"Boss kok disini?" tanya Sani masih dalam panggilan Vidio. Flora bisa melihat apa yang terjadi diantara mereka."Suka suka saya dong." jawab Vandes acuh. Sani melotot terdiam dibuatnya.Flora yang melihat itu terkekeh pelan. Aneh sekali dimatanya, seperti bukan boss dengan bawahannya."Dia bertelepon dengan siapa Flo?" tanya kembali Vandes karena belum mendapatkan jawaban."Ahh maaf tuan, saya hampir lupa untuk menjawabnya. Tuan Veekit sedang bertelepon namun saya tidak tau pasti dia bertelepon dengan siapa karena jaraknya tidak terlalu dekat tuan." jawab Flora."Yasudah kalau begitu kau dengarkan saja pembicaraan mereka agar saya tau dia bertelepon dengan siapa." ujar Vandes santai.Di seberang, terlihat Sani yang memukul lengan Vandes dan Vandes yang meringis."Itu tidak sopan tuan, tidak baik menguping pembicaraan orang lain!" gerutu Sani disana."Biarkan saja. Lagian, beraninya kau memukul bossmu sendiri." sahut Vandes ikut merasa kesal."Jangan mau Flora." ujar Sani."Ini perinta
"Haha, kau ini. Aku bukan orang jahat. Jika aku orang jahat, aku tidak perlu mengajakmu berbicara sepanjang ini, langsung saja aku membunuhmu lalu mengambil barang berhargamu. Tapi nyatanya tidak, aku tidak akan menjahatimu." jelas pria itu dengan raut wajah serius. Flora mengamati lama Sean dari atas sampai bawah dan merasa hal yang sama. Sean terlihat jujur mengatakannya."Baiklah, aku percaya kepadamu." ujar Flora mulai lebih tenang."Mengapa kau ke pantai pagi pagi sekali seperti ini? Dan hanya sendiri?" tanya Sean penasaran."Emm bukan begitu. Aku kesini karena sedang menunggu bossku rapat." jawab Flora."Benarkah? Jadi kau sedang bekerja?" tanya Sean kaget. Flora mengangguk tersenyum."Ooh begitu.""Kau sendiri sedang apa disini?" tanya Flora juga penasaran."Ahh aku hanya sejenak merilekskan diri." jawab Sean."Kau sendiri ke pantai ini?" tanya kembali flora."Iya, aku sendiri.""Mengapa tidak bersama orang lain saja?" tanya Flora lagi."Aku tidak suka. Aku lebih suka sendiri.
Tante, apa yang terjadi? Mengapa Tante menangis?" tanya Flora panik karena Amilia yang kembali menangis."Floraa...Anak tante...hiks hiks.." tangis Amilia menyebut anaknya kembali."Ada apa dengan anak Tante?" tanya Flora merasa khawatir."Orang kepercayaan Tante yang Tante perintahkan untuk mengawasi Akila mengabari jika dia sedang berada di kota ini. Tante tidak tau ingin berekspresi bagaimana lagi. Tante rasanya ingin menemuinya dan memeluknya namun Tante tau Tante pasti akan ditolak, hiks hiks." jelas Amilia dengan tangisannya.Flora mendengarnya terdiam. Flora merasa iba melihat Amilia yang begitu sedih dan merindukan anaknya. Flora bisa membayangkan bagaimana perasaan yang Amilia rasakan."Flora bisa melakukan sesuatu Tante." ujar flora tiba tiba. Amilia menatap Flora dengan air mata yang berhenti sejenak."Melakukan apa Flo?" tanya Amilia bingung."Bagaimana jika flora mendekati Akila untuk berteman dengannya? Perlahan flora akan bantu Akila sebisanya untuk kembali kepada Tante
Flora lalu menatap Akila. Tatapan yang terlihat polos. Dia bisa melihat Akila yang mirip sekali dengan Amilia. Flora juga sadar jika Akila ingin sangat cantik seperti Amilia, namun karena penampilannya yang menyeramkan membuat orang tidak terlalu menyadari itu."Te.. terimakasih ya." ujar flora berpura pura gugup. Akila mengangguk lalu kembali menyantap makanan miliknya dengan perlahan."Maaf ya." ujar Flora menyambung kembali pembicaraan. Akila kembali melirik flora dengan tanda tanya."Maksud aku, karena aku kau jadi tidak punya minum lagi. Biar aku belikan saja ya sebagai gantinya." ujar flora tersenyum manis."Tidak perlu, aku bisa beli sendiri." ujar Akila tanpa berekspresi.Flora mengangguk kecil."Kita boleh berkenalan. Kau terlihat sangat baik." ujar flora tanpa melunturkan senyumnya.Akila melirik flora dengan heran. Apa katanya tadi? Terlihat sangat baik? Lucu sekali, pikirnya."Aku tidak baik." sahut Akila singkat."Bagiku kau baik. Kau sudah membantuku. Bolehkan kita berke
"Tuan suka ya sama saya?" tanya Flora di sela sela dirinya yang mengompres lengan Veekit. Veekit membuang muka mendengar itu."Jangan kepedean kamu." sahut Veekit. Flora diam saja tersenyum lucu."Padahal kalau benar, saya senang loh tuan." ujar flora dengan polosnya."Kau..!" geram Veekit."Tidak tuan tidak." sambung flora cepat sebelum terkena amukan tuannya."Kalau saya begini, ada bonus tidak tuan?" tanya Flora menatap Veekit. Veekit mengernyit mendengarmya."Maksud kamu?" tanya Veekit bingung."Yah siapa tau ada penambahan gaji atau.." ujar flora menggantung ucapannya."Atau apa?" tanya Veekit sembari melotot."Atau diangkat jadi asisten pribadi tuan gitu.", ujar flora tersenyum manis menampilkan gigi putihnya yang rapi.Brukk..."Aduh." ringis flora ketika dirinya terguling karena Veekit yang mendorongnya.Veekit terkejut dengan perlakuan dirinya sendiri."Tuan jahat banget sih." ujar flora mencoba mendudukkan dirinya perlahan sembari mengelus bokongnya yang sakit."Kamu lagian.
"Ini yang bayar tuan kan?" tanya Flora dengan mainan matanya."Kamu." jawab Veekit semakin datar mendengar apa yang dipanikkan oleh flora. Dia pikir entah apa yang lebih penting, ternyata?Flora melotot."Saya tuan?" tanya Flora tidak percaya. Veekit mengangguk pelan."Yasudah kita pulang saja tuan, saya tidak ada uang membeli satu pakaian saja di dalam toko ini." ujar flora bergegas keluar cepat namun tangannya ditahan oleh Veekit."Cepat pilih, saya yang akan bayar." ujarnya dingin.Flora mendengus kesal."Tuan sialan!" gumamnya kesal namun samar masih terdengar."Apa yang kau katakan?" tanya Veekit menatap tajam flora."Hehe, tidak ada tuan. Saya pilih dulu ya tuan." ujar flora mengelak dan langsung menghindar untuk memilih sesuatu yang menarik di matanya."Yang mana ya?" gumam flora melihat lihat pakaian yang paling menarik di matanya. Sebenarnya, baginya ini semua menarik namun dia hanya boleh memilih satu saja kan? Syukur syukur masih dibelikan oleh bosnya."Jika kau hanya melih
"Yang jadi bos disini itu saya atau kamu?" tanya Veekit melipat tangannya di dada."Ya tuan, itu saja mengapa harus bertanya." jawab Flora malah menjadi kesal. Veekit melotot tidak percaya."Kau ini....!" geram Veekit namun berusaha menahan kekesalannya. Flora malah menatap polos dan bingung Veekit."Berani sekali kamu memerintah saya seperti tadi." Veekit berusaha mati matian untuk bersabar penuh kepada flora yang baginya sangat menguji kesabarannya. Dia jadinya hanya bisa berkata dingin saja."Yang tadi? Maksud tuan masalah nyonya hamil tadi?" tanya Flora dan Veekit hanya diam tanpa menggubris jawabannya. Flora merasa ucapannya benar."Jadi tuan merasa kesal karena berfoto dengan nyonya hamil tadi? Tuan tidak lihat dia sedang mengidam? Dia pasti tersiksa dengan itu. Tuan tidak mau membantu? Tuan tidak ikh..." Flora yang terus saja melontarkannya pertanyaan tidak menyangka karena Veekit ternyata marah karena masalah membantu ibu hamil memuaskan keinginannya. Tapi lagi lagi, kesabara
Flora berjalan dengan santainya sehabis dari ruang dapur untuk mengambil segelas air putih, bahkan gelasnya masih dia genggam dengan niat membawanya ke dalam kamarnya sebelum tidur. Flora melewati ruangan Veekit dan melihatnya sedang terduduk dengan pandangan kosong."Ada apa denganmu tuan?" tanya Flora memberhentikan langkahnya didepan Veekit yang terdiam sembari meliriknya dengan tatapan yang sulit diartikan.Veekit menggeleng pelan dengan mata yang sedikit sayu."Apa tuan baik baik saja?" tanya Flora mulai mendekati Veekit namun terhenti karena Veekit menahannya dengan kode tangan. Flora mau tidak mau harus berhenti."Saya baik baik saja, pergilah ke kamarmu." ujar Veekit dingin. Flora mengangguk pelan mendengar itu dan mulai beranjak dengan pelan menjauhi Veekit.Sesampainya di kamarnya, flora belum bisa tidur. Seperti biasanya, dia terduduk di samping jendelanya untuk kembali berperang dengan isi kepala di malam hari. Memikirkan nasib, memikirkan bagaimana masa depannya, dan terk