Benar saja Prana Sinta menggunakan kemampuannya dengan mengubah pedang menjadi seekor ular Sanca.
BRUKK! KRAS! Manusia Pasir alias Radiaksa itu pada akhirnya tak bisa menahan pedang sakti milik Prana Sinta. Bahkan tangan Radiaksa terkena sabetan hingga tangan kirinya tak bisa bekerja di dalamnya. Dia hanya bisa terlihat ketika berada di luar arena pertarungan. "Pemenangnya adalah Prana Sinta dari Partai Pasir Kuning!"Jika yang kau khawatirkan Tuan Putri, kau jelaskan nanti. Tetapi kau harus ingat dua lawan itu harus kau kalahkan!" Sosok itu berpakaian betul-betul menghilang dari tempat-tempat tersebut. Sedangkan Angga memutuskan untuk segera menuju ke lokasi Sayembara. Ada banyak orang yang tersenyum kepadanya untuk memberi dukungan.Tuan Putri Lintang Ayu Kencana juga tersenyum memberi dukungan. Juga Prana Sinta yang membuat Tuan Putri cemberut. Juga Saka Wulan yang terus melakukan sesuatu agar membuat Perhatian Angga.
"Ayahku seorang Juragan dari Srimanganti," jawab Angga jujur yang membuat semua orang terkejut. Hal itu jelas karena orang menganggap Angga hanya orang biasa dengan penampilan anehnya.Namun dengan bicara seperti itu jelas membuat gurunya, Jati Luhur kesal. Juga teman-temannya yang ikut menutupi siapa dirinya seperti Adyaksa, Prana Sinta, Saka Surya dan Saka Wulan.Semua tampak gemas dengan Angga yang merasa tak berdosa mengungkapkan jati dirinya. Padahal dia sudah menjaga hal itu selama berada di Paladu.
Semua orang kaget ketika melihat apa yang terjadi di panggung. Dimana arena pertarungan tersebut hancur sebelah, sedangkan sisanya masih utuh.Hal yang membuat terkejut adalah nasib Raden Danu Koswara yang terlempar cukup jauh oleh senjatanya sendiri. Bahkan dia harus ditandu oleh tim media karena tak sadarkan diri terhempas oleh Rantai Petaka Bumi.Namun semua orang tertawa ketika melihat apa yang dilakukan oleh Angga yang hampir saja terjatuh.Lelaki itu berdiri di atas papan kecil, dengan pijakan satu kaki. Bergetar sedikit maka dia akan keluar dari panggung dan dinyatakan kalah.Bukan Angga namanya jika tidak punya akal, dia menggunakan pedang untuk menghempaskan dirinya ke arena yang masih utuh.Angga selamat dan siap menghadapi dua orang yang menunggu mereka. Terutama Badak Jonggrang yang sudah tidak sabar menantikan pertarungan dengan Angga Saksana."Terima kasih, sepertinya sudah cukup memakai pedang ini!"&nbs
Tentu saja, ketika kedua Ajian bertemu dengan jelas membuat ledakan. Namun yang menjadi korban adalah kursi para peserta. Sedangkan panggung tepat berdiri meskipun terus bergetar.Sungguh hal layar biasa, pertarungan masih seimbang. Padahal mereka bertarung hampir setengah hari dan belum mendapatkan pemenang."Apa kau tidak kesal melihat Perwira Tinggi Paladu itu terus berdiri menyilangkan dada? Padahal kita sudah basah keringat akibat pertarungan yang belum selesai?" tanya Angga ke telinga Badak Jonggrang yang saling menge
BRUKK!Badak Jonggrang akhirnya tumbang dengan cara yang sama sekali tidak terduga, bahkan dia sudah tidak sadarkan diri. Akibat serangan yang tak terhitung jumlahnya berhasil terkapar.Dedemit dari utara betul-betul mendapatkan lawan yang berat justru menjadi batu sandungan dengannya. Lelaki itu mendapatkan hadiah besar yang disiapkan jika berhasil membunuh lawannya. Kini dia tak bisa lagi bernapas, pukulan yang datang kepadanya dari dukungan kuat. Kedigdayaan itu merupakan sebuah jurus yang membuat Adyaksa menjadi jawara
"Memang sudah saatnya kamu tahu sesuatu anakku!" "Aku mendengarkannya, ayahanda," ucap Tuan Putri yang sudah menunggu lama untuk waktu ini."Ibumu sebenarnya belum diketahui apakah dia meninggal atau tidak," Prabu Bajra tiba-tiba bicara yang membuat Tuan Putri kaget."Apa maksud Ayahanda?" tanya Tuan Putri penasaran."Enam belas tahun yang lalu, ketika usiamu baru satu tahun peristiwa itu terjadi," ucap Prabu Bajra Wastu Kencana terus bercerita.
Angga sangat kaget, karena tidak mungkin Pangeran Mahesa dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya dia belum cukup dewasa. Mungkin dia mendapatkan infomasi dari ayahanda nya. Tak menyangka bahwa Pangeran Mahesa sengaja melakukan itu untuk mengetahui siapa Angga sebenarnya. Apalagi ketika mengetahui keduanya memiliki kedigdayaan yang terlarang untuk digunakan.“Apa hubungan mu dengan juragan murah hati itu, Gara Codet?” Pangeran Mahesa kembali memancing Angga. Namun Angga masih berusaha untuk menyembunyikan identitasnya, takut pertandingan menjadi ajang balas dendam.“Hubungan sesama manusia, sebagai makhluk ciptaan tuhan!” Angga justru bicara asal, yang membuat lawannya menjadi tersulut amarahnya.“Bocah tidak tahu diuntung! Kamu akan membayarnya dengan menyusulnya ke Naraka!” Seketika Pangeran Mahesa menyerang Angga dengan tangan dan kaki yang diterjang silih berganti.Angga juga demikian, mengeluarkan kemampuan yang miliknya
“Kami telah memeriksa meskipun sebenarnya memiliki kemampuan dari Partai Terlarang, namun kalian tidak terlibat. Jadi silahkan lanjutkan pertarungan dengan semua kemampuan yang dimiliki,” ucap Patih Paladu yang mewakili para panitia.Hal itu jelas membuat Pangeran Mahesa jelas tidak puas dengan apa yang terjadi, namun tidak ada pilihan lain selain menggunakan kemampuan iblis yang dimilikinya. Sang Pangeran tidak paham justru hal itu untuk membuat dirinya tetap di panggung. Para panitia tidak ingin yang memenangkan Sayembara salah satu dari Angga dan Prana Sinta.Benar saja tiba-tiba Pangeran Mahesa seperti berubah menjadi sosok yang berbeda, ada orang lain yang menguasai dirinya. Matanya berubah merah persis seperti orang yang berasal dari Partai Gurun Perunggu.BRAKK!Tubuh Angga terpental cukup jauh, hampir saja keluar dari panggung. Jelas lawannya betul-betul menjadi sosok yang menakutkan sehingga harus diwaspadai dengan jurus andalan miliknya. Dar
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah