”Riris Manik! Kalau kamu menemui kesulitan, temui Keksi Anjani di tengah Alas Waru!” demikian pesan Keksi Anjani yang dilambari tenaga dalam. Walau Keksi Anjani sudah jauh dari Sanggar Teratai Perak, tetapi suaranya terdengar di telinga Riris Manik. Beberapa saat kemudian, suasana sanggar kembali sepi.
Riris Manik berusaha mengejar Keksi Anjani sampai daratan, tetapi Keksi Anjani telah lenyap bagai siluman! Keksi Anjani tidak meninggalkan jejak sedikit pun. Benar-benar Keksi Anjani melesat sangat cepat tanpa bisa diikuti pandangan mata Riris Manik. Benar-benar gerak Keksi Anjani laksana gerakan siluman. Riris Manik hendak berbalik ke Sanggar Teratai Perak dalam suasana hati kecewa. Namun langkahnya tertahan oleh kedatangan Malibeng.
”Saya Malibeng,” kata pendekar dari tanah seberang itu. ”Apakah Kisanak yang bernama Riris Manik?”
”Benar,” jawab Riris Manik sambil mengamati laki-laki sepantaran dirinya itu dengan ce
”Benar,” jawab Garjitalung mantap, tanpa ragu-ragu. Tidak ada sedikit pun keraguan pada diri Garjitalung. Garjitalung yakin jawabannya akan membuat Riris Manik semakin percaya bahwa dirinya benar-benar sangat mencintai pendekar cantik itu.Tiba-tiba mata Riris Manik bersinar biru. Sinar mata Riris Manik memancar ke arah kedua mata Garjitalung. Pancaran sinar biru berlangsung selama beberapa kejapan mata. Sinar itu menyilaukan mata Garjitalung. Sampai-sampai pemuda itu memejamkan mata untuk beberapa saat.Maksud Garjitalung ingin menghindar dari sinar mata Riris Manik. Namun, semua telah terjadi. Walau sinar biru yang memancar dari mata Riris Manik telah padam, tapi kekuatan Pesona Mata Dewi terlanjur memikat sukma Garjitalung. Garjitalung bakal kehilangan kesadaran diri. Jiwanya dalam kendali Riris Manik. Garjitalung bakal memenuhi segala perintah Riris Manik!”Kalau begitu,” kata Riris Manik,”letakkam tombak saktimu di jembatan sem
”Eh..., belum,” jawab Saroyo. Laki-laki itu berkata secara jujur. Dia mengatakan apa adanya.”Ah, masa?” tanya Riris Manik sambil tersenyum menggoda. “Kamu laki-laki, aku wanita, berada di sanggar yang sepi. Masa tidak tahu? Kamu pasti tahu apa yang dilakukan laki-laki dan wanita yang berada di dalam satu kamar.””Bukan..., bukan begitu. Kukira kamu mau minta tolong padaku untuk mencari binatang buruan besok pagi. Karena kamu tahu kan bahwa pekerjaanku berburu di hutan. Lagi pula, aku... aku sudah punya anak istri.””O..., soal istri? Soal anak?” Riris Manik berkata sambil menatap mata Saroyo dalam-dalam. Dia gunakan kekuatan Pesona Mata Dewi. Sinar biru yang memancar dari matanya telah merasuk ke jiwa Saroyo. Walau sinar biru itu hanya bersinar sekilas, tetapi kalau sudah ditatap laki-laki, maka si laki-laki tersebut bakal terpikat Riris Manik. Begitu juga dengan Saroyo. Sukma laki-laki muda itu sudah
Dalam keadaan seperti ini, Bandu bagaikan kerasukan sukma lain yang menguasai sukma asli Bandu. Segala tindakan Bandu di luar kendali. Di luar kamauan hati nuraninya yang paling suci. Bandu tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Sesuatu yang selalu dilarang apabila dia ingin melakukannya pada Riris Manik, kini bebas dia lakukan.Ketika Bandu ingin melepas baju Riris Manik, tiba-tiba ada seorang gadis cantik berumur belia datang di tempat itu. Arumsari! Ya ..., dia Arumsari kekasih Bandu! Arumsari datang dengan wajah merah padam akibat kemarahan yang tak tertahankan.”Binatang! Kalian benar-benar binatang!” bentak Arumsari dengan suara keras. Nada suaranya meninggi. “Perilaku kalian benar-benar seperti binatang. Kalian sudah tidak punya rasa malu lagi.”Bandu dan Riris Manik kaget atas kehadiran Arumsari yang tidak diduga sama sekali. Bandu segera terjingkat dan bangun dari kelenaannya. Sedangkan Riris Manik dengan tenang berdiri sambil me
Para pemuda naik pitam ketika melihat seorang temannya tewas secara mengenaskan. Pemuda bersenjata golok itu tewas di depan hidung mereka secara tak terduga. Anak-anak muda yang masih belum berpengalaman dalam dunia persilatan itu merasa sangat kaget. Mereka tidak tahu bahwa Riris Manik memiliki senjata sakti berbentuk cemeti.“Hahahahaha…, kalian tidak menyangka kan kalau aku bisa membunuh satu di antara kalian hanya dengan satu kali sabetan cemeti ini?” ejek Riris Manik. “Sudahlah…, kalian pulang sana! Kalian mengerjakan sesuatu yang berguna. Jangan sampai kalian mati konyol di tanganku.”Anak-anak berusia muda itu saling pandang satu dengan lainnya. Di mata mereka ada sorot mata dendam. Dendam pada perempuan kejam yang berdiri di depan mereka. Dendam pada pendekar wanita yang telah meresahkan masyarakat di sekitarnya.Mereka tiba-tiba bergerak serentak tanpa ada yang memerintah. Para pemuda merangsak maju bersama-sama unt
Lengkoro segera menggunakan senjata andalannya. Senjata andalan pendekar yang berpakaian serba merah itu berupa sebuah ikat dari kain yang melilit di tangan kirinya. Kain panjang warna merah itu dilepas dari tangan.Terlihat mulut Lengkoro komat-kamit sebentar. Dia membaca mantra khusus yang sangat sakti. Tiba-tiba terjadi keajaiban. Sesuatu yang tidak diduga Riris Manik. Kain panjang itu berubah menjadi tongkat merah!Saat sabetan cemeti Riris Manik beraksi kembali untuk menjebol jantung lawan, Lengkoro sudah siap menghadapinya. Lengkoro langsung menangkis serangan Riris Manik dengan tongkat merah yang tergenggam erat.Beberapa kali terjadi benturan dua senjata yang digunakan masing-masing pendekar. Kedua tangan mereka terasa kesemutran ketika senjata mereka beradu. Mereka sama-sama menyadari bahwa lawan yang dihadapi bukan pendekar sembarangan.Cethar!Dhuaar!“Riris Manik ternyata makin ganas serangannya,” gumam
”Huahahaha... ! Tak ada yang tak mungkin di dunia ini!” kata salah satu Lengkoro sambil berkacak pinggang. “Mata batinmu sudah tidak dapat membedakan Lengkoro asli dengan yang palsu kan?”Riris Manik terperangah oleh kata-kata yang diucapkan Lengkoro. Lengkoro seolah-olah mengetahui kata hati Riris Manik. kenyataannya Riris Manik sekarang kebingungan. Bingung untuk menentukan sosok Lengkoro yang asli.“Wajar saja kamu tidak bisa menentukan Lengkoro asli,” sahut Lengkoro lainnya. “Permainan sihirku ini memang permainan terbaru yang belum pernah kutunjukkan kepada siapa pun. Hanya kamu, calon istriku, yang mendapat kehormatan untuk menyaksikan permainan sihir paling hebat di seluruh jagat ini, huahahaha...!”Dalam keadaan terdesak seperti sekarang, Riris Manik merasa bingung untuk menentukan sikap. Terus melanjutkan pertarungan ataukah menyerah? Melanjutkan pertarungan rasanya tidak mungkin. Dalam
Keenam Lengkoro tercebur ke danau. Begitu menyentuh, keenam tubuh itu menghilang. Namun sekejap kemudian muncul kembali di permukaan danau dalam bentuk satu Lengkoro, yakni Lengkoro yang sebenarnya.Lengkoro yang sejati ini dalam keadaan lemas. Pertarungan melawan Riris Manik benar-benar telah menguras tenaganya. Dirinya tak menduga bakal mengalami kejadian seperti sekarang. Tubuh berada di permukaan danau dalam keadaan kehabisan tenaga.Terlihat berseliweran tubuh-tubuh binatang melata yang berenang di dalam danau. Mereka berenang di bawah tubuh Lengkoro. Keadaan ini membuat Lengkoro panic. Dia mulai takut. Bahkan sudah mulai ketakutan.“Riris Manik…, tolong aku!” teriak Lengkoro. “Tolong aku, Riris Manik…!”Riris Manik memandang Lengkoro dengan pandangan mata beku. Mata yang tidak menyiratkan apa-apa. Sinar mata yang tidak menyiratkan perasaan apa pun. Benar-benar seperti sosok iblis betina yang menyeramkan.
Suatu saat pedang sakti Suro Joyo hendak membabat bahu Riris Manik, tapi pendekar wanita itu mampu menghindar. Pedang Suro Joyo membabat satu tiang Sanggar Teratai Perak hingga putus. Sabetan lain dihindari Riris Manik, maka pedang sakti membabat tiang sanggar yang lain. Braaak! Terdengar suara keras yang menggemuruh. Suara suatu bangunan yang runtuh. Suara sesuatu yang runtuh membuat hati Riris Manik lantak luluh. Serambi depan sanggar milik Riris Manik itu ambruk. Kenyataan ini membuat Riris Manik naik pitam. “Bedebah! Kamu telah merubuhkan sanggarku!” teriak Riris Manik dengan suara lantang. “Kamu harus mengganti Sanggar Teratai Perak dengan nyawamu, hiaaat!” Riris Manik meningkatkan serangan untuk segera melumpuhkan lawan. Dia melakukan serangan dengan perasaan marah yang meluap-luap. Serangan yang dilandasi kemarahan cenderung kurang terarah da nasal-asalan. Beberapa pisau beracun dia lemparka