Rinjani tersentak kaget saat mendengar perkataan Kiara.
"Maksudmu? Kamu bukan anak ibumu? Kamu anak adopsi ... atau?" Kiara menggelengkan kepalanya, "Ibu Khairani tidak mempunyai anak, Tante. Dulu, saya ditinggalkan begitu saja ketika saya masih bayi di depan rumah ibu. Dan fakta jika saya anak angkat baru saja saya ketahui sebelum saya menikah dengan Kevin," kata Kiara. Rinjani merasakan dadanya berdebar kencang. "A-apakah ada pesan yang ditulis atau apa saja yang memberi petunjuk siapa orang tua kandungmu, Kiara?" tanya Rinjani. Kiara menganggukkan kepalanya perlahan, "Ada sepucuk surat dan kalung ini," jawabnya. Rinjani makin berdebar, sejak awal ia memang sudah memperhatikan kalung yang dipakai Kiara. Kalung itu bukan kalung yang pasaran karena memang Rinjani memesannya khusus dulu."Ap- apa kau ingat siapa nama ibu kanSementara itu, Kevin dan Aulia baru saja melihat siaran infotainment. Dan Amanda diberitakan telah sah menjadi pemilik perusahaan Kevin. Hal ini tentu membuat Khairani yang tak sengaja ikut menonton juga tersentak kaget."Itu tadi breaking news kan, Vin? Bagaimana bisa Amanda?""Sebenarnya ada apa ini, Nak Kevin? Jeng Aulia?" tanya Khairani. Kevin menghela napas panjang. Untung saja Kiara sedang tidak ada di rumah. Dengan perlahan akhirnya Kevin pun menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja ia tidak menceritakan bagian di mana ia tidur dengan Amanda."Itulah mengapa saya tidak ke kantor selama hampir tiga minggu ini, Bu. Saya juga bingung ingin mengatakan hal ini kepada Kiara. Saya takut hal ini akan mempengaruhi kehamilannya. Saya tidak mau ada apa-apa dengan anak kami," kata Kevin. Khairani menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia bisa mengerti dengan apa yang Kevin rasakan sa
Kevin menatap Kiara dengan tatapan penuh cinta sekaligus tatapan penuh perasaan bersalah."Ada apa, Mas?" tanya Kiara yang sedang berbaring sambil menonton televisi."Sayang ... tadi kamu ke mana saja dengan tante Rinjani?" tanya Kevin. Ia berusaha mengalihkan dulu perhatian Kiara dari masalahnya. Kiara hanya tersenyum kemudian membuka laci nakasnya."Mas ingat kotak ini?" tanya Kiara."Ya, aku ingat. Bukankah kotak itu yang ditinggalkan orang tua kandungmu?" jawab Kevin."A-aku ... ibu kandungku-""Apa kamu sudah menemukannya Kiara? Atau ada seseorang yang kamu curigai sebagai orang tua kandungmu? Jika memang ada kita akan selidiki bersama," kata Kevin. Namun, Kiara menggelengkan kepalanya perlahan."Apa jika aku katakan tante Rinjani itu adalah ibu kandungku Mas akan percaya?" tanya Kiara."Rin- tante Rinjani? Kamu yakin? Apa beliau ....""Kami sudah melakukan tes DNA
Rinjani sangat bahagia saat hasil DNA sudah keluar dan hasilnya menyatakan jika Kiara adalah putri kandungnya. Ia langsung membawa Kiara bertemu dengan keluarganya dan tanpa menunggu lama bahkan ia mengadakan pesta untuk menyambut kehadiran Kiara di tengah-tengah keluarganya. Ia mengundang semua relasi bisnisnya dan tanpa malu ia membuka semua kebenaran. Semua orang terlihat gembira, hanya satu yang tampak kesal. Dia adalah Nancy. Bagaimana tidak, tadinya ia ingin membuat Kevin jatuh dan terpuruk. Tapi dengan kenyataan bahwa Kiara putri sulung Rinjani itu tentu membuat Nancy serba salah. Ia harus menghitung langkah karena salah satu relasi bisnis terbesar perusahaan adalah perusahaan milik Nancy."Kevin, mama sudah tau apa yang menimpa keluargamu dari Kiara. Jadi, mama memutuskan kamu akan menjalankan perusahaan yang saat ini dipegang oleh Rangga. Rangga akan menggantikan papanya untuk mengelola bisnis kami d
Kiara mengerutkan dahi saat sampai di rumah ada panggilan tak terjawab dari Kevin. Ia langsung menemui Rinjani yang sedang berbincang bersama Khairani dan Aulia."Mama, perasaanku kenapa tidak enak ya?" kata Kiara"Kevin sudah sampai rumah?" tanya Aulia."Tidak, tapi seharusnya dia sudah sampai. Dia kan bisa lewat jalan tol supaya cepat. Tapi, kena-""Ibu! Non Kiara! Ada polisi di depan!" teriak Markonah- asisten rumah tangga Rinjani panik. Kiara dan Rinjani langsung bergegas turun ke lantai bawah dan melihat Markonah sudah pucat pasi."Non Kaira ...""Kiara, Mar!""Iya, itu Non ada polisi di depan. Ada beberapa orang," kata Markonah sedikit gugup. Rinjani dan Kiara pun bergegas."Selamat siang, Bu. Apakah benar ini rumah saudari Rinjani Diningrat?""Benar, Pak. Saya Rinjani, ada apa ya, Pak?""Apa ibu kenal dengan sa
"Apa yang sudah Tante lakukan kepada Kevin?!" teriak Amanda dengan kesal. Ia baru saja mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpa Kevin. Ia sangat yakin jika Nancy adalah dalang dibalik semua ini.“Kamu ini ngomong apa? Pagi –pagi sudah ngamuk. Jangan mentang-mentang kamu sudah menguasai perusahaan ini lalu kamu bisa seenaknya saja, ya,” kata Nancy. Amanda hanya mendecih, ia tau betul bagaimana Nancy sudah membuat ayah Kevin meninggal dan ia sangat yakin jika kecelakaan yang menimpa Kevin pasti adalah ulah Nancy. Wanita itu yang sudah menyabotase mobil Kevin.“Tante pikir aku percaya? Aku sudah tau semuanya. Aku sudah tau jika Kiara adalah anak kandung dari tante Rinjani Diningrat. Dia salah satu partner bisnis kita dan dia juga sudah memberikan kepercayaan kepada Kevin. Itu yang membuat Tante takut, iya kan?” Nancy berdiri dari tempat duduknya dan langsung menudin
Kevin tampak mengerutkan dahinya. Ucapan Rudi menjadi seperti sebuah petunjuk untuknya."Apakah aku harus ke atas, Om?" tanya Kevin bimbang"Mungkin." Rudi menjawab sambil tersenyum dengan tenang."Jika aku kembali apa ada yang terjadi?""Banyak air mata dan pengorbanan jika kau memutuskan untuk kembali. Tapi, Om yakin kau akan dapat melewati itu semua. Kau anak yang baik dan kau juga memiliki orang-orang yang begitu mencintaimu dengan sepenuh hati." Kevin merasa galau dan bimbang. Di satu sisi rasanya ia ingin naik dan memulai hidup di tempat yang abadi. Tapi, di satu sisi ia ingin kembali dan menemani Kiara. Tapi, apakah ia bisa jika ia hanya akan membuat Kiara nantinya menangis?"Pilihan ada di tanganmu," kata Rudi dengan hangat."Om, apa jika aku melanjutkan ke atas, Kiara akan baik-baik saja?" tanya Kevin lagi."Jika kau ditinggalkan oleh orang yang kau cintai apakah kau akan baik-baik saja?"
Pagi itu Kiara bangun pagi dan langsung menceburkan dirinya ke kolam renang. Berenang memang salah satu cara Kiara untuk meluapkan emosinya. Biasanya dengan berenang dia akan merasakan nyaman dan juga sedikit tenang. Rinjani dan Aulia hanya bisa menggelengkan kepala melihat Kiara tapi, mereka sangat mengerti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh putri dan menantu mereka itu.Tiba-tiba saja telepon Rinjani berdering, dan saat mendengar kabar dari sang penelepon, Rinjani pun segera berseru pada Kiara yang masih berada di kolam renang."Kiara, mandi dan bersiap. Kevin sudah sadar!"Kiara langsung berenang ke tepi dan langsung keluar dari kolam renang."Serius Ma?" tanyanya."Iya, barusan Rangga menelepon Mama. Cepatlah mandi, lalu sarapan dulu, kita ke rumah sakit," kata Rinjani. Kiara pun dengan hati yang gembira langsung naik ke kamarnya dan mandi. Kemudian ia langsung mengganti pakaiannya dan ber
Saat tiba di rumah sakit, Rangga menyambut mereka, tetapi sebelum Kiara masuk ke dalam ia menarik perlahan tangan kakaknya itu."Ada apa?""Kamu masuk saja dulu, Kak. Tapi, aku mohon padamu, kamu harus kuat."Kiara termangu, ia ingin bertanya lebih jauh, tapi Rinjani sudah memanggilnya untuk bergegas masuk ke dalam kamar perawatan."Nak, masuk dan sapalah dulu Kevin. Kami tunggu di luar ya." Kiara melihat wajah-wajah yang penuh dengan ketegangan. Ia melirik pada Rangga yang menganggukkan kepalanya. Perlahan, Kiara pun masuk ke dalam kamar tempat Kevin di rawat. Tampak Kevin sedang berbaring sambil di suapi makan oleh seorang perawat."Mas, kamu sudah sadar? Aku senang sekaali waktu Rangga menelepon dan mengatakan kamu sudah sadar," sapa Kiara dengan riang. Kevin menoleh dan menatapnya dengan tajam dan dahi yang berkerut."Kau siapa, dan mau apa di sini?""A-aku Kiara, aku ini istrimu,