"Ilmu Membunuh Jarak Jauh?" tanya Patih Singa Maruta. "Siapa yang melakukan ini?"
Semua tampak terdiam dengan apa yang terjadi, tak disangka jika salah satu anggota mereka langsung tewas.
Namun orang yang membunuh Seta Jelang belum muncul, itu jelas membuat situasi menjadi kacau kepada pihak Singa Maruta. Mengingat kematian tersebut membuat yang tersisa hanya Manusia Pasir. Namun orang tersebut juga entah kemana, belum terlihat batang hidungnya. Apalagi Kala Pitung pergi juga entah kemana, hal itu jelas membuat situasi tak menguntungkan untuk pihak Sindang Nagara.
"Ternyata benar dugaan ku, ternyata orang yang dikejar tokoh kedigdayaan dan yang ikut sayembara adalah orang yang sama?!"
Patih Singa Maruta sepertinya baru menyadari hal itu, bahwa Angga dan Gara adalah orang yang sama.
Apalagi ketika melihat siapa yang datang membantu, yaitu Adyaksa alias Pendekar Rajawali Putih. Kini Angga dan Adyaksa sudah siap melawan Pasukan yang
"Jadi kau sudah paham sebelumnya, jika Paman Ranu Paksi yang melakukan hal ini?" tanya Adyaksa yang tak menyangka jika Angga jauh lebih cerdas dari apa yang dia bayangkan.Angga hanya garuk-garuk kepala, antara mengerti atau tidak."Apa paman tahu kenapa Paman terlambat?" tanya Angga malah bertanya balik.“Ranu Paksi? Kau sebenarnya masih hidup?” tanya Ketua Partai Telaga Emas yang seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Tentu saja, aku sengaja ingin lihat sepak terjang Partai Telaga Emas. Apakah dapat terkena hasutan Seta Jelang atau tidak.” Ucap Ranu Paksi yang tersenyum. Ternyata orang yang menghampiri Angga sebelumnya adalah Ranu Paksi yang menyamar menjadi Kala Pitung.***Sementara itu, kita akan beralih sejenak kenapa Adyaksa tiba-tiba menghilang dari arena pertarungan. Adyaksa mengeluarkan suara ketika dia berada di belakang Istana Paladu. Sahabat Angga itu percaya jika
"Ceritanya panjang, yang harus kita lakukan adalah kembali ke arena pertarungan secepatnya?!""Memangnya apa yang terjadi?" tanya Pendekar Matahari tampak ikut khawatir. Padahal sebenarnya pemuda itu pendiam, namun situasi yang membuatnya harus bicara."Ada yang mengincar Tuan Putri Lintang Ayu Kencana dan Anggara Wastu Kencana," jawab perempuan tersebut."Apa karena....?" tanya Pendekar Matahari."Betul, ada orang pemerintahan Sindang Nagara di tempat ini. Tahu jika keduanya adalah orang yang dapat menggagalkan rencana orang dari Sindang Nagara tersebut," jawab perempuan lagi."Lalu bagaimana dengan Adyaksa itu, dimana dia sekarang?" tanya Pendekar Matahari."Bukankah dia ada di arena pertarungan di dekat pasar Kota Paladu?" tanya perempuan itu tercekat."Aku keluar dari tempat itu mengikuti dia, namun kehilangan jejak. Hingga tak sengaja melihat ada banyak orang yang bergerak ke luar Kota Pa
"Pasukan dari Sindang Nagara?" tanya Adyaksa yang paham tentang pakaian yang dipakainya. Mereka ada pasukan khusus dari daerah yang jauh lebih besar dari Paladu tersebut."Maafkan kami terlambat, ternyata ada banyak penjaga di luar Kota Paladu!""Benar, ternyata ada orang yang juga ingin berniat tidak baik juga di luar sana," ucap pimpinan lain dari Sindang Nagara."Apa Paman mengenal mereka, seperti asing bagiku?" tanya Angga kepada Ranu Paksi yang ada di samping dirinya."Entahlah aku juga tak kenal, mereka pasti anak buah orang Sindang Nagara!"Angga paham dengan apa yang diucapkan oleh pamannya, bahwa Kerajaan Sindang Negara sedang kacau. Sudah banyak orang asing yang menjadi prajurit dari Kerajaan yang dipimpin oleh Raja baru Sindang Nagara itu."Cepat bantu kami, mereka orang-orang yang sedang kalian cari," ucap Singa Maruta berteriak kepada pimpinan pasukan Sindang Nagara."Apa maksudmu?" tanya seo
Para prajurit dari Sindang Negara banyak yang tumbang akibat serangan dari Ranu Paksi yang mengerikan. Namun ada orang yang memiliki kekuatan luar biasa dari Pasukan Sindang Negara. Mereka dijuluki sebagai Sepasang Harimau, keduanya setara Senopati. Hal yang membedakan hanya satu, mereka Picak dengan kata yang berbeda. Harimau Picak Kanan dengan mata kiri yang tak melihat, dengan Harimau Picak Kiri mata kanan yang tidak ada.Bahkan Prana Sinta dibuat kepayahan dengan keduanya yang sangat luar biasa. Cara bertarung mereka seperti dua orang yang sangat piawai menggunakan pedang secara bersamaan.Ki Pramana yang ikut membantu bahkan dibuat kepayahan, dia tak mampu melawan Sepasang Harimau. Jelas membuat perempuan itu tak bisa menguasai diri, ketika lawannya menyerang.BRUKK!Ki Pramana tumbang akibat serangan Sepasang Harimau. Keduanya sangat berbahaya, membuat khawatir Adyaksa yang sedang melawan Singa Maruta.Ketua Partai Lem
Ranu Paksi terpental cukup jauh, akibat serangan dari Harimau Picak Kiri. Membuat Angga Saksana harus menghadapi Harimau Picak Kanan agar menghindari serangan susulan kepada pamannya.Namun teriakan seseorang membuat Angga dan Adyaksa tampak terkejut ketika Tuan Putri terkena serangan Harimau Picak Kiri. Hal itu mengingat Senopati Darmayasa hanya fokus ke pertempuran melawan Ketua Partai Telaga Emas.Sehingga Tuan Putri memilih untuk membantu Ranu Paksi, sama seperti yang dilakukan oleh Angga Saksana.Namun hasilnya Tuan Putri terluka parah, hingga Angga harus melindungi gadis yang paling dekat dengannya itu."Apa kau masih bisa berdiri, Lintang?" tanya Angga kepada adiknya itu. Keduanya sudah saling sadar bahwa mereka berdua adalah kakak beradik."Seperti aku terkena pedang, namun masih bisa bertahan." jawab Tuan Putri Lintang Ayu Wardani masing-masing terengah-engah untuk menghadapi lawannya. Terlebih lawan yang haru
"Terus dengan perempuan yang bersama Seta Jelang, kalau tidak salah dia juga memiliki ilmu Macan Putih?" tanya Angga Saksana yang masih tampak penasaran dengan apa yang terjadi. "Macan Putih adalah adikku sendiri yang memutuskan membantu Sindang Negara. Dia sebenarnya tidak memiliki kedigdayaan dariku secara langsung!" "Jadi dia sebenarnya?" tanya Tuan Putri Lintang Ayu Wardani yang juga belum paham. Anggara Wastu Kencana dan Lintang Ayu Kencana saling menatap, tanda belum paham apa yang sebenarnya terjadi. Mengingat mereka belum pernah sama sekali saling bertarung satu sama lain. "Meskipun kalian belum pernah bertarung berdua, namun kalian sudah menguasai caranya!" "Lalu bagaimana kami paham dengan apa yang harus dilakukan satu sama lain?" tanya Angga Saksana tampak bingung dengan apa yang terjadi. "Ingatlah kejadian sepuluh tahun yang lalu, ketika aku menemui kalian berdua sudah diajari dasarnya!" "Jad
Namun Singa Maruta semakin terkesima ketika melihat apa yang terjadi pada pertarungan. Kini Harimau Picak Kanan sudah membantu pasangannya. Membuat dua orang dengan gaya bertarung berpasangan saling bertarung satu sama lain.Namun suara ambruk terdengar ketika Harimau Picak Kiri ambruk menghantam gazebo yang berada di dekat area pertarungan. Sehingga membuat lelaki itu tampak meringis, menahan rasa nyeri di seluruh tubuhnya.Harimau memang lawan yang sangat sulit untuk dikalahkan, meskipun Angga dan Lintang memiliki kemampuan hebat. Berkat ilmu warisan Sepasang Macan Kumbang, namun lawannya masih sangat kuat.KRAKK!Namun ada suara lagi terjadi ketika Angga Saksana dan Tuan Putri Lintang Ayu Wardani terbang ke atas. Sampai tak terlihat oleh dua lawannya yang masih merasakan nyeri akibat pertarungan sebelumnya.Harimau Picak Kiri yang baru bangun dari reruntuhan gazebo. Dibuat kaget akibat serangan dari langit yang tiba-tiba
Apalagi ketika melihat Ranu Paksi kepayahan menghadapi Senopati Darmayasa, meskipun sudah dibantu oleh Ayu Dyah. Keduanya tampak kesulitan menghadapi Senopati Darmayasa yang memiliki kekuatan setara dengan Sepasang Maut Mata Picak."Oh jadi kalian mau main keroyokan denganku?" tanya Senopati Darmayasa. "Tetapi aku bukan lawan yang mudah dikalahkan!""Kamu juga tidak berniat mengalahkan dirimu!""Lalu apa maumu?" tanya Senopati Darmayasa yang semakin kesal ketika Angga Saksana malah bicara seenaknya. Jelas membuat lelaki itu tak punya pilihan lain selain menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya.Melihat apa yang terjadi, Singa Maruta ingin membantu Senopati Darmayasa. Meninggalkan Adyaksa yang menjadi lawan berat, sehingga sulit dikalahkan."Kau mau pergi ke mana, Gusti Patih?" tanya Adyaksa tampak kesal kepada lawannya yang hendak pergi."Aku tidak punya urusan denganmu, lebih baik melawan yang lain," ucap Patih
Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me
"Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman
"Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda
“Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan
Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh
"Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***
Lokajaya kemudian menjelaskan tentang keterlibatan Randu Paksi yang menyamar menjadi Topeng Putih. Saka Wulan dan Saka Surya juga muncul selain beberapa orang yang menjadi bagian Paladu lainnya."Tidak mungkin, kau pasti bohong. Mana mungkin Randu Paksi masih hidup?" tanya perempuan dari Sepasang Walet Merah."Dia ternyata hanya pura-pura mati, sehingga dapat menyaksikan apa yang terjadi di Paladu!"Semakin kaget ekspresi wajah semua orang yang ada di ruang pertemuan. Mengingat hal itu jelas sebuah ancaman yang dapat membuat para pimpinan Sindang Nagara kembali kehilangan jabatannya."Aku yakin bukan dia yang menyebabkan dirimu seperti ini, Lokajaya?" tanya Raja lagi terus berkacak pinggang. Terus menatap wajah Lokajaya yang memiliki sorot wajah yang an
"Mohon maaf Raja, ada orang dari Paladu yang menghadap!" ucap salah satu prajurit dengan nada cemas, entah apa yang terjadi sebenarnya."Namun mereka sepertinya terluka parah," tambah prajurit yang satu lagi."Siapa mereka?" tanya Raja sambil berdiri dari tempat duduknya.Kedua prajurit tampak bingung mulai bicara dari mana, mengingat mereka terluka parah. Meskipun pada akhirnya tidak ada pilihan lain selain jujur kepada junjungan nya daripada kena damprat akibat tidak menaati perintah.“Kenapa diam? Katakan siapa yang datang menghadap?” tanya Raja Sindang Nagara yang baru saja menjadi Raja.“Mereka yang bertugas untuk menaklukan Kerajaan Paladu,” ucap salah satu prajurit sambil memberi hor
"Muridmu harus menerima takdir sebagai penerus Iblis Ular Hijau," ucap Angga pada akhirnya bicara. Jelas membuat perempuan itu terkejut bukan main, bagai petir di siang bolong. "Jadi Lintang Ayu putri Dewi Cadar Putih?" tanya Randu Paksi yang mengenal siapa sebenarnya Dewi Cadar Putih. Perempuan yang menjadi tabib karena memiliki racun dalam tubuhnya. Keterkejutan bertambah jika Dewi Cadar Putih ternyata adalah Cempaka Ayu. "Bukan hanya itu, Cempaka Ayu adalah Gusti Permaisuri yang telah lama hilang!"Angga kemudian menjelaskan hal yang terjadi, jelas membuat Randu Paksi begitu kaget. Namun dia mencoba untuk tenang, memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setidaknya banyak kesulitan di masa lampau membuat Randu Paksi dan Angga bisa lebih bijak dalam menyikapi suatu hal. Terlebih hal tersebut mengenai urusan dendam atas kematian yang ada."Apa kau punya gagasan untuk menyelamatkan Tuan Putri?" tanya Randu Paksi menunggu ide datang dari Angga. "Orang yang sudah meminum darah