"Ahh, Mas Jalu juga pasti bisa menebak hal itu kan? Karena Kirana mengartikan kata kebodohan sama dengan kegelapan, dan kegelapan hanya ada di malam hari.Maka Kirana mengira, yang dimaksud bulatnya cahaya dalam kalimat di atasnya pastilah cahaya rembulan di malam hari.Hanya begitu saja kok pemikiran Kirana mas," ujar Kirana dengan wajah merona merah, dia malu disebut pandai oleh Jalu.Namun juga ada rasa senang dalam diri Kirana, karena Jalu adalah orang yang jujur mengungkapkan pujiannya."Bulan Purnama! Ya, bulan purnama! Akhirnya aku menemukan jawaban petunjuk itu melalui kamu Kirana," Jalu berseru senang sekali, hingga tanpa sadar dia mendekap Kirana dalam pelukkannya.Dan sesuatu rasa yang aneh menyerang dalam diri Jalu, suatu hasrat yang dulu pernah di lampiaskannya pada Ratri.Ya, ada kerinduan dalam diri Jalu untuk kembali merasakan kenikmatan itu kembali. Karenanya secara otomatis Jalu mempererat pelukkannya, dan menundukkan wajahnya menatap gadis jelita dalam dekapannya. K
"Hahh..! Benarkah begitu Guru Besar?! Itu artinya pemuda itu adalah pemilik 'Mustika Rajawali Emas' dan keturunan dari sekte Rajawali Emas!Arya bukankah katamu keturunan sekte Rajawali Emas sudah jatuh ke dalam jurang Sirna Wujud?!" sentak Ki Taksaka kaget bukan kepalang, seraya langsung bertanya pada Arya."Benar Paman Taksaka! Saat itu pemuda bernama Jalu itu memang jatuh ke dalam jurang Sirna Wujud. Entah kenapa dia belum mati, bahkan dia lari bersama Kirana semalam paman Taksaka," sahut Arya meyakinkan."Bedebah! Aku takkan menganggap lagi Kirana sebagai putriku! Dasar anak durhaka!" sentak marah Ki Taksaka."Hhhh! Ini benar-benar gila Taksaka! Eyang baru ingat dahulu pernah bertarung dengan ketua sekte Rajawali Emas bernama Bilowo Djati. Dia sudah mencapai jurus ke 9 dari Kitab Rajawali Langit.Aku berhasil mengalahkannya dengan susah payah, dan dia juga menggunakan pedang bercahaya keemasan.Namun cahaya keemasan yang kulihat semalam pancaran sinarnya sungguh lebih terang dan b
"Jalu adalah murid Eyang sepuh Jayasona dari Istana Pasir Bumi, Nini sepuh," sahut Jalu membuka nama gurunya.Hal yang tak mungkin Jalu katakan pada sembarang orang. Namun dia sadar ada hubungan khusus antara Eyang Gurunya dan Nini sepuh ini, karenanya Jalu menjawab apa adanya. "Hahhh!" Seth! seiring seruan kagetnya, seketika Nyi Wedari melesat menjauh ke belakang, wajahnya berubah menjadi keras mengelam. "Kirana! Apakah kau sudah bertarung dengannya?!" seru tajam Nyi Wedari, seraya menatap tajam pada Kirana. "Ahh! Be-belum Eyang Guru," sahut gugup Kirana yang kini menjadi cemas melihat sikap Eyang Gurunya itu. Dia sangat mengerti kalau sikap itu adalah wujud kemurkaan dari Nyi Wedari. "Murid bodoh! Apakah kau lupa dengan pesan nenek?!" "Am-ampun Eyang Guru! Mas Jalu secara sukarela hendak kesini, karenanya Kirana merasa tak perlu bertarung dengannya." "Heh, Kirana! Apakah kau sudah jatuh cinta dengan pemuda ini?!" sentak marah Nyi Wedari. Dia tak ingin kejadian masa lalu yang m
"Ihhh..! Yang Mas katakan tadi saat Kirana di marahi Eyang Guru itu lho!" Kirana hentakkan pelan sebelah kakinya ketanah, karena kesal atas sikap Jalu yang di anggapnya tak tanggap akan maksudnya.Wajah cantik jelita Kirana langsung berubah terlihat manyun dan lucu."Ahh ya. Tentu saja Mas sayang dan cinta sama kamu Kirana," ucap Jalu lembut, seolah baru teringat akan hal itu."Benarkah Mas Jalu?" tanya pelan Kirana. Nampak wajahnya kembali tersenyum manis dan merona merah, karena senangnya rasa hati melayang. Hehe."Tentu saja benar Kirana. Untuk apa kita jalan bersama seperti ini, jika Mas tak ada rasa padamu?" sahut Jalu lembut."Emmh. Baiknya kita menunggu Eyang Guru di dekat air terjun belakang kediaman ini saja. Hayuk mas Jalu!" ajak Kirana, seraya meraih pergelangan tangan Jalu.Penasaran dengan wujud air terjun yang suaranya terdengar bergemuruh dari depan kediaman Nyi Wedari, Jalu pun mengangguk setuju.Kirana segera membawa Jalu memutari kediaman Nyi Wedari, dan tampaklah ki
Dua sosok tiba-tiba saja muncul di sebelah selatan pantai Semanding, sosok yang muncul itu adalah seorang sepuh dan seorang gadis jelita yang wajahnya nampak muram.Ya, mereka adalah Eyang sepuh Dharmala dan Ayu Prastika dari Tlatah Bantala."Sudahlah Ayu, jangan terus bersedih memikirkan pemuda itu. Mungkin dia bukan jodohmu," ucap sang sepuh coba menenangkan muridnya itu."Tak bisa Eyang Guru. Ayu benar-benar sudah memilihnya menjadi jodoh Ayu. Ayu mulai suka pada pemuda itu!" seru Ayu, menyanggah ucapan Eyang Gurunya itu."Hhh. Baiklah kita akan mencarinya di tlatah ini, karena gurunya juga berasal dari tlatah Pallawa ini. Berhati-hatilah Ayu, karena guru pemuda itu adalah Eyang Jayasona, sepuh nomor satu di jagad persilatan saat ini," ujar Eyang sepuh Dharmala, seraya menghela nafasnya menanggapi Ayu yang keras kepala itu."Baik Eyang Guru," sahut Ayu patuh kali ini."Ayu, rencana kita yang utama masuk ke tlatah Pallawa ini adalah mendapatkan 'Mustika Naga Putih atau Mustika Naga
"O-orang terpilih?!" seru Jalu terbata tak mengerti."Ya, kau adalah orang atau keturunan yang terpilih oleh para leluhurmu, untuk mengangkat kembali panji-panji kebesaran sekte Rajawali Emas Jalu," sahut Nyi Wedari kagum.Karena Nyi Wedari memang melihat aura kewibawaan yang kuat dalam diri pemuda itu."Ta-tapi Jalu masih belum bisa mengendalikan power yang terasa terus berputar dalam diri Jalu, Nini sepuh.""Hmm. Memang sangat berbahaya kedahsyatan power itu, jika kau tak bisa mengendalikannya Jalu. Apakah kau memiliki pengetahuan tentang cara menghimpun hawa sakti khusus dalam aliran sektemu itu Jalu?" tanya Nyi Wedari."Jalu memang belum pernah mempelajari cara menghimpun hawa sakti dari aliran sekte Rajwali Emas Nini sepuh.Tapi baru kemarin Jalu mendapatkan kembali pusaka sekte Rajawali Emas. Dan di dalam kitab Rajawali Langit itu terdapat cara menghimpun hawa sakti tingkat lanjut.Apakah cara menghimpun hawa sakti itu yang harus Jalu perdalam Nini sepuh?" sahut Jalu, seraya kem
'Bagaimana caranya aku bisa mengalahkan Jalu?! Tak sudi rasanya aku berada di bawah kemampuannya saat ini!Kirana benar-benar buta, karena lebih memilih pemuda berkasta gembel seperti dia!Apakah aku harus mencari guru lain yang lebih sakti dibanding Eyang sepuh Gentaloka?! Namun siapa dan di mana?!' pergulatan bathin Arya rupanya berkutat, di seputar kekalahannya dari Jalu.Di tengah keruwetan pikiran yang melandanya, sudut matanya sempat mengerling ke arah dua pengunjung kedai minuman yang baru masuk ke ruang minum.'Ting!' mata Arya seketika berubah membesar penuh gairah. Segenap keresahannya lenyap seketika, bagaikan kentut yang baru di buangnya.'Duhai cantik nian gadis itu! Tapi sepuh yang bersamanya beraura sangat mengerikkan! Siapa mereka berdua?!' bathin Arya, yang seketika menjadi penasaran ingin mengenal gadis jelita itu.'Ahh! Aku ada cara untuk mengenalnya! Sepertinya mereka pendatang dari jauh, baiklah', selintas muncul celah bagi Arya, untuk berkenalan dan menjalin hubu
"Jagad Dewa Bathara! Pantas saja sejak tadi ada gelombang power yang mendesak power Eyang. Mari kita temui mereka Arya!" seru Eyang Gentaloka bersemangat, seraya hendak beranjak menemui teman lamanya itu."Ta-tapi Eyang Guru. Bisakah kita berpura-pura mengaku berteman dengan Jalu bedebah itu? Karena gadis jelita yang bersamanya mengaku calon istri Jalu dan tengah mencarinya Eyang Guru," tanya Arya pelan."Apa?! Siapa gadis bodoh itu? Kau jauh lebih baik daripada pemuda bedebah bernama Jalu itu! Baik, Eyang akan melihat situasinya lebih dulu.Ketahuilah Arya, jika kita bisa bekerjasama dengan Dharmala itu, maka urusan Jalu hanyalah masalah kecil! Ayo kita temui mereka!""Ba-baik Eyang Guru!" sahut Arya dengan wajah berseri gembira. Dia merasa mendapat dukungan penuh dari Eyang Gurunya itu."Demi Hyang Widhi Yang Agung! Rupanya kau tinggal disini Gentaloka! Hahaaa!" seru terkejut Eyang Dharmala, saat melihat sobat lamanya mendekat ke arahnya. Dia pun langsung tertawa senang."Hahahaa! D