Suara benda patah itu adalah pedang milik Saka Wulan yang terpotong menjadi tiga bagian. Padahal pedang tersebut hanya menerima sebuah tinju dari Pangeran Mahesa.
"Ilmu macam apa yang dimiliki oleh Pangeran itu?" keluh Saka Wulan dalam hati. Namun dia tidak waspada ketika serangan lain muncul dari Sang Pangeran. Sebuah pukulan bayangan menerjang gadis mungil berkulit sawo matang tersebut. BUKK! Saka Wulan terhempas jauh keluar dari panggung akan dipastikan jika dia akan kalah. Saka Surya Sang kakak tak sempat menolong adiknya yang terlempar jauh dari tempatnya duduk. Beruntung ketika Saka Wulan akan terhempas ke bangku penonton, ada seseorang yang berhasil menangkap dirinya. Orang tersebut tak lain adalah Angga yang entah kenapa sudah berada di tempat tersebut. Padahal sebelumnya dia duduk di bangku peserta yang jaraknya cukup jauh. "Saka Wulan sudah keluar dari panggung, pemenangnya adalah Pangeran MahesaTRANG!Nawangsih tampak terkejut ketika pedang sampai ke punggung Kala Pitung. Pedang tersebut seperti menebas besi hingga mengeluarkan suara besi beradu."Apa dengan cara licik seperti itu, kau dapat menang denganku?" tanya Kala Pitung yang sudah berbalik ke arah Nawangsih.Kaget dengan apa yang terjadi, Pendekar Lebah Madu itu hilang fokus. Ketika pukulan bayangan bertubi-tubi yang kembali dilayangkan oleh Kala Pitung membuat wanita itu terhempas cukup jauh.BRUKK!.Nawangsih terluka parah ketika tubuhnya menghantam kursi penonton hingga jebol. Namun sepertinya dia tidak kuat menahan serangan hingga terluka dalam. Beruntung lukanya tak separah Suma Braja yang pukulan yang dilancarkan lebih cepat.Sepertinya Kala Pitung memang berniat untuk membunuh anggota Partai Telaga Emas itu. Membuat para penonton seakan tidak percaya jika orang bernama Kala Pitung sangat berbahaya."Bagaimana mungkin orang berbahaya sepert
Semua menyaksikan bagaimana panggung roboh akibat dua serangan saling beradu.Suatu ajian tersebut beradu kencang seperti gunung api meletus membuat panggung porak poranda.'Pukulan Gunung Meletus' milik Saka Surya beradu dengan Pukulan Tak dikenal. Namun pukulan Kala Pitung mirip dengan 'Pukulan Topan Menggusur Gunung' yang hilang puluhan tahun lalu.Kondisi di panggung di luar dugaan, semua tampak tertegun dengan apa yang terjadi. Bingung apa yang harus diputuskan, siapa pemenang sebenarnya.Saka Surya masih berada di dalam kawasan panggung, namun ada di tanah. Hal itu karena panggung ambruk akibat serangan luar biasa dahsyat tersebut.Sedangkan Kala Pitung juga dengan kondisi yang sama, namun masih menginjak papan. Sehingga terlihat masih di atas panggung, meskipun sudah roboh ke bawah."Bagaimana ini, Gusti Prabu?" tanya Senopati Darmayaksa. "Entahlah hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya!""Apa kit
"Ditutup!" Angga menempelkan telunjuk ke bibir sebagai bekas untuk diam. Lalu menunjuk ke arah penginapan yang ada di lantai dua tempat Prana Sinta menginap.Ternyata di tempat tersebut ada dua orang sedang penasaran, Angga tahu siapa kedua orang tersebut.Suara dari mereka terdengar dari Angga dan Sinta berada, sehingga keduanya memutuskan untuk menguping pembicaraan.Ternyata mereka sedang menceritakan sesuatu yang penting, membuat Angga dan Sinta sadar harus
Seta Jelang berusaha terus memastikan siapa pemuda itu. Jelas dia pernah bertemu sebelumnya, mencoba meraba siapa sebenarnya pemuda itu."Aku yakin dia pemuda yang kucari, luka codet itu aku sendiri yang melakukannya!"Seta Jelang mulai sadar jika Angga masih hidup karena luka coret di pelipis kiri menjadi bukti. Hal itu karena luka itu memang Seta Jelang yang melakukannya.Namun sepertinya lelaki itu ingin memastikan apa benar dia Pendekar Macan Kumbang. Menunggu sampai pada akhirnya pemuda itu akan menunjukkan dirinya.Pangeran Mahesa juga merasa aneh dengan orang bernama Kala Pitung tersebut. Meskipun dia dekat dengan Seta Jelang dan Ketua Partai Telaga Emas dia tak tahu apa-apa. Sepertinya. Pangeran itu hanya dijadikan senjata untuk melancarkan ambisi Seta Jelang dan sekutunya.Kembali ke arena pertarungan dimana empat orang lain di kelompok tiga sudah berdiri."Kita sudah memasuki ke kelompok tiga, dimana ada Radiaksa
Prana Sinta dibuat mundur lewat serangan tersebut, namun masih bisa bertahan. Namun sepertinya dia terluka parah akibat tekanan dari badai pasir dari Radiaksa.Apalagi dengan kemampuan memanipulasi pasir, jarak pandai gadis itu terganggu. Bahkan penonton tidak jelas melihat apa yang sebenarnya terjadi di panggung."Hebat juga, kau mampu menahan 'Pukulan Badai Pasir' milikku!"Prana Sinta tersenyum kecut melihat apa yang terjadi pada dirinya. Dia paham tanpa pedang miliknya, kesusahan untuk menaklukkan lawannya.Namun dia tak mungkin mengeluarkan pedang Ular Sanca Bagedor miliknya. Padahal senjata itu andalannya yang membuat dia bisa menaklukkan lawannya.Radiaksa yang melihat pukulan badai pasir tidak bisa menaklukkan lawannya. Mengeluarkan sebuah kipas yang dapat membuat angin puting beliung yang sangat kencang. Sama seperti kemampuan yang dimiliki Kala Pitung yang membuat lawannya sulit menghadapinya."Ternyata kau akhirn
Benar saja Prana Sinta menggunakan kemampuannya dengan mengubah pedang menjadi seekor ular Sanca.BRUKK! KRAS! Manusia Pasir alias Radiaksa itu pada akhirnya tak bisa menahan pedang sakti milik Prana Sinta.Bahkan tangan Radiaksa terkena sabetan hingga tangan kirinya tak bisa bekerja di dalamnya. Dia hanya bisa terlihat ketika berada di luar arena pertarungan."Pemenangnya adalah Prana Sinta dari Partai Pasir Kuning!
"Jika yang kau khawatirkan Tuan Putri, kau jelaskan nanti. Tetapi kau harus ingat dua lawan itu harus kau kalahkan!" Sosok itu berpakaian betul-betul menghilang dari tempat-tempat tersebut. Sedangkan Angga memutuskan untuk segera menuju ke lokasi Sayembara. Ada banyak orang yang tersenyum kepadanya untuk memberi dukungan.Tuan Putri Lintang Ayu Kencana juga tersenyum memberi dukungan. Juga Prana Sinta yang membuat Tuan Putri cemberut. Juga Saka Wulan yang terus melakukan sesuatu agar membuat Perhatian Angga.
"Ayahku seorang Juragan dari Srimanganti," jawab Angga jujur yang membuat semua orang terkejut. Hal itu jelas karena orang menganggap Angga hanya orang biasa dengan penampilan anehnya.Namun dengan bicara seperti itu jelas membuat gurunya, Jati Luhur kesal. Juga teman-temannya yang ikut menutupi siapa dirinya seperti Adyaksa, Prana Sinta, Saka Surya dan Saka Wulan.Semua tampak gemas dengan Angga yang merasa tak berdosa mengungkapkan jati dirinya. Padahal dia sudah menjaga hal itu selama berada di Paladu.
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah