Mendengar pengumuman dari pembawa acara, keduanya sudah bersiap untuk bertarung. Keduanya sudah saling memberi hormat, kemudian langsung bertarung ketika lonceng dibunyikan.
Pertarungan berjalan sangat sengit, keduanya ternyata memilik kemampuan di atas rata-rata. Sama seperti kakaknya, Saka Wulan memiliki kemampuan terbang yang hebat. Saka Wulan memiliki julukan sebagai Pendekar Burung Hantu Bulan dengan kemampuan bayangan yang luar biasa.
Sedangkan lawannya, Nawangsih memiliki julukan sebagai Pendekar Lebah Madu. Gadis itu memiliki kemampuan menghadapi musuh menggunakan tusukan dari pedangnya.
Kebetulan pertarungan tersebut menggunakan dua pedang, sehingga keduanya tampak berimbang dalam pertarungan. Ketika dua pedang membentuk pijar, membuat percikan api yang membuat mata berkedip.
Nawangsih menggunakan jurus Pedang Lebah Mengejar Musuh untuk menghadapi Pendekar Burung Hantu Bulan. Sedangkan Saka Wulan melawan serangan lawan men
Namun Boganata tampak terkejut ketika lawannya memberikannya pedang. Padahal dia sangat takut memainkan senjata tajam seperti pedang. Terlebih lagi Boganata takut akan darah dari senjata tajam, itu jelas membuat dirinya takut bukan main menghadapi Toh Raja.Ikut dalam sayembara bukan keinginan dirinya, namun karena dipaksa ayahnya. Ki Wiranata berharap jika Boganata akan menjadi penerus Ketua Partai Bukit Merah. Meskipun hal itu jauh dari harapan mengingat Boganata sangat penakut juga tak menyukai kekerasan."Ayo hadapi aku! Kita lihat apa kau pantas menjadi ketua Partai Bukit Merah?" tanya Toh Raja sambil setengah mengejek. Lelaki itu memang sangat kesal dengan keputusan yang diambil oleh Ki Wiranata.Ketua Partai Bukit Merah yang ada di kursi tamu kehormatan tampak tidak tenang. Dia sadar jika anaknya takut dengan senjata tajam, dia mencari cara untuk menghentikan pertarungan."Apa yang akan kau lakukan, Ki Wiranata?" ucap Ki Pra
Tubuh Boganata dilemparkan ke luar panggung, supaya ada orang yang menyelamatkan dirinya. Beruntung Adyaksa berhasil menangkap Boganata yang sudah tak sadarkan diri.Adyaksa berhasil menotok saluran darahnya agar tidak terus mengalir sehingga nyawanya bisa diselamatkan. Meskipun Boganata masih membutuhkan pertolongan agar lukanya tidak bertambah parah. Walaupun tangannya yang putus, jelas tak bisa disambung lagi.Ki Wiranata langsung mengangkat anaknya ke ruang perawatan tanpa peduli apa pun lagi. Tidak peduli jika Partai Bukit Merah dipermalukan oleh muridnya sendiri."Tangkap ini, hentikan pemuda itu!" seru Adyaksa sambil melemparkan pedang milik Angga yang disimpan di ruang senjata.Angga langsung menangkap pedang tersebut, bersiap menghadapi lawannya yang sudah dikuasai amarah. Tanpa mencabut pedang tersebut dari warangkanya."Pedang Tanpa Bayangan, kenapa kau bisa memilikinya?" tanya Toh Raja sambil mendengus. Lelaki it
“Apakah Raden Danu Koswara memiliki dendam yang sama seperti Toh Raja?” tanya Angga dalam hatinya. Apalagi ketika melihat bagan pertandingan jika lawan berikutnya yang dihadapi Putra Juragan Koswara itu adalah dirinya.Pertarungan lain ada juga yang berhasil lolos meskipun mulai dari awal babak pertama. Mereka adalah Suma Braja yang kalah oleh Angga dan Walang Sangga yang kalah oleh Prana Sinta.Ada juga dua orang lain yang lolos, yaitu anggota lain dari Partai Telaga Emas yaitu Turangga Wesi. Juga ada seorang pendekar dari Kerajaan paling jauh yaitu Mahaka bernama Jantra Peking.Pertarungan berikutnya adalah babak ketiga, dimana delapan orang sudah menunggu. Namun aturan sedikit modifikasi dibandingkan dengan Sayembara berikutnya.Nantinya enam belas orang akan dibagi menjadi empat kelompok kecil. Dimana nantinya orang terakhir yang tersisa akan maju ke babak semifinal.Pembagian berdasarkan bagan dimana setiap kelo
"Saka Wulan dan Saka Surya itu temanku kecil di Srimanganti," jawab Angga sambil garuk-garuk kepala lagi. Jika terus dia lakukan, sebentar lagi pasti rambutnya akan rontok."Apa kalian sedekat itu sampai bermesraan?" tanya Tuan Putri lagi."Hal itu karena kami sangat akrab seperti adik sendiri. Lagipula mereka murid Paman Jati Luhur, tak mungkin membocorkan rahasia," ucap Angga dengan perasaan tak berdosa."Apa katamu tadi? Jati Luhur punya murid?" ucap Tuan Putri tersentak tak percaya. "Itu sungguh tidak masuk akal,""Paman Jati Luhur juga guruku. Namun karena saling menyamar jadi sama-sama tidak tahu," ucap Sena menunjukan giginya yang kuning."Jadi kalian semua membohongiku?" ucap Tuan Putri tampak kesal."Tentu tidak, bukankah dirimu yang menyuruh menyamar. Berarti Tuan Putri yang membohongi Paman Jati Luhur.""Jadi maksudmu aku berbohong begitu?"Angga hanya mengangguk tanda mengiyakan."Apa yang a
Jika ketahuan oleh Jati Luhur, maka dia akan pasti akan digantung secara terbalik. Hal itu pernah dia alami ketika masih di Srimanganti karena berduaan dengan gadis yang kini di kamarnya itu."Aku tahu palingan dirimu yang digantung," ucap perempuan itu tidak tampak bersalah."Lebih dari itu, jika aku ketahuan bersamamu. Maka kau akan digantung oleh Tuan Putri. Juga aku akan dihukum pancung akibat ketahuan bahwa aku Angga Saksana," ucap Angga."Terus harus bagaimana?" ucap perempuan itu mulai khawatir jika Angga sedang menyamar."Nanti malam kau harus segera pergi dari sini!""Baiklah, tetapi sekarang temani aku temani kamu dulu," ucap perempuan itu tanpa merasa berdosa."Terserah dirimu saja," ucap Angga tampak kesal. Pemuda itu tahu persis bagaimana si perempuan, bebal tidak bisa diajak kompromi.Keduanya pada akhirnya tidur di dipan berduaan, jelas membuat semua orang pasti berfikir yang tidak-tida
Mendengar ucapan dari Ketua Partai Telaga Emas, Adyaksa diam sesaat. Dia percaya jika Angga Saksana tidak mungkin melakukan hal tersebut.Justru orang dalam di Paladu yang kini berpotensi berkhianat seperti dilakukan para perwira."Bukan, tetapi lelaki perwakilan dari Partai Pesisir Putih dan Partai Gunung Kelabu. Keduanya tidak pernah terdengar dalam keanggotaan dua partai tersebut," ucap Adyaksa.Keduanya seperti sengaja menyamar menjadi anggota kedua partai untuk menyusup ke Paladu. Kekuatan mereka juga perlu diwaspadai mengingat mereka bukan orang sembarangan."Ini tidak masuk akal, apa motif sebenarnya?" keluh Sang Ketua Partai sambil meremas tangan."Baiklah, kau tetap selidiki mereka sekaligus waspada. Siapa tahu jika orang yang membunuh Turangga Wesi salah satu dari mereka,""Baik, Ketua!" seru Adyaksa sambil pamit meninggalkan penginapan peserta Sayembara.***Sayembara babak keempat akan segera dim
"Apa kau menyerah saja dengan melompat dari panggung?" tanya orang yang berhasil unggul atas lawannya."Itu tidak akan terjadi, aku adalah pendekar terbaik dari Paladu. Tidak akan kalah dengan semudah itu," ucap Perwira Bayu Buwana yang tampak berusaha berdiri.Meskipun kedua tangannya sulit digerakkan, namun rasa angkuh pada dirinya membuat dia masih kuat berdiri. Padahal dia sudah kesakitan saat memegang pedang yang seakan tak bisa berjalan dengan keinginannya"Lebih baik pertarungan dilanjutkan tanpa pedang, bagaimana?" tanya Saka Wulan. Sebuah kepedulian namun lebih terlihat menyepelekan dari sudut lawannya."Jangan menyepelekan diriku, aku tidak akan kalah!" ucap Perwira Bayu Buwana menyerang Saka Wulan membabi buta tanpa senjata.Perwira Bayu Buwana menyerbu dengan ilmu kedigdayaan yang dimilikinya. Mulai dari pukulan, guntingan hingga tendangan coba untuk dikeluarkan.Namun hasilnya nihil, dia seperti menyerbu
Suara benda patah itu adalah pedang milik Saka Wulan yang terpotong menjadi tiga bagian. Padahal pedang tersebut hanya menerima sebuah tinju dari Pangeran Mahesa."Ilmu macam apa yang dimiliki oleh Pangeran itu?" keluh Saka Wulan dalam hati.Namun dia tidak waspada ketika serangan lain muncul dari Sang Pangeran. Sebuah pukulan bayangan menerjang gadis mungil berkulit sawo matang tersebut.BUKK!Saka Wulan terhempas jauh keluar dari panggung akan dipastikan jika dia akan kalah. Saka Surya Sang kakak tak sempat menolong adiknya yang terlempar jauh dari tempatnya duduk.Beruntung ketika Saka Wulan akan terhempas ke bangku penonton, ada seseorang yang berhasil menangkap dirinya.Orang tersebut tak lain adalah Angga yang entah kenapa sudah berada di tempat tersebut. Padahal sebelumnya dia duduk di bangku peserta yang jaraknya cukup jauh."Saka Wulan sudah keluar dari panggung, pemenangnya adalah Pangeran Mahesa
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah