”Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja!” usul Riris Manik. “Kita secepatnya menggempur Kerajaan Parangbawana. Kalau kita serbu sekarang, kemungkinan mereka belum siap menghadapi serangan. Serangan yang terduga ini nanti bisa mengacaukan mereka. Bahkan bisa saja nanti kita dengan mudahnya menundukan Parangbawana.”
Semangat sekali Riris Manik mengajukan usulannya. Usulan menghancurkan Parangbawana merupakan keinginan terpendam sejak dirinya mendengar kabar bahwa Parangbawana menginginkan Keksi Anjani meninggalkan Pesanggrahan Alas Waru dengan alasan, hutan ini masih termasuk wilayah Parangbawana.
Riris Manik menganggap raja yang berkuasa di Parangbawana adalah raja yang sok jagoan seperti raja di Krendobumi. Waktu itu penguasa Krendobumi juga berbuat serupa, menganca Riris Manik agar meninggalkan sanggar atau pesanggrahannya. Tentu saja Riris Manik tidak mau meninggalkan sanggarnya.
Tetapi sayangnya, Riris Manik tidak bisa mempertahank
”Karena di dalam sana sudah ada ratusan orang anak buah Keksi Anjani. Mereka semua sudah siap merejam tubuh kalian dengan ratusan anak panah...,” sahut suara dari atas pohon yang tinggi. “Tubuh kalian bakal ditembusi anak panah yang mata panahnya terbuat dari baja. Bisa saja mata anak panah mereka mengandung racun berbahaya. Tubuh kalian yang tertembus panah-panah itu bakal keracunan. Kalian akan mati dalam beberapa kejapan mata!” Sengkalis, Godar, dan para prajurit melihat ke atas. Mereka kaget atas kemunculan Suro Joyo yang tidak disangka-sangka. Suro Joyo sudah ada di areal hutan sejak tadi. Dia sempat mendengar pembicaraan Sengkalis dengan Godar mengenai situasi terakhir yang mereka alami. Tujuan kedatangan Suro Joyo ke Pesanggrahan Alas Waru berbeda dengan para punggawa dan prajurit Parangbawana. Namun Suro Joyo tidak ingin bersaing dengan para utusan dari Kerajaan Parangbawana. Suro Joyo ingin kerja sama dengan mereka. Kalaupun tidak saling membantu, dirinya ti
“Maaf, Kisanak Suro Joyo,” sela Sengkalis dengan nada rendah dan sikap sangat sopan. Takut menyinggung perasaan orang lain. Sebuah sikap tulus dan mriyayi. Mriyayi dalam makna seperti sikap priyayi, yakni masyarakat kelas menengah ke atas. Sosok priyayi biasanya sopan, santun, halus tutur katanya, dan selalu berhati-hati dalam berkata, bersikap, dan bertindak. Sengkalis termasuk priyayi karena dirinya senapati sebuah kerajaan yang besar. Senapati merupakan pangkat yang tinggi. Senapati memiliki pengaruh yang kuat dalam sebuah kerajaan. Kalau sikapnya mriyayi merupakan sesuatu yang wajar. “Iya, ada apa, Senapati Sengkalis?” Suro Joyo bertanya dengan nada tenang, lembut, membuat orang yang bertanya menjadi nyaman. Suro Joyo, senorak apa pun, juga termasuk priyayi. Meskipun dia secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari ayahandanya, menolak untuk menjadi calon raja, tetap masuk golongan keluarga kerajaan. Maka kalau
Riris Manik dan Mayang Kencana melakukan serangan secara bersamaan terhadap Suro Joyo. Mereka menyerang menggunakan tangan kosong dengan jurus-jurus masing-masing. Gerakan keduanya sangat cepat untuk menundukkan lawan. Keduanya selama ini memendam rasa geram akibat tindakan Suro Joyo. Dia telah menghancurkan Sanggar Teratai Perak yang kudirikan dengan susah payah. Kata Riris Manik dalam hati. Dia juga telah menghanguskan cemeti saktiku sampai jadi abu. Kini saatnya aku hancurkan tubuhnya seperti saat dia menghancurkan Sanggar Teratai Perak. Ini kesempatan terbaik yang tidak boleh disia-siakan. Riris Manik berusaha secepat-cepatnya bisa menghantam bagian tubuh mana pun dari pihak lawan. Tujuan Riris Manik hanya satu, Suro Joyo mati sekarang juga. Bukan mati dengan mudah, tapi mati dengan cara yang mengenaskan. Pada saat yang sama Mayang Kencana juga melancarkan serangan segencar yang dilakukan Riris Manik. Seperti halnya Riris Manik, Mayang K
Riris Manik dan Mayang Kencana tidak ingin Suro Joyo bisa keluar dari Hutan Alas Waru dalam keadaan hidup. Kedua pendekar cantik itu menginginkan kematian Suro Joyo saat ini juga. Kalau bisa, serangan untuk yang kesekian kali dilakukan secara bersamaan bisa membuat Suro Joyo tewasDendam kesumat memang bisa menumbuhkan rasa kebengisan dari seseorang muncul. Rasa bengis, kejam, tegaan, dan tidak ada belas kasihan bisa muncul pada siapa saja yang hatinya telah tertanam benih-benih dendam.Riris Manik dan Mayang Kencana telah memendam dendam pada Suro Joyo karena mereka merasa dirugikan. Bukan hanya dirugikan secara kebendaan, tetapi malah ada yang kehilangan orang-orang tercinta karena tewas saat bertarung melawan Suro Joyo.Serangan kali ini harus berhasil. Kata Riris Manik di dalam hati. Kalau sampai Suro Joyo bisa lolos, menghindar, atau kabur, maka sulit bagiku untuk mencari dan menemukan pendekar berotak aneh itu. Aku yakin Mayang Kencana s
Ruang khusus yang terdapat di dalam kamar pribadi Keksi Anjani benar-benar sebuah ruangan yang sangat tertutup. Ruangan ini remang-remang karena hanya mendapatkan penerangan dari lobang angin.Selama tinggal di Pesanggrahan Alas Waru, baru pertama kali ini Palasih masuk ruang rahasia tersebut. Keksi Anjani melarang keras siapa saja anggota masuk ruang rahasia tanpa seijinnya. Dia tak menyebutkan alasannya.Belum lama ini Palasih tahu alasannya. Ternyata di ruang rahasia ini tersimpan sebuah kitab yang berisi tentang rahasia Ajian Maruta Seketi.“O…, ternyata ruangan ini digunakan untuk menyimpan kitab yang selama ini sangat adirahasiakan terhadap siapa pun,” kata Palasih pada diri sendiri. “Pantas tidak ada yang boleh masuk ruangan ini kecuali si sundal tengik itu.”Palasih menyebut Keksi Anjani ‘sundal tengik’ karena sebuah peristiwa yang membuatnya kecewa. Bahkan sangat kecewa. Atau lebih dari sekadar kecewa. P
Kalau terus menghindar seperti ini, aku bisa lengah dan celaka. Kata Godar dalam hati. Permainan pedangnya memang tak bisa dipandang enteng. Dia ternyata memiliki kehebatan dalam memainkan pedang. Godar merasa keteter kalau menghadapi Palarum yang bersenjata pedang hanya menggunakan tangan kosong. Godar pun cepat mencabut pedangnya, sehingga dapat menangkis setiap tusukan pedang lawan. Keduanya sama-sama mempunyai keahlian seimbang dalam menggunakan pedang. Beberapa kali Palarum mempunyai peluang untuk melukai lawan, tapi Godar berhasil menangkis. Terdengar dentingan pedang yang nyaring dan memekakkan telinga. Ketika edua pedang beradu, Palarum merasakan tangannya bergetar hebat. Dia mengakui lawannya memiliki kekuatan hebat saat mengayunkan pedangnya. “Wow…, lumayan juga permainan pedangmu!” kata Palarum sambil tetap waspada. Dia pasang kuda-kuda yang kokoh untuk kembali menyerang. “Namun lihat jurus-jurusku selanjutnya! Hiaaat…!” P
Godar sejak tadi sudah merasa bahwa posisi pasukan Parangbawana mulai terdesak. Banyak prajurit berguguran di tangan lawan. Lebih-lebih sekarang Suro Joyo yang secara langsung atau tidak langsung membantu Parangbawana dalam keadaan terluka dan dibawa kabur oleh Banaswarih. Kalau keadaan seperti ini terus berlangsung, maka lama kelamaan pasukan Parangbawana bisa tumpas. Kata Godar dalam hati. Pasukan Parangbawana bisa habis tak tersisa. Sehebat apa pun pasukan Parangbawana, mereka sebagian kalah mengenali medan pertempuran, sehingga mudah ditundukkan lawan. Pasukan Parangbawana banyak yang gugur karena kalah mengenal areal pertempuran. Ketika Sengkalis memberi isyarat kepada dirinya, Godar sudah tanggap. Dia memberikan isyarat balik pada Sengkalis bahwa dirinya sudah paham akan isyarat yang diberikan Sengkalis. ”Mundur...!” teriak Sengkalis lantang. Suaranya menggema membelah angkasa. Dia berharap seluruh pasukan Parangbawana yang tersisa bis
Mereka berdua keluar dari goa. Mereka berdua terbelalak kaget demi dilihatnya sosok pendekar wanita yang berdiri membelakangi mereka. Sosok itu memandang lurus ke timur. Tempat ke arah matahari terbit. Janurwasis dan Palasih tahu siapa wanita yang berdiri tegak dalam posisi membelakangi. Wanita pendekar. Wanita cantik yang menjadi pendiri Pesanggrahan Alas Waru! Ya…, dia Keksi Anjani! Janurwasis sebagai orang selama ini naksir, menginginkan Keksi Anjani untuk dijadikan istri, tentu sangat mengenal Keksi Anjani. Baik dari segi fisik, tubuh, kecantikan, Janurwasis sangat hafal. Begitu juga dengan Palasih. Palasih anak buah sejak lama. Tentu saja Palasih sangat mengenali bentuk tubuh tuan putrinya itu. Keksi Anjani sengaja memunggungi kedua orang yang sama-sama dia anggap pengkhianat dan jahat. Palasih dia anggap pengkhianat karena telah mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Janurwasis dia anggap jahat karena telah memperdaya Palasih, sehingga mencuri kitab rahasia
CataAkibat kena hantaman Ajian Maruta Seketi, tubuh melesat tinggi ke langit dengan tubuh berputar. Namun kali ini Suro Joyo bisa menguasai angin puting beliung. Dia bersalto beberapa kali sehingga lepas dari kisaran angin puting beliung Ajian Maruta Seketi. Malah dengan gesitnya dia menghantamkan pukulan Rajah Cakra Geni ke arah lawan saat dirinya melayang ke bumi! Sinar merah melesat ke arah Keksi Anjani yang sudah berada pada keadaan luka. Dia berusaha menghantamkan ajiannya dengan menggunakan tangan kiri. Paniratpati tidak tega mengetahui keadaan Keksi Anjani. Dia menyambar tubuh Keksi Anjani. Dia bawa lari ke tempat yang aman, lalu meletakkannya di bawah pohon besar. Leretan ajian dari Suro Joyo menghantam batu besar. Batu itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Bahan ada yang menjadi debu. Debu melayang ke udara bebas. ”Paniratpati..., kalau kamu ingin mempersuntung diriku, habisi Suro Joyo terlebih dahulu!” rayu Keksi Anjani dekat telinga Paniratpati. Laki-laki muda berwa
Godar mundur beberapa langkah untuk menghindari tendangan yang lebih keras dan mematikan. Setelah berjarak beberapa tombak, Godar berhasil menguasai diri. Dia pasang kuda-kuda lagi sambil mengarahkan pedang yang ujungnya telah patah, ke arah lawan.“Wooo, kamu bisa selamat dari serangan pertamaku,” kata Rumpang. “Hanya pedangmu yang patah, bukan lehermu! Kalau orang lain, mungkin ada anggota tubuh yang kutung.”“Aku berbeda dengan siapa pun, termasuk denganmu,” sahut Godar untuk mencari celah-celah kelemahan supaya bisa menundukkan lawan. “Kalau orang lain mati akibat serangan pedang bajamu, tetapi aku tidak. Aku masih bisa menandingi serangan pedang baja.”“Baiklah, kalau pada serangan pertama kamu bisa lolos dari maut, sekarang kamu tidak bisa lolos lagi, hiaaat!” kata Rumpang sambil menyabetkan pedang bajanya. Rumpang pmengalirkan tenaga dalam ke tangan kanan yang menggenggam pedang baja warna hitam.
Benturan keras dua pedang tak terhindarkan. Saat menangkis tadi, gerakan Sengkalis agak terlambat. Pedang Sengkalis melencong. Melenceng. Menyerempet bahu kiri lawan. Palarum terperanjat setelah menyadari bahwa dirinya merasakan sengatan panas akibat goresan kecil pedang di tangan Sengkalis.Palarum mundur beberapa langkah untuk melihat luka di bahu kirinya. Dia lihat hanya goresan kecil akibat terserempet ujung pedang Sengkalis.“Ternyata tidak parah,” gumam Palarum. “Aku bisa menyerang lagi untuk menghabisinya. Seperti yang pernah dikatakan Gusti Putri Keksi Anjani, dengan cara apa pun, lawan harus dilenyapkan!”Sengkalis yang lolos dari sabetan pedang lawan yang mengarah kepala, juga mundur beberapa langkah. Meskipun ujung pedangnya tadi telah menggores bahu kecil Palarum, tapi Sengkalis tetap pasang kuda-kuda untuk menyongsong serangan lawan. Dia lihat Palarum telah siap melakukan serangan lagi dengan ujung pedang mengarah ke depan. M
Setiap ingat kematian Riris Manik dan Mayang Kencana, Keksi Anjani jadi naik pitam. Kemarahannya meledak-ledak tak terkendali. Dua saudara seperguruan telah tewas oleh Suro Joyo. Hanya satu cara dendam Keksi Anjani terlampiaskan, bunuh Suro Joyo. Tak ada hal lain yang bisa menuntaskan kemarahan dan dendam Keksi Anjani kecuali kematian Suro Joyo.Keksi Anjani mengumpulkan segenap tenaga dalamnya pada kedua telapak tangan. Dia ingin melancarkan serangan tangan kosong. Satu jurus dia siapkan untuk menyerang, tapi Suro Joyo tiba-tiba menahan Keksi Anjani supaya tidak menyerang terlebih dulu.”Tunggu! Aku perlu memberi penjelasan padamu dulu,” kata Suro Joyo dengan tenangnya. ”Bukannya aku sombong, memang beginilah pembawaanku. Sifatku seperti ini. Aku kadang-kadang suka bercanda. Mungkin karena kata-kataku kadang-kadang ada yang kasar, mungkin orang-orang menyebutku sombong.”Keksi Anjani menahan gerakannya untuk lawan sedang berbicara untuk
Suro Joyo menghela napas sejenak sambil mengingat-ingat mimpi yang dialaminya saat dirinya tidur. Tepatnya pingsan, lalu dilanjutkan tidur. Waktu pingsan dan tidur itu selama sehari semalam. Berapa lama dirinya pingsan dan berapa waktu pingsan, Suro Joyo tidak tahu. Pingsan dan tidur dialami manusia dalam keadaan tidak sadar. Suro Joyo mimpi saat dirinya tidur.“Tadi aku mimpi didatangi seorang pendekar muda yang umurnya sebaya denganku,” Suro Joyo memulai cerita mimpinya. “Wajah orang itu persis dengan wajahku. Hanya bedanya pakaian yang dikenakannya berwarna kuning. Mulai baju, celana, dan ikat kepala, semua berwarna kuning.”Banaswarih, Bandem, dan Lunjak mendengarkan cerita Suro Joyo sambil mengamati pakaian Suro Joyo yang serba putih. Pakaian yang dikenakan Suro Joyo robek-robek di sana-sini karena kena Ajian Maruta Seketi kemarin.“Pendekar muda yang mirip aku itu membentak-bentakku dengan suara keras,” lanjut Suro Joyo.
Ketika bangun dari pingsannya, Suro Joyo merasa dirinya berada di sebuah tempat yang asing. Dia kini juga bertatapan dengan tiga orang yang asing. Padahal, baru saja dirinya mimpi ditemui sosok yang membuatnya terbangun. Terbangun dari pingsan, juga tidur selama sehari semalam.Suro Joyo duduk sambil mengucek-ngucek mata beberapa kali. Dia ingin memastikan bahwa dirinya sedang sadar. Sudah bangun dari mimpinya. Mimpi yang membuatnya merasa ngeri karena bentakan orang dalam mimpi yang tidak pernah dikenalnya!“Eh…, maaf, kalian ini siapa?” tanya Suro Joyo kepada tiga orang yang menungguinya selama Pendekar Kembara Semesta itu tak sadar diri. “Dan…, aku ini di mana sekarang?”“Namaku Banaswarih,” jawab kesatria tampan itu. “Ini anak buahku, Bandem dan Lunjak.”Banaswarih melanjutkan perkataannya, “Coba Kisanak Suro Joyo ingat kembali peristiwa kemarin. Kemarin Kisanak bertarung melawan Keks
Keksi Anjani tahu bahwa Palasih ingin mengincar nyawanya. Pedang di tangan Palasih yang sekarang berada di ketinggian, siap membabat leher Keksi Anjani. Keksi Anjani menyadari bahwa Palasih tak kan ragu sedikit pun untuk menghabisi dirinya. Palasih sangat bernafsu untuk membunuh bekas pemimpinnya. Perasaan dendam Palasih terhadap Keksi Anjani membuatnya tega melakukan perbuatan keji. Perbuatan keji yang dilakukan Palasih ada dua. Pertama Palasih mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Perbuatan keji kedua, yang sekarang akan dia lakukan. Palasih sangat yakin dirinya bakal bisa memenggal Keksi Anjani! Saat Palasih berada berada di atasku, ini kesempatan yang baik. Kata hati Keksi Anjani. Ini kesempatan yang kutunggu-tunggu. Setiap lawanku melesat ke udara, maka itu kesempatan nyata yang tidak boleh disia-siakan. Aku bisa melakukan sesuatu yang menguntungkan diriku. Benar, kesempatan tersebut tidak disia-siakan Keksi Anjani. Dia menghantamkan ajian
Mereka berdua keluar dari goa. Mereka berdua terbelalak kaget demi dilihatnya sosok pendekar wanita yang berdiri membelakangi mereka. Sosok itu memandang lurus ke timur. Tempat ke arah matahari terbit. Janurwasis dan Palasih tahu siapa wanita yang berdiri tegak dalam posisi membelakangi. Wanita pendekar. Wanita cantik yang menjadi pendiri Pesanggrahan Alas Waru! Ya…, dia Keksi Anjani! Janurwasis sebagai orang selama ini naksir, menginginkan Keksi Anjani untuk dijadikan istri, tentu sangat mengenal Keksi Anjani. Baik dari segi fisik, tubuh, kecantikan, Janurwasis sangat hafal. Begitu juga dengan Palasih. Palasih anak buah sejak lama. Tentu saja Palasih sangat mengenali bentuk tubuh tuan putrinya itu. Keksi Anjani sengaja memunggungi kedua orang yang sama-sama dia anggap pengkhianat dan jahat. Palasih dia anggap pengkhianat karena telah mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Janurwasis dia anggap jahat karena telah memperdaya Palasih, sehingga mencuri kitab rahasia
Godar sejak tadi sudah merasa bahwa posisi pasukan Parangbawana mulai terdesak. Banyak prajurit berguguran di tangan lawan. Lebih-lebih sekarang Suro Joyo yang secara langsung atau tidak langsung membantu Parangbawana dalam keadaan terluka dan dibawa kabur oleh Banaswarih. Kalau keadaan seperti ini terus berlangsung, maka lama kelamaan pasukan Parangbawana bisa tumpas. Kata Godar dalam hati. Pasukan Parangbawana bisa habis tak tersisa. Sehebat apa pun pasukan Parangbawana, mereka sebagian kalah mengenali medan pertempuran, sehingga mudah ditundukkan lawan. Pasukan Parangbawana banyak yang gugur karena kalah mengenal areal pertempuran. Ketika Sengkalis memberi isyarat kepada dirinya, Godar sudah tanggap. Dia memberikan isyarat balik pada Sengkalis bahwa dirinya sudah paham akan isyarat yang diberikan Sengkalis. ”Mundur...!” teriak Sengkalis lantang. Suaranya menggema membelah angkasa. Dia berharap seluruh pasukan Parangbawana yang tersisa bis