”Lho..., nanti dulu! Hutan ini milik siapa? Apa milik kakek moyangmu, kok kamu nyuruh-nyuruh aku meninggalkan tempat ini?” tanya Suro Joyo dengan gaya jenaka. “Enak saja main usir orang!”
“Hei, dengar! Hutan ini milik Gusti Ayu Keksi Anjani. Karena hutan ini telah menjadi milik beliau, maka siapa pun tidak boleh sembarangan masuk hutan ini. Aku mendapat tugas untuk menjaga hutan ini. Aku berhak mengusir siapa saja dari hutan ini.”
“O…, jadi Keksi Anjani merasa hutan ini miliknya? Rasanya sulit dipercaya. Oh ya, kapan Keksi Anjani membeli hutan ini dari raja Parangbawana? Seingatku, hutan ini masih termasuk wilayah Kerajaan Parangbawana. Sampai sekarang, belum ada pengakuan dari pihak Parangbawana yang menyatakan bahwa hutan ini milik Keksi Anjani.”
Arum Sarastri merasa geram. Tak sadar kedua tangan yang sejajar dengan tubuh mengepal. Ingin rasanya kugampar mulut Suro Joyo. Dia berkata seena
Mendadak wajah Palasih murung. Ada gelayut mendung terhampar pada wajah cantiknya.”Aku belum bisa menemukan Kitab Maruta Seketi,” lirih suara Palasih. Penuh nuansa minta maaf dan pengakuan kegagalan. “Jangankan menemukan, melihat bentuknya saja belum pernah. Kamu tentu paham, Janurwasis. Kitab itu berisi rahasia ilmu dan ajian andalan Keksi Anjani. Tentunya dia akan menyimpan di sebuah tempat yang sangat rahasia.””Untuk kali ini aku bisa memahami, Palasih,” hibur Janurwasis. “Namun lain kali kamu mesti menggunakan segala cara agar dapat mengetahui penyimpanan kitab. Terserah bagaimana caranya, kamu usahakan bisa menemukan kitab rahasia ilmu dan ajian Keksi Anjani.””Janurwasis…,” panggilan penuh bujuk rayu Palasih yang masih dalam pelukan Janurwasis. “Kalau kitab itu berhasil kutemukan, apakah kamu langsung mengawiniku?”“O, tentu, Palasih,” mantab kata-kata Janur
Kaki Paniratpati menapak di lantai ruang utama. Keksi Anjani segera melesat dengan pukulan beruntun di wajah lawan. Paniratpati menangkis setiap pukulan Keksi Anjani. Puluhan pukulan selalu berhasil ditangkis. Suatu saat Keksi Anjani berusaha mencuri kesempatan dengan cara menendangkan kaki kanan ke perut lawan.Si Badak Lereng Kelud selalu waspada. Dia juga menggunakan kaki kanan untuk menangkis tendangan lawan. Beberapa kali Keksi Anjani berusaha mencuri kesempatan. Namun untuk ke sekian kali dia gagal. Maka Keksi Anjani mundur beberapa langkah ke belakang. Siap melancarkan serangan dengan jurus ketiga.Paniratpati ternyata bukan sembarang pendekar. Namanya sudah kesohor di dunia persilatan. Kata hati Keksi Anjani. Semula aku meragukan kemampuannya. Namun sekarang aku baru percaya bahwa Paniratpati benar-benar pendekar hebat yang pilih tanding.Keksi Anjani melemparkan selendangnya ke arah wajah lawan. Paniratpati berkelit ke kiri. Sambaran s
”Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja!” usul Riris Manik. “Kita secepatnya menggempur Kerajaan Parangbawana. Kalau kita serbu sekarang, kemungkinan mereka belum siap menghadapi serangan. Serangan yang terduga ini nanti bisa mengacaukan mereka. Bahkan bisa saja nanti kita dengan mudahnya menundukan Parangbawana.”Semangat sekali Riris Manik mengajukan usulannya. Usulan menghancurkan Parangbawana merupakan keinginan terpendam sejak dirinya mendengar kabar bahwa Parangbawana menginginkan Keksi Anjani meninggalkan Pesanggrahan Alas Waru dengan alasan, hutan ini masih termasuk wilayah Parangbawana.Riris Manik menganggap raja yang berkuasa di Parangbawana adalah raja yang sok jagoan seperti raja di Krendobumi. Waktu itu penguasa Krendobumi juga berbuat serupa, menganca Riris Manik agar meninggalkan sanggar atau pesanggrahannya. Tentu saja Riris Manik tidak mau meninggalkan sanggarnya.Tetapi sayangnya, Riris Manik tidak bisa mempertahank
”Karena di dalam sana sudah ada ratusan orang anak buah Keksi Anjani. Mereka semua sudah siap merejam tubuh kalian dengan ratusan anak panah...,” sahut suara dari atas pohon yang tinggi. “Tubuh kalian bakal ditembusi anak panah yang mata panahnya terbuat dari baja. Bisa saja mata anak panah mereka mengandung racun berbahaya. Tubuh kalian yang tertembus panah-panah itu bakal keracunan. Kalian akan mati dalam beberapa kejapan mata!” Sengkalis, Godar, dan para prajurit melihat ke atas. Mereka kaget atas kemunculan Suro Joyo yang tidak disangka-sangka. Suro Joyo sudah ada di areal hutan sejak tadi. Dia sempat mendengar pembicaraan Sengkalis dengan Godar mengenai situasi terakhir yang mereka alami. Tujuan kedatangan Suro Joyo ke Pesanggrahan Alas Waru berbeda dengan para punggawa dan prajurit Parangbawana. Namun Suro Joyo tidak ingin bersaing dengan para utusan dari Kerajaan Parangbawana. Suro Joyo ingin kerja sama dengan mereka. Kalaupun tidak saling membantu, dirinya ti
“Maaf, Kisanak Suro Joyo,” sela Sengkalis dengan nada rendah dan sikap sangat sopan. Takut menyinggung perasaan orang lain. Sebuah sikap tulus dan mriyayi. Mriyayi dalam makna seperti sikap priyayi, yakni masyarakat kelas menengah ke atas. Sosok priyayi biasanya sopan, santun, halus tutur katanya, dan selalu berhati-hati dalam berkata, bersikap, dan bertindak. Sengkalis termasuk priyayi karena dirinya senapati sebuah kerajaan yang besar. Senapati merupakan pangkat yang tinggi. Senapati memiliki pengaruh yang kuat dalam sebuah kerajaan. Kalau sikapnya mriyayi merupakan sesuatu yang wajar. “Iya, ada apa, Senapati Sengkalis?” Suro Joyo bertanya dengan nada tenang, lembut, membuat orang yang bertanya menjadi nyaman. Suro Joyo, senorak apa pun, juga termasuk priyayi. Meskipun dia secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari ayahandanya, menolak untuk menjadi calon raja, tetap masuk golongan keluarga kerajaan. Maka kalau
Riris Manik dan Mayang Kencana melakukan serangan secara bersamaan terhadap Suro Joyo. Mereka menyerang menggunakan tangan kosong dengan jurus-jurus masing-masing. Gerakan keduanya sangat cepat untuk menundukkan lawan. Keduanya selama ini memendam rasa geram akibat tindakan Suro Joyo. Dia telah menghancurkan Sanggar Teratai Perak yang kudirikan dengan susah payah. Kata Riris Manik dalam hati. Dia juga telah menghanguskan cemeti saktiku sampai jadi abu. Kini saatnya aku hancurkan tubuhnya seperti saat dia menghancurkan Sanggar Teratai Perak. Ini kesempatan terbaik yang tidak boleh disia-siakan. Riris Manik berusaha secepat-cepatnya bisa menghantam bagian tubuh mana pun dari pihak lawan. Tujuan Riris Manik hanya satu, Suro Joyo mati sekarang juga. Bukan mati dengan mudah, tapi mati dengan cara yang mengenaskan. Pada saat yang sama Mayang Kencana juga melancarkan serangan segencar yang dilakukan Riris Manik. Seperti halnya Riris Manik, Mayang K
Riris Manik dan Mayang Kencana tidak ingin Suro Joyo bisa keluar dari Hutan Alas Waru dalam keadaan hidup. Kedua pendekar cantik itu menginginkan kematian Suro Joyo saat ini juga. Kalau bisa, serangan untuk yang kesekian kali dilakukan secara bersamaan bisa membuat Suro Joyo tewasDendam kesumat memang bisa menumbuhkan rasa kebengisan dari seseorang muncul. Rasa bengis, kejam, tegaan, dan tidak ada belas kasihan bisa muncul pada siapa saja yang hatinya telah tertanam benih-benih dendam.Riris Manik dan Mayang Kencana telah memendam dendam pada Suro Joyo karena mereka merasa dirugikan. Bukan hanya dirugikan secara kebendaan, tetapi malah ada yang kehilangan orang-orang tercinta karena tewas saat bertarung melawan Suro Joyo.Serangan kali ini harus berhasil. Kata Riris Manik di dalam hati. Kalau sampai Suro Joyo bisa lolos, menghindar, atau kabur, maka sulit bagiku untuk mencari dan menemukan pendekar berotak aneh itu. Aku yakin Mayang Kencana s
Ruang khusus yang terdapat di dalam kamar pribadi Keksi Anjani benar-benar sebuah ruangan yang sangat tertutup. Ruangan ini remang-remang karena hanya mendapatkan penerangan dari lobang angin.Selama tinggal di Pesanggrahan Alas Waru, baru pertama kali ini Palasih masuk ruang rahasia tersebut. Keksi Anjani melarang keras siapa saja anggota masuk ruang rahasia tanpa seijinnya. Dia tak menyebutkan alasannya.Belum lama ini Palasih tahu alasannya. Ternyata di ruang rahasia ini tersimpan sebuah kitab yang berisi tentang rahasia Ajian Maruta Seketi.“O…, ternyata ruangan ini digunakan untuk menyimpan kitab yang selama ini sangat adirahasiakan terhadap siapa pun,” kata Palasih pada diri sendiri. “Pantas tidak ada yang boleh masuk ruangan ini kecuali si sundal tengik itu.”Palasih menyebut Keksi Anjani ‘sundal tengik’ karena sebuah peristiwa yang membuatnya kecewa. Bahkan sangat kecewa. Atau lebih dari sekadar kecewa. P