"Hei! Kau?!" seruan terkejut terdengar dari mulut Arya, saat mengenali sosok yang sedang bersama Kirana adalah Jalu. Anak lelaki yang tempo hari di hajarnya bersama teman-temannya. Seth! Wusshh!Arya segera melesatkan tendangannya ke arah Jalu. Karena rasa cemburu yang membakar hatinya, melihat Kirana sangat akrab dengan anak lelaki yang di anggapnya berkasta rendah itu. Daghk!"Apa-apaan kamu Arya?! Mas Jalu adalah temanku!" Kirana langsung berdiri menangkis tendangan Arya dengan pergelangan tangannya, seraya berseru marah memperingatkan Arya.Sosok Kirana sampai terdorong ke samping, akibat kuatnya tendangan yang di lepaskan Arya dengan sepenuh tenaganya itu. Sementara Jalu juga ikut berdiri siaga, dia juga menaruh rasa benci pada Arya yang di anggapnya anak yang angkuh dan mengandalkan nama besar sektenya.Andai Jalu tahu, bahwa Arya adalah putra salah satu orang yang telah membantai ayah dan bundanya, pastinya dia akan menyerang Arya lebih dulu. Namun Arya yang telah dikuasai
"A-apa?! Putra ketua sekte Rajawali Emas?!" seru kaget terdengar dari mulut Ki Braja Denta.Seketika dia melirik ke arah Ki Taksaka, dan pada saat yang sama Ki Taksaka juga melirik ke arahnya. Dan seulas senyum misterius sama terlukis di wajah Ki Braja Denta dan Ki Taksaka.'Bagus Arya, tak sengaja kau malah menyempurnakan misi kami! Hahahaa!' seru batin Ki Taksaka tergelak puas. Sejujurnya dia malah senang dengan kejadian itu, dan merasa makin suka pada putra sahabatnya itu. "Dimana Kirana putriku?!" seru Ki Taksaka pada Klawing dan Badra. "Nona muda sudah kami antarkan ke rumah Ketua. Terpaksa kami menotoknya tak sadarkan diri, karena Nona Muda ingin berlari ke arah jurang melihat anak yang terjatuh itu," sahut Klawing. "Bagus! Sekarang kalian kembalilah ke ruang latihan, dan jangan ceritakan hal ini pada siapapun! Paham!" seru Ki Taksaka memperingatkan. "Baik ketua! Kami mohon diri!" sahut keduanya, seraya beranjak meninggalkan ruang khusus ketua sekte Elang Merah itu. "Arya!
"Ratri. Antarkan Jalu ke ruanganku." "Baik. Eyang sepuh," sahut Ratri. "Mas Jalu, mari ikut bibi ke ruang pakaian. Mas harus ganti pakaian dulu dengan yang kering," ajak Ratri pada Jalu. "Ahh! Ehh! Kulitku sekarang mulus lagi Bi Ratri!" seru Jalu kaget, saat mendapati seluruh luka dan lecet di sekujur tubuhnya kini telah pulih bagaikan tak pernah ada. "Itulah khasiat 'Sendang Pulih Rogo' ini Mas Jalu," sahut Ratri tersenyum, seraya menunjuk ke arah telaga tempat Jalu terjatuh tadi. "Wah! Betul-betul ajaib Bi!" seru Jalu merasa takjub dan gembira.Lalu dia pun mengikuti langkah Ratri menaiki tangga batu, dan menyusuri sebuah lorong berdinding batu pula. Jalu juga sempat melihat relief-relief yang terukir di sepanjang dinding lorong, yang bentuknya bagai sebuah terowongan itu. Akhirnya Ratri mempersilahkan Jalu masuk ke sebuah ruangan tanpa pintu. Ratri lalu membuka sebuah lemari antik dari kayu jati yang cukup besar, dia mengambil beberapa baju kain berkualitas sangat bagus dari
"Tidak ayahanda! Kirana tak sudi di jodohkan dengan Arya!" sentak Kirana di kamarnya, saat Ki Taksaka menyuruhnya berbaik-baik pada Arya dan mengatakan Arya adalah calon jodohnya kelak. Plakh!"Berani kau melawan ayah..?! Ini pasti gara-gara kau berteman dengan anak gembel bernama Jalu itu?!" Ki Taksaka menampar Kirana, seraya berseru marah pada putrinya. Ya, Ki Taksaka menganggap Kirana berani melawan dirinya, gara-gara pengaruh pergaulan Kirana dengan Jalu. "Ayahanda, tsk, tsk! Ayah boleh menjodohkan Kirana dengan siapa saja, asal jangan dengan pembunuh seperti dia! Tsk, tsk!" Kirana langsung terisak memohon pada ayahnya, agar kesepakatan perjodohannya dengan Arya di batalkan. "Kirana! Kau ... kau! Hhhh!" Braghk! Ki Taksaka sontak berseru marah, dengan tangan terangkat gemetar siap menampar kembali putri kecilnya itu.Namun akhirnya Ki Taksaka bisa menguasai emosinya, dengan menghela nafas kesal dia pun beranjak keluar dari kamar putrinya itu seraya membanting pintu. 'Dasar ana
"Huuaahh..!!"Ranti dan Jaya berteriak ngeri bersamaan, tubuh mereka melayang deras ke bawah tebing dengan posisi saling berpelukan erat. "Sial! Mereka nekat sekali!""Bedebah! Gagal kita dapat uang setelah berlari sejauh ini!""Bocah brengsek!" Demikianlah ketiga pemuda begajulan itu, mereka hanya bisa memaki dan menyumpahi kedua anak itu, yang lebih memilih menantang maut daripada menyerahkan uang mereka.Akhirnya dengan kesal dan wajah lesu mereka bertiga meninggalkan tempat itu. Ya, tindakkan yang di ambil Ranti dan adiknya sungguh sebuah tindakkan yang sangat nekat!Karena di sepanjang tepian sungai Seroja adalah hamparan bebatuan belaka. Sangat kecil kemungkinan mereka berdua bisa selamat, jika mereka sampai jatuh di tepian sungai itu. "Mbak! Lompatan kita tak sampai sungai!!" teriak Jaya ketakutan, seraya mempererat pelukkannya pada sang kakak.Jaya baru saja melihat kebawah dan mendapati, bahwa lompatan mereka ternyata tak sampai ke tengah sungai di bawah mereka. Dan adal
"Kiranaa..!! Dimana kau Nakk..?!" teriak histeris Nyi Wilasih, saat pagi itu dia mendapati kamar putri kesayangannya itu telah kosong dengan jendela kamar terbuka lebar.Segera dia menjelajahi tiap sudut rumahnya, namun tak juga di temukannya sosok Kirana. Sedangkan semua pintu depan, samping, dan belakang rumah masih terpalang dari dalam.Hal itulah yang membuat sang ibu dari Kirana ini berteriak nyaring menggetarkan seisi rumah. "Ada apa Wilasih?!" seru Ki Taksaka yang bergegas datang menghampiri istrinya itu. "Kangmas! Kirana Mas..! Kirana tak ada di kamarnya! Jendela kamarnya juga terbuka lebar!" seru cemas dan panik Wilasih, memberitahu suaminya itu. "A-apa?! Kemana dia?! Lekas kau periksa apakah ada barang-barang di kamarnya yang hilang, Wilasih!" seru Ki Taksaka terkejut bukan main mendengar kabar itu. Segera dia masuk ke kamar putrinya dan memeriksa keadaan di kamar itu. Namun dia tak menemukan bekas-bekas kejadian yang mencurigakan, kecuali jendela kamar putrinya yang terb
"Grooaarrghk!" seekor babi hutan menguik dan berlari kencang mengejar Kirana. Babi hutan itu muncul dari sisi sebelah kanan semak. "Hahh! Hiyy!" betapa terkejutnya Kirana, saat dia melihat babi hutan yang besar dan mengerikkan itu.Ya, boleh jadi dia adalah perempuan yang tabah, namun tetap saja dirinya gentar jika menghadapi binatang yang besar seperti itu. Seth! Claph! Claph!Kirana melesat ke sebuah batang pohon dan memanjatnya dengan menancapkan kedua pisaunya secara bergantian.Hingga akhirnya dia tiba di sebuah dahan cukup besar di pohon itu. Kirana pun duduk di atas dahan itu, sambil memandangi babi hutan yang masih berada di bawah pokon itu dengan perasaan ngeri. 'Kenapa babi hutan itu ukurannya jauh lebih besar daripada babi hutan lain yang pernah kutemui ya?' batin Kirana terheran. Rasa laparnya mendadak terlupakan seketika akibat kejadian itu. Ya, Kirana sama sekali tak menyadari bahwa saat itu dia telah berada di hutan terlarang. Sebuah hutan penuh mitos dan misteri, y
"Ahh, tentu tidak! Ba-baik Eyang Putri, Kirana akan turun," sahut gugup Kirana. Kirana pun turun dan langsung memberi hormat pada wanita sepuh penyelamatnya itu. "Salam hormat saya Eyang Putri," ucap Kirana seraya menundukkan wajahnya. "Hmm. Cah Ayu, siapa namamu dan kenapa kau bisa berada di hutan terlarang ini?" tanya sang wanita sepuh itu. "Nama saya Kirana Eyang Putri. Kirana tak sengaja tersesat di hutan ini, karena Kirana kabur dari rumah ," sahut Kirana polos. "Hihihii! Sungguh berani kau Kirana, maukah kau tinggal bersama Eyang dan menjadi murid Eyang?" tanya si wanita sepuh setelah terkikik senang. Hatinya langsung merasa suka dengan keterus terangan Kirana dan keberaniannya menghadapi bahaya. Kiranapun langsung berpikir keras mendengar tawaran si wanita sepuh itu. 'Jika aku menolaknya berarti aku harus siap menghadapi bahaya dan binatang-binatang buas di hutan terlarang ini. Lagipula apa salahnya aku menjadi muridnya, daripada aku terlantar seperti anak hilang',