Wuut! Chabbb!
Wilis Batari mengalami nasib yang sama dengan dua prajurit jaga. Dadanya tertembus pisau. Tubuhnya limbung. Ambruk ke lantai dalam keadaan tewas.
Keesokan harinya Garbaloka kembali berduka. Keluarga istana kerajaan dan seluruh rakyat Garbaloka kehilangan Wilis Batari. Selir pertama atau selir satu mendiang raja Taweng Dahana itu telah pergi untuk selamanya. Dikubur berdampingan dengan makam sang baginda raja
Semua keluarga dan kerabat istana menghadiri pemakaman Wilis Batari. Semua punggawa kerajaan hadir dalam pemakaman istri mendiang raja. Suro Joyo dan Jalung Dahana juga tampak dalam upacara yang diliputi kesedihan itu.
Endragiri mengijinkan kedua pesakitan itu untuk hadir dalam pemakaman Wilis Batari. Namun dia menyuruh prajurit untuk mengawasinya secara ketat.
Usai menghadiri pemakaman, Suro Joyo dan Jalung Dahana dimasukkan kembali ke penjara. Mereka kem
Lodra Dahana telah melepaskan tali-tali tersebut, lalu bertanya, ”Siapa yang menyuruh kalian? Ada tujuan apa ingin membunuhku?””Kami akan tutup mulut,” sahut salah satu dari mereka. ”Yang perlu kamu ketahui, kami disuruh mencincangmu!”Dalam sekejap mata, delapan pengeroyok sudah menyerbu Lodra Dahana dengan golok besar di tangan mereka. Lodra Dahana menghadapi hanya dengan tangan kosong. Menangkis pergelangan tangan disertai jotosan pada tubuh satu dari pengeroyok. Menendang perut lawan sebelum golok disabetkan. Kadang-kadang Lodra Dahana menggunakan paduan pukulan dan tendangan pada dada dan wajah lawan.Hanya dalam dua jurus empat pengeroyok terjerambab ke semak. Mereka segera kabur meninggalkan Lodra Dahana. Empat yang lain masih ngotot untuk menghabisi Lodra Dahana. Namun tiga dari mereka dihajar sampai membungkuk-bungkuk karena menahan sakit. Mereka lari sambil merunduk-runduk c
Kentar Dahana benar-benar heran melihat penampilan Patni kali ini. Dulu sewaktu menjadi permaisuri mendiang Jati Kawangwang alias Dewa Naga Baja, Patni hanyalah sosok wanita yang halus. Dia sosok yang cantik, lemah lembut, gerak tubuhnya serba gemulai. Tidak pernah mengenal ilmu silat apa pun.Namun setelah lama menghilang entah ke mana, tahu-tahu kini muncul dalam keadaan yang sangat berbeda! Dari penampilan fisiknya saja sudah ketahuan bahwa Patni merupakan sosok pendekar perempuan. Sosok pendekar yang tentu saja tidak bisa dianggap enteng.”Ada apa, Kentar Dahana? Kelihatannya kok heran?” Patni balik bertanya. ”Apa tidak pantas seorang Patni menguasai ilmu silat? Apa tidak layak seorang perempuan bekas permaisuri berpenampilan lain?””Bukan..., bukan begitu. Maksudku, kamu sekarang semakin cantik, hehehehehe....”Dada wanita yang pernah jadi permaisuri raj
”Jatalangking..., kamu sebaiknya terus terang saja!” kata Endragiri. ”Jika kamu terus terang, hukumanmu akan diringankan. Untuk itulah, katakan terus terang, apa saja yang kamu lakukan di Istana ini! Siapa yang bekerja secara diam-diam di balik layar!” ”Banyak yang telah kulakukan di sini,” kata Jatalangking. ”Mencuri pedang Jalung Dahana Dahana, membunuh Taweng Dahana, membunuh Wilis Bantari, dan berusaha membunuhmu. Aku juga yang telah mencuri Tombak Siung Sardula dari tangan Garjitalung di Sanggar Teratai Perak. Dalam melakukan semua ini, ada tiga orang yang terlibat bersamaku.” ”Siapa saja mereka?” Jatalangking menghela napas. Dia siap-siap mengatakan semua yang dia ketahui sejelas-jelasnya.... ”Katakan saja, Jatalangking! Jangan ragu-ragu...!” perintah Endragiri dengan tenang. ”Tiga orang yang terlihat bersamaku adalah Senapati Utama Denta Singir, Selir Dua Mayang
Patni terpaksa melemparkan dirinya ke kiri. Sinar putih menyilaukan lewat di sisi kanannya. Menghantam tembok penjara hingga ambrol. Jalung Dahana yang menyaksikan kehebatan Suro Joyo dan Patni hanya berdiri mematung saking kagetnya.Dalam benaknya Patni berpikir, kalau dirinya terus menghantamkan kilatan petir jarak jauh, suatu saat bisa kalah. Patni menggunakan jurus lain. Dia menyerang secara langsung menggunakan pedang saktinya. Pedang itu dia tusukkan ke arah dada lawan.Karena tak menduga bakal diserang secara langsung, Suro Joyo terpaksa menangkisnya. Lagi-lagi terjadi benturan dua senjata sakti. Ledakan terjadi, tubuh Suro Joyo dan Patni sama-sama terpental ke belakang. Punggung Patni menabrak tembok penjara, lalu terbanting ke tanah. Sedangkan tubuh Suro Joyo bersalto ke belakang. Kakinya menggenjot batang pohon besar di belakangnya. Lalu melesat cepat ke arah Patni dengan sabetan pedang untuk membelah kepala lawan!
Mendadak ada sosok pendekar berpakaian serba putih menyambar kepala Denta Singir dengan tendangan keras. Membuat tubuh Denta Singir terjungkal mencium rerumputan!”Jalung, cepatlah menyingkir!” kata Suro Joyo sambil pasang kuda-kuda untuk menghadapi Denta Singir. Bahkan mungkin Mayang Kencana sekaligus. Karena Mayang Kencana ternyata telah menyusulnya!Denta Singir dan Mayang Kencana kini telah bersama-sama untuk serentak menyerang Suro Joyo. Semantara Suro Joyo tiba-tiba tertawa-tawa. Tentu saja menertawakan Denta Singir dan Mayang Kencana. Membuat kedua pasangan itu keheranan.”Apa yang kamu tertawakan, Pendekar Kembara Semesta?” tanya Mayang Kencana gusar.”Hehehe, ternyata kalian pasangan serasi,” ejek Suro Joyo. ”Bukan hanya pasangan pendekar silat yang serasi. Tetapi juga pasangan pendekar selingkuh yang abadi, hehehe....”
Dhuer! Dhuerr! Dhuerrr!Ledakan keras dari senjata berbentuk bundar yang dilemparkan Kentar Dahana membuat ruang pendapa jadi gelap. Setelah asap tebal lenyap, maka ruang pendapa menjadi terang kembali. Namun, Denta Singir, Mayang Kencana, dan Kentar Dahana telah lenyap dari pendapa istana!Denta Singir, Mayang Kencana, dan Kentar Dahana hendak meninggalkan Garaloka. Ketiganya melesat lari meninggalkan Gerbang Istana Kerajaan Garbaloka.”Berhenti! Kalian mau kemana?” tanya Endragiri yang sudah mencegat di luar istana. Suro Joyo dan Jalung Dahana berada di kanan dan kirinya. Sedangkan sembilan prajurit andalan mengepung ketiga orang yang hendak kabur dari istana itu.”Aku ingin mencari tempat luas untuk menghabisi kalian!” kata Kentar Dahana sambil menyerang tiga prajurit
”Mungkinkah Lodra Dahana masih hidup?” gumam Kentar Dahana yang hanya bisa didengar diri sendiri. ”Bukankah tusukan pisau di punggungnya itu menembus jantungnya? Bukankah dia tewas waktu pisau itu menembus jantungnya? Bukankah dia tewas waktu itu?””Kamu jangan bengong kayak macan ompong, Kentar Dahana! Aku...., Lodra Dahana masih hidup...,” kata Lodra Dahana yang berjalan dari balik pohon sambil menggenggam Keris Wisaranu di tangannya. ”Ki Dipoyono yang menolong dan menyembuhkan aku.”“Berkat pertolongan Ki Dipoyono, aku bisa sembuh,” lanjut Lodra Dahana sambil memandang Kentar Dahana dengan pandangan menusuk. Menusuk ulu hati yang terdalam. “Berkan pertolongan Ki Dipoyono, aku masih hidup dan bisa kembali ke Istana Garbaloka.””Apa yang telah terjadi, Pangeran Lodra Dahana?” tanya Endragiri penasaran. ”Oh y
Suro Joyo menyambut dengan hantaman Rajah Cakra Geni. Dhuerrr! Terdengar suara menggelegar ketika terjadi benturan antara senjata sakti yang ada di tangan Mayang Kencana dengan ajian Rajah Cakra Geni. Suaranya keras membuat telinga terasa pekak. Bersamaan dengan lenyapnya suara gelegar, trisula Mayang Kencana hancur berkeping-keping. Kepingan-kepingan senjata itu jatuh berserakan di berbagai penjuru. Senjata trisula hanya tinggal kenangan karena sudah tak ada bekasnya lagi. Tubuh Mayang Kencana mencelat tinggi ke udara. Tubuh si pendekar perempuan melenting tinggi di udara. Selama beberapa saat dia kehilangan kesadaran akibat benturan keras yang tidak pernah dia duga sama sekali. Suro Joyo menghantamkan pukulan Rajah Cakra Geni jarak jauh untuk meleburkan tubuh lawan yang sudah tidak bisa dikasihani. Mayang Kencana sempat melihat pancaran sinar merah dari telapak tangan
CataAkibat kena hantaman Ajian Maruta Seketi, tubuh melesat tinggi ke langit dengan tubuh berputar. Namun kali ini Suro Joyo bisa menguasai angin puting beliung. Dia bersalto beberapa kali sehingga lepas dari kisaran angin puting beliung Ajian Maruta Seketi. Malah dengan gesitnya dia menghantamkan pukulan Rajah Cakra Geni ke arah lawan saat dirinya melayang ke bumi! Sinar merah melesat ke arah Keksi Anjani yang sudah berada pada keadaan luka. Dia berusaha menghantamkan ajiannya dengan menggunakan tangan kiri. Paniratpati tidak tega mengetahui keadaan Keksi Anjani. Dia menyambar tubuh Keksi Anjani. Dia bawa lari ke tempat yang aman, lalu meletakkannya di bawah pohon besar. Leretan ajian dari Suro Joyo menghantam batu besar. Batu itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Bahan ada yang menjadi debu. Debu melayang ke udara bebas. ”Paniratpati..., kalau kamu ingin mempersuntung diriku, habisi Suro Joyo terlebih dahulu!” rayu Keksi Anjani dekat telinga Paniratpati. Laki-laki muda berwa
Godar mundur beberapa langkah untuk menghindari tendangan yang lebih keras dan mematikan. Setelah berjarak beberapa tombak, Godar berhasil menguasai diri. Dia pasang kuda-kuda lagi sambil mengarahkan pedang yang ujungnya telah patah, ke arah lawan.“Wooo, kamu bisa selamat dari serangan pertamaku,” kata Rumpang. “Hanya pedangmu yang patah, bukan lehermu! Kalau orang lain, mungkin ada anggota tubuh yang kutung.”“Aku berbeda dengan siapa pun, termasuk denganmu,” sahut Godar untuk mencari celah-celah kelemahan supaya bisa menundukkan lawan. “Kalau orang lain mati akibat serangan pedang bajamu, tetapi aku tidak. Aku masih bisa menandingi serangan pedang baja.”“Baiklah, kalau pada serangan pertama kamu bisa lolos dari maut, sekarang kamu tidak bisa lolos lagi, hiaaat!” kata Rumpang sambil menyabetkan pedang bajanya. Rumpang pmengalirkan tenaga dalam ke tangan kanan yang menggenggam pedang baja warna hitam.
Benturan keras dua pedang tak terhindarkan. Saat menangkis tadi, gerakan Sengkalis agak terlambat. Pedang Sengkalis melencong. Melenceng. Menyerempet bahu kiri lawan. Palarum terperanjat setelah menyadari bahwa dirinya merasakan sengatan panas akibat goresan kecil pedang di tangan Sengkalis.Palarum mundur beberapa langkah untuk melihat luka di bahu kirinya. Dia lihat hanya goresan kecil akibat terserempet ujung pedang Sengkalis.“Ternyata tidak parah,” gumam Palarum. “Aku bisa menyerang lagi untuk menghabisinya. Seperti yang pernah dikatakan Gusti Putri Keksi Anjani, dengan cara apa pun, lawan harus dilenyapkan!”Sengkalis yang lolos dari sabetan pedang lawan yang mengarah kepala, juga mundur beberapa langkah. Meskipun ujung pedangnya tadi telah menggores bahu kecil Palarum, tapi Sengkalis tetap pasang kuda-kuda untuk menyongsong serangan lawan. Dia lihat Palarum telah siap melakukan serangan lagi dengan ujung pedang mengarah ke depan. M
Setiap ingat kematian Riris Manik dan Mayang Kencana, Keksi Anjani jadi naik pitam. Kemarahannya meledak-ledak tak terkendali. Dua saudara seperguruan telah tewas oleh Suro Joyo. Hanya satu cara dendam Keksi Anjani terlampiaskan, bunuh Suro Joyo. Tak ada hal lain yang bisa menuntaskan kemarahan dan dendam Keksi Anjani kecuali kematian Suro Joyo.Keksi Anjani mengumpulkan segenap tenaga dalamnya pada kedua telapak tangan. Dia ingin melancarkan serangan tangan kosong. Satu jurus dia siapkan untuk menyerang, tapi Suro Joyo tiba-tiba menahan Keksi Anjani supaya tidak menyerang terlebih dulu.”Tunggu! Aku perlu memberi penjelasan padamu dulu,” kata Suro Joyo dengan tenangnya. ”Bukannya aku sombong, memang beginilah pembawaanku. Sifatku seperti ini. Aku kadang-kadang suka bercanda. Mungkin karena kata-kataku kadang-kadang ada yang kasar, mungkin orang-orang menyebutku sombong.”Keksi Anjani menahan gerakannya untuk lawan sedang berbicara untuk
Suro Joyo menghela napas sejenak sambil mengingat-ingat mimpi yang dialaminya saat dirinya tidur. Tepatnya pingsan, lalu dilanjutkan tidur. Waktu pingsan dan tidur itu selama sehari semalam. Berapa lama dirinya pingsan dan berapa waktu pingsan, Suro Joyo tidak tahu. Pingsan dan tidur dialami manusia dalam keadaan tidak sadar. Suro Joyo mimpi saat dirinya tidur.“Tadi aku mimpi didatangi seorang pendekar muda yang umurnya sebaya denganku,” Suro Joyo memulai cerita mimpinya. “Wajah orang itu persis dengan wajahku. Hanya bedanya pakaian yang dikenakannya berwarna kuning. Mulai baju, celana, dan ikat kepala, semua berwarna kuning.”Banaswarih, Bandem, dan Lunjak mendengarkan cerita Suro Joyo sambil mengamati pakaian Suro Joyo yang serba putih. Pakaian yang dikenakan Suro Joyo robek-robek di sana-sini karena kena Ajian Maruta Seketi kemarin.“Pendekar muda yang mirip aku itu membentak-bentakku dengan suara keras,” lanjut Suro Joyo.
Ketika bangun dari pingsannya, Suro Joyo merasa dirinya berada di sebuah tempat yang asing. Dia kini juga bertatapan dengan tiga orang yang asing. Padahal, baru saja dirinya mimpi ditemui sosok yang membuatnya terbangun. Terbangun dari pingsan, juga tidur selama sehari semalam.Suro Joyo duduk sambil mengucek-ngucek mata beberapa kali. Dia ingin memastikan bahwa dirinya sedang sadar. Sudah bangun dari mimpinya. Mimpi yang membuatnya merasa ngeri karena bentakan orang dalam mimpi yang tidak pernah dikenalnya!“Eh…, maaf, kalian ini siapa?” tanya Suro Joyo kepada tiga orang yang menungguinya selama Pendekar Kembara Semesta itu tak sadar diri. “Dan…, aku ini di mana sekarang?”“Namaku Banaswarih,” jawab kesatria tampan itu. “Ini anak buahku, Bandem dan Lunjak.”Banaswarih melanjutkan perkataannya, “Coba Kisanak Suro Joyo ingat kembali peristiwa kemarin. Kemarin Kisanak bertarung melawan Keks
Keksi Anjani tahu bahwa Palasih ingin mengincar nyawanya. Pedang di tangan Palasih yang sekarang berada di ketinggian, siap membabat leher Keksi Anjani. Keksi Anjani menyadari bahwa Palasih tak kan ragu sedikit pun untuk menghabisi dirinya. Palasih sangat bernafsu untuk membunuh bekas pemimpinnya. Perasaan dendam Palasih terhadap Keksi Anjani membuatnya tega melakukan perbuatan keji. Perbuatan keji yang dilakukan Palasih ada dua. Pertama Palasih mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Perbuatan keji kedua, yang sekarang akan dia lakukan. Palasih sangat yakin dirinya bakal bisa memenggal Keksi Anjani! Saat Palasih berada berada di atasku, ini kesempatan yang baik. Kata hati Keksi Anjani. Ini kesempatan yang kutunggu-tunggu. Setiap lawanku melesat ke udara, maka itu kesempatan nyata yang tidak boleh disia-siakan. Aku bisa melakukan sesuatu yang menguntungkan diriku. Benar, kesempatan tersebut tidak disia-siakan Keksi Anjani. Dia menghantamkan ajian
Mereka berdua keluar dari goa. Mereka berdua terbelalak kaget demi dilihatnya sosok pendekar wanita yang berdiri membelakangi mereka. Sosok itu memandang lurus ke timur. Tempat ke arah matahari terbit. Janurwasis dan Palasih tahu siapa wanita yang berdiri tegak dalam posisi membelakangi. Wanita pendekar. Wanita cantik yang menjadi pendiri Pesanggrahan Alas Waru! Ya…, dia Keksi Anjani! Janurwasis sebagai orang selama ini naksir, menginginkan Keksi Anjani untuk dijadikan istri, tentu sangat mengenal Keksi Anjani. Baik dari segi fisik, tubuh, kecantikan, Janurwasis sangat hafal. Begitu juga dengan Palasih. Palasih anak buah sejak lama. Tentu saja Palasih sangat mengenali bentuk tubuh tuan putrinya itu. Keksi Anjani sengaja memunggungi kedua orang yang sama-sama dia anggap pengkhianat dan jahat. Palasih dia anggap pengkhianat karena telah mencuri kitab Ajian Maruta Seketi. Janurwasis dia anggap jahat karena telah memperdaya Palasih, sehingga mencuri kitab rahasia
Godar sejak tadi sudah merasa bahwa posisi pasukan Parangbawana mulai terdesak. Banyak prajurit berguguran di tangan lawan. Lebih-lebih sekarang Suro Joyo yang secara langsung atau tidak langsung membantu Parangbawana dalam keadaan terluka dan dibawa kabur oleh Banaswarih. Kalau keadaan seperti ini terus berlangsung, maka lama kelamaan pasukan Parangbawana bisa tumpas. Kata Godar dalam hati. Pasukan Parangbawana bisa habis tak tersisa. Sehebat apa pun pasukan Parangbawana, mereka sebagian kalah mengenali medan pertempuran, sehingga mudah ditundukkan lawan. Pasukan Parangbawana banyak yang gugur karena kalah mengenal areal pertempuran. Ketika Sengkalis memberi isyarat kepada dirinya, Godar sudah tanggap. Dia memberikan isyarat balik pada Sengkalis bahwa dirinya sudah paham akan isyarat yang diberikan Sengkalis. ”Mundur...!” teriak Sengkalis lantang. Suaranya menggema membelah angkasa. Dia berharap seluruh pasukan Parangbawana yang tersisa bis