"Memang sudah saatnya kamu tahu sesuatu anakku!"
"Aku mendengarkannya, ayahanda," ucap Tuan Putri yang sudah menunggu lama untuk waktu ini. "Ibumu sebenarnya belum diketahui apakah dia meninggal atau tidak," Prabu Bajra tiba-tiba bicara yang membuat Tuan Putri kaget. "Apa maksud Ayahanda?" tanya Tuan Putri penasaran. "Enam belas tahun yang lalu, ketika usiamu baru satu tahun peristiwa itu terjadi," ucap Prabu Bajra Wastu Kencana terus bercerita.Angga sangat kaget, karena tidak mungkin Pangeran Mahesa dapat mengetahui kejadian yang sebenarnya dia belum cukup dewasa. Mungkin dia mendapatkan infomasi dari ayahanda nya. Tak menyangka bahwa Pangeran Mahesa sengaja melakukan itu untuk mengetahui siapa Angga sebenarnya. Apalagi ketika mengetahui keduanya memiliki kedigdayaan yang terlarang untuk digunakan.“Apa hubungan mu dengan juragan murah hati itu, Gara Codet?” Pangeran Mahesa kembali memancing Angga. Namun Angga masih berusaha untuk menyembunyikan identitasnya, takut pertandingan menjadi ajang balas dendam.“Hubungan sesama manusia, sebagai makhluk ciptaan tuhan!” Angga justru bicara asal, yang membuat lawannya menjadi tersulut amarahnya.“Bocah tidak tahu diuntung! Kamu akan membayarnya dengan menyusulnya ke Naraka!” Seketika Pangeran Mahesa menyerang Angga dengan tangan dan kaki yang diterjang silih berganti.Angga juga demikian, mengeluarkan kemampuan yang miliknya
“Kami telah memeriksa meskipun sebenarnya memiliki kemampuan dari Partai Terlarang, namun kalian tidak terlibat. Jadi silahkan lanjutkan pertarungan dengan semua kemampuan yang dimiliki,” ucap Patih Paladu yang mewakili para panitia.Hal itu jelas membuat Pangeran Mahesa jelas tidak puas dengan apa yang terjadi, namun tidak ada pilihan lain selain menggunakan kemampuan iblis yang dimilikinya. Sang Pangeran tidak paham justru hal itu untuk membuat dirinya tetap di panggung. Para panitia tidak ingin yang memenangkan Sayembara salah satu dari Angga dan Prana Sinta.Benar saja tiba-tiba Pangeran Mahesa seperti berubah menjadi sosok yang berbeda, ada orang lain yang menguasai dirinya. Matanya berubah merah persis seperti orang yang berasal dari Partai Gurun Perunggu.BRAKK!Tubuh Angga terpental cukup jauh, hampir saja keluar dari panggung. Jelas lawannya betul-betul menjadi sosok yang menakutkan sehingga harus diwaspadai dengan jurus andalan miliknya. Dar
Kembali Angga terhempas dari panggung, meskipun masih dapat selamat karena ditahan tiang panggung seberang yang pertama. Membuat dirinya masih bisa kembali untuk berdiri. Meskipun seluruh badannya sudah seperti korban bom yang meronta ingin diselamatkan.BREETAkhirnya Angga membuka bajunya karena sudah tak nyaman memakainya. Meskipun itu akhirnya akan ada sebuah tanda tentang identitas dirinya. Pemuda itu kini mempertontonkan badan berotot yang sangat rapi. Namun banyak sekali luka yang menggores tubuhnya, memperlihatkan kengerian.“Tanda klan Wastu Kencana?” Seketika Prabu Bajra Wastu Kencana berdiri, tercekat dengan apa yang dilihatnya.Sebuah tanda di punggung mirip sebuah hewan yang melingkari bukit dan lembah, membuat orang yang mengerti sangat tercekat.“Anak itu pasti putra mahkota yang hilang, tidak salah lagi!” Prabu Bajra Wastu Kencana betul-betul tak kuasa menyaksikan apa yang terjadi, mimpinya bahwa putra anak
“Cepatlah bertarung, lalu selesaikan pertarungan ini!”“Apa kau akan kalah denganku, Angga?” tanya Prana Sinta yang malah membuat kesal Angga. Padahal Adyaksa sudah bersiap membantu jika hal yang tidak diinginkan terjadi di tempat tersebut.“Ketek mu bau,” ucap Angga malah meledek untuk membuat Prana Sinta kesal.“Apa kau bilang tadi?” tanya Prana Sinta yang langsung menyerang Angga dengan kemampuan yang dimilikinya.BRAKKAngga terpukul mundur hingga terjatuh dari arena pertarungan, lelaki sinting itu sengaja mengalah, itu memang keinginan dari awal. Bahwa Prana Sinta yang harus menjadi pemenang.“Ternyata pertempuran yang kita anggap akan berlangsung seru justru tidak terjadi. Angga seperti sengaja mengalah, apa maksudnya ini?” Senopati Darmayaksa tampak kelas dengan tingkah Angga. Padahal semua berharap yang menjadi pemenangnya adalah Pendekar Macan Kumbang yang memiliki kedigdayaan paling t
Beruntung akibat dari seruan gadis paling dekat dengan itu, Angga dapat menghindari serangan yang datang. Ternyata bukan cuma satu yang datang, hal itu membuat Anggara harus bergerak sangat cepat.JLEP! JLEP! JLEP!Tiga buah panah sampai ke tempat yang berbeda, tidak mengenai sasaran. Hal itu jelas membuat semua orang kaget, tak menyangka jika ada kejadian yang tak terduga."Tuan Putri, lindungi Gusti Prabu!" ucap Anggara Wastu Kencana. Pemuda itu berteriak kencang ketika merasakan ada gerakan lain yang coba menyerang.Sebelum ucapan Angga dijawab oleh Tuan Putri Lintang Ayu Kencana, namun anak panah kembali datang. Sekarang yang berbahaya adalah Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana.TRANG!Namun beruntung ternyata Tuan Putri bergerak cepat, dia melompati tempat dia berada. Lalu mengeluarkan sebuah pedang yang digunakan untuk menahan serangan panah.Gerakan meliuk dilakukan oleh Tuan Putri Lintang Ayu Kencana de
"Tuan Seta Jelang, kau?" tanya Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana yang melihat jelas siapa orang yang memimpin pemberontakan. Dia sedang dilindungi oleh Ki Pramana ketika banyak orang ingin menyerang dirinya. Namun karena lokasinya tak jauh dari Seta Jelang tergeletak, sehingga tahu orang itu.Hal itu cukup mengagetkan ketika justru yang memberontak adalah orang Sindang Nagara. Jelas membuat Gusti Prabu seakan tidak percaya siapa yang menjadi orang yang menginginkan tahta Paladu.BRUKK!Angga Saksana tersungkur akibat tidak waspada dengan apa yang terjadi. Sehingga menerima tendangan dari Seta Jelang yang kini bisa berdiri lagi.Namun ternyata hal itu berbarengan dengan tersungkurnya Angga. Ki Pramana tiba-tiba ada orang yang menyerang dari belakang. Hal itu jelas membuat situasi semakin tidak menentu.Sosok yang membuat Ki Pramana terjatuh langsung menangkap Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana. Pimpinan Paladu itu langsung ditangkap d
"Jika kau tak memberikan kekuasaan Paladu kepada Lintang Ayu Kencana setelah kakaknya meninggal, ini semua tidak akan terjadi!"Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana sekarang paham apa yang sebenarnya terjadi. Semata-mata atas kekuasaan yang dirinya inginkan dari Kerajaan Paladu."Bukankah itu tidak akan menurunkan dirimu sebagai Patih? Ketika ayahmu tewas, kau langsung diangkat oleh mendiang ayahku. Apakah aku pernah berfikir untuk menyingkirkan dirimu, Singa Maruta?"Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana tampak sangat kecewa, tak percaya orang paling dekat dengannya mengkhianatinya."Itu benar, namun sayangnya aku diberi tawaran yang menarik." jawab orang yang ternyata sudah bersiap untuk membawa Gusti Prabu ke penjara gelap.Situasi jelas membuat Paladu sudah dalam keadaan genting, Gusti Prabu Bajra Wastu Kencana sepertinya harus merelakan tahtanya.Hal itu jelas membuat para pejuang baru sadar bahwa bukan Sang Prabu Bajra Wastu Ken
"Ilmu Membunuh Jarak Jauh?" tanya Patih Singa Maruta. "Siapa yang melakukan ini?"Semua tampak terdiam dengan apa yang terjadi, tak disangka jika salah satu anggota mereka langsung tewas.Namun orang yang membunuh Seta Jelang belum muncul, itu jelas membuat situasi menjadi kacau kepada pihak Singa Maruta. Mengingat kematian tersebut membuat yang tersisa hanya Manusia Pasir. Namun orang tersebut juga entah kemana, belum terlihat batang hidungnya. Apalagi Kala Pitung pergi juga entah kemana, hal itu jelas membuat situasi tak menguntungkan untuk pihak Sindang Nagara."Ternyata benar dugaan ku, ternyata orang yang dikejar tokoh kedigdayaan dan yang ikut sayembara adalah orang yang sama?!"Patih Singa Maruta sepertinya baru menyadari hal itu, bahwa Angga dan Gara adalah orang yang sama.Apalagi ketika melihat siapa yang datang membantu, yaitu Adyaksa alias Pendekar Rajawali Putih. Kini Angga dan Adyaksa sudah siap melawan Pasukan yang
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah