merebahkan dirinya.Jalu berkonsentrasi dan seketika dia terkejut heran sendiri. Karena begitu cepat energinya terpusat di jarinya, yang hendak di gunakan untuk menotok beberapa titik di sekitar pusat energi Kirana.'Luar biasa! Ada apa dengan powerku yang tiba-tiba melonjak demikian cepat sekali seperti ini?!' sentak bathin Jalu bingung sendiri.Jalu lalu menotok beberapa kali di sekitar perut Kirana, gerakkan totokkannya itu dilakukan dengan cepat sekali. Lalu dia juga menotok beberapa titik di bagian belakang tubuh Kirana, yang telah di suruhnya duduk bersila.Byaarsh.! Seketika Kirana merasa aliran energi dalam dirinya berjalan normal kembali seperti biasanya."Ahh! Energiku sudah pulih dan mengalir kembali! Terimakasih Mas Jalu! Mas hebat!" seru Kirana gembira.Kirana tak menyangka Jalu sudah menguasai ilmu totok langka
Sebuah telaga yang indah dan menyejukkan mata. Nyaman juga untuk tempat mencuci pakaian dan berteduh', bisik hati Kirana mengagumi suasana telaga itu.Lalu Kirana pun segera mandi, karena teringat Jalu yang tengah berjuang menahan lapar di atas gunung batu sana.Sementara Jalu, mulai membuka-buka kitab Rajawali Langit yang berhasil direbutnya kembali dari sekte Elang Harimau.Dan dengan mudahnya Jalu mampu membaca setiap huruf yang tertulis di dalam kitab pusaka sektenya itu.Mata Jalu langsung terhenti, saat ia membaca cara olah penghimpunan hawa sakti tingkat lanjut, yang terselip di halaman kitab itu.Petunjuk olah penghimpunan hawa sakti itu berada tepat sebelum memasuki halaman jurus ke 10 dan ke 11 kitab pusaka itu. Jurus yang merupakan pamungkas dari rangkaian Jurus Rajawali Surga Neraka, yang ada dalam kitab Rajawali Langit itu.'Pantaslah para ketua sekte Rajawali Emas terdahulu rata-rata hanya bisa mencapai jurus ke 9 saja. Karena syarat untuk mencapai jurus ke 10 dan ke 11
"Ahh, Mas Jalu juga pasti bisa menebak hal itu kan? Karena Kirana mengartikan kata kebodohan sama dengan kegelapan, dan kegelapan hanya ada di malam hari.Maka Kirana mengira, yang dimaksud bulatnya cahaya dalam kalimat di atasnya pastilah cahaya rembulan di malam hari.Hanya begitu saja kok pemikiran Kirana mas," ujar Kirana dengan wajah merona merah, dia malu disebut pandai oleh Jalu.Namun juga ada rasa senang dalam diri Kirana, karena Jalu adalah orang yang jujur mengungkapkan pujiannya."Bulan Purnama! Ya, bulan purnama! Akhirnya aku menemukan jawaban petunjuk itu melalui kamu Kirana," Jalu berseru senang sekali, hingga tanpa sadar dia mendekap Kirana dalam pelukkannya.Dan sesuatu rasa yang aneh menyerang dalam diri Jalu, suatu hasrat yang dulu pernah di lampiaskannya pada Ratri.Ya, ada kerinduan dalam diri Jalu untuk kembali merasakan kenikmatan itu kembali. Karenanya secara otomatis Jalu mempererat pelukkannya, dan menundukkan wajahnya menatap gadis jelita dalam dekapannya. K
"Hahh..! Benarkah begitu Guru Besar?! Itu artinya pemuda itu adalah pemilik 'Mustika Rajawali Emas' dan keturunan dari sekte Rajawali Emas!Arya bukankah katamu keturunan sekte Rajawali Emas sudah jatuh ke dalam jurang Sirna Wujud?!" sentak Ki Taksaka kaget bukan kepalang, seraya langsung bertanya pada Arya."Benar Paman Taksaka! Saat itu pemuda bernama Jalu itu memang jatuh ke dalam jurang Sirna Wujud. Entah kenapa dia belum mati, bahkan dia lari bersama Kirana semalam paman Taksaka," sahut Arya meyakinkan."Bedebah! Aku takkan menganggap lagi Kirana sebagai putriku! Dasar anak durhaka!" sentak marah Ki Taksaka."Hhhh! Ini benar-benar gila Taksaka! Eyang baru ingat dahulu pernah bertarung dengan ketua sekte Rajawali Emas bernama Bilowo Djati. Dia sudah mencapai jurus ke 9 dari Kitab Rajawali Langit.Aku berhasil mengalahkannya dengan susah payah, dan dia juga menggunakan pedang bercahaya keemasan.Namun cahaya keemasan yang kulihat semalam pancaran sinarnya sungguh lebih terang dan b
"Jalu adalah murid Eyang sepuh Jayasona dari Istana Pasir Bumi, Nini sepuh," sahut Jalu membuka nama gurunya.Hal yang tak mungkin Jalu katakan pada sembarang orang. Namun dia sadar ada hubungan khusus antara Eyang Gurunya dan Nini sepuh ini, karenanya Jalu menjawab apa adanya. "Hahhh!" Seth! seiring seruan kagetnya, seketika Nyi Wedari melesat menjauh ke belakang, wajahnya berubah menjadi keras mengelam. "Kirana! Apakah kau sudah bertarung dengannya?!" seru tajam Nyi Wedari, seraya menatap tajam pada Kirana. "Ahh! Be-belum Eyang Guru," sahut gugup Kirana yang kini menjadi cemas melihat sikap Eyang Gurunya itu. Dia sangat mengerti kalau sikap itu adalah wujud kemurkaan dari Nyi Wedari. "Murid bodoh! Apakah kau lupa dengan pesan nenek?!" "Am-ampun Eyang Guru! Mas Jalu secara sukarela hendak kesini, karenanya Kirana merasa tak perlu bertarung dengannya." "Heh, Kirana! Apakah kau sudah jatuh cinta dengan pemuda ini?!" sentak marah Nyi Wedari. Dia tak ingin kejadian masa lalu yang m