Pagi itu Kiara bangun pagi dan langsung menceburkan dirinya ke kolam renang. Berenang memang salah satu cara Kiara untuk meluapkan emosinya. Biasanya dengan berenang dia akan merasakan nyaman dan juga sedikit tenang. Rinjani dan Aulia hanya bisa menggelengkan kepala melihat Kiara tapi, mereka sangat mengerti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh putri dan menantu mereka itu.
Tiba-tiba saja telepon Rinjani berdering, dan saat mendengar kabar dari sang penelepon, Rinjani pun segera berseru pada Kiara yang masih berada di kolam renang.
"Kiara, mandi dan bersiap. Kevin sudah sadar!"
Kiara langsung berenang ke tepi dan langsung keluar dari kolam renang.
"Serius Ma?" tanyanya.
"Iya, barusan Rangga menelepon Mama. Cepatlah mandi, lalu sarapan dulu, kita ke rumah sakit," kata Rinjani.
Kiara pun dengan hati yang gembira langsung naik ke kamarnya dan mandi. Kemudian ia langsung mengganti pakaiannya dan ber
Saat tiba di rumah sakit, Rangga menyambut mereka, tetapi sebelum Kiara masuk ke dalam ia menarik perlahan tangan kakaknya itu."Ada apa?""Kamu masuk saja dulu, Kak. Tapi, aku mohon padamu, kamu harus kuat."Kiara termangu, ia ingin bertanya lebih jauh, tapi Rinjani sudah memanggilnya untuk bergegas masuk ke dalam kamar perawatan."Nak, masuk dan sapalah dulu Kevin. Kami tunggu di luar ya." Kiara melihat wajah-wajah yang penuh dengan ketegangan. Ia melirik pada Rangga yang menganggukkan kepalanya. Perlahan, Kiara pun masuk ke dalam kamar tempat Kevin di rawat. Tampak Kevin sedang berbaring sambil di suapi makan oleh seorang perawat."Mas, kamu sudah sadar? Aku senang sekaali waktu Rangga menelepon dan mengatakan kamu sudah sadar," sapa Kiara dengan riang. Kevin menoleh dan menatapnya dengan tajam dan dahi yang berkerut."Kau siapa, dan mau apa di sini?""A-aku Kiara, aku ini istrimu,
Mendengar kabar dari Rinjani tentang sang putra membuat Aulia bergegas menyusul ke rumah sakit dan langsung menemui Kevin. Kevin hanya bisa termangu melihat Kiara pergi. Entah mengapa tiba-tiba hatinya terasa sakit saat melihat wanita itu menitikkan air mata."Kevin, kau benar-benar tidak mengenali Kiara?" tanya Rangga."Aku nggak inget. Lagi pula nggak mungkin lah aku dan Amanda putus. Tidak mungkin dia mengkhianati aku untuk kedua kalinya dan pergi begitu saja seperti ceritamu," kata Kevin.“Nak, Kiara itu benar adalah istrimu. Ini ... mama bawakan surat nikah dan foto pernikahan kalian. Kiara itu anaknya tante Rinjani, kakaknya Rangga. Mama Rinjani itu ibu mertuamu,” kata Aulia"Ma, aku hanya mau Amanda yang merawat aku. Apa lagi kakiku harus dioperasi, kan?" kata Kevin alih-alih mendengarkan perkataan Aulia.“Vin, kalau hanya menemanimu, mama juga bisa. Tidak
“Kamu Kiara, kan? Ingat aku?”Kiara menatap wanita di hadapannya dengan mata terpicing. Ia berusaha mengingat-ingat siapa wanita yang saat ini berdiri di hadapannya.“Ka-kamu Calista, kan?” tanyanya ragu. Namun gadis itu langsung tertawa kecil dan memeluknya.“Iya, aku Calista teman SMA-mu dulu. Wah, kamu sudah menikah? Berapa bulan?” Calista adalah salah satu teman dekat Kiara ketika di SMA dulu. Ia adalah putri seorang pengusaha dan ibunya adalah pengacara terkenal.“Kamu sedang apa di sini?” tanya Kiara.“Ini toko kue milik tante Arasy, tanteku. Aku mau mengambil pesanan mamiku. Kamu belum jawab, suamimu di mana?” Kiara terdiam, tanpa ia sadari air matanya jatuh begitu saja.“Loh, jadi menangis. Kamu sama siapa ke sini? Aku antar, ya,” kata Calista menawarkan diri.“Aku bersama ad
Kiara menghela napas panjang, ia memeluk Calista dengan erat“Terima kasih Cal. Aku merasa seperti mendapatkan kekuatan yang baru,” ujar Kiara. Calista tersenyum, “Berjuanglah ... Kamu pasti bisa, Kiara,” ujar Calista. Kiara hanya menganggukkan kepalanya, rasanya ia tidak sanggup jika harus kembali menerima penolakan dari Kevin seperti kemarin. Tapi, jika dia menolak dia juga merasakan kerinduan yang amat sangat."Baiklah, aku harus ke rumah sakit. Kevin biasanya suka kue dan puding yang ada di sini. Aku akan membayar dulu kue dan puding ini. Nanti kita bertemu lagi, ya?”“Nomor ponselku masih yang lama, Kiara. Aku akan menunggu kamu menghubungiku,” kata Calista. Setelah membeli banyak kue dan juga beberapa makanan kecil lainnya, Rangga dan Kiara pun langsung menuju ke rumah sakit. Rangga dan Kiara pun langsung berjalan menuju kamar
"Sepertinya, kamu harus rela berbagi suami denganku, Kiara sayang," kata Amanda tiba-tiba sambil memeluk Kevin."Oya? Memangnya apa yang membuatmu yakin jika Kevin mau menikah denganmu? Sudah jelas kamu melakukan sesuatu yang membuat Kevin kehilangan perusahaannya. Sekarang, kamu mau menikah dengannya?" kata Kiara sinis."Justru karena perusahaan itu sudah menjadi milikku. Jika Kevin menikah denganku maka perusahaan akan aku kembalikan kepada Kevin," kata Amanda dengan sangat yakin. Melihat pertikaian tak terlihat di antara kedua wanita itu membuat Kevin hanya bisa menepuk dahinya."Aku mau tidur," kata Kevin pada akhirnya."Aku pulang dulu kalau begitu," sahut Kiara. Calista segera menyambar tasnya lalu bergegas keluar, Kevin masih sempat melihat air mata yang disembunyikan oleh wanita cantik itu, dan hatinya terasa kembali sakit.***"Kau
Amanda mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia merasa sangat sedih. Di depan Kiara dan Rangga tadi ia memang bisa bersikap kasar dan angkuh. Tapi, saat ia sendiri ia tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya rasa sakit hati. Dulu, Amanda ingat dengan jelas bagaimana sang ayah yang seharusnya menjadi penjaga dan pelindung sudah menjualnya kepada seorang pengusaha. Semua itu dilakukan sang ayah hanya karena perlu modal.*** "Silakan, Pak," kata pria berwajah sangar itu kepada Billy. Pria itu segera keluar dari kamar dan meninggalkan Billy bersama Amanda yang sedang meringkuk ketakutan."Siapa namamu?" tanya Billy."A-Amanda, Om." Billy hanya tertawa kecil melihat gadis yang tampak ketakutan itu. Ia yakin sekali jika ia langsung ke menu utama gadis itu pasti akan melawan sekuat tenaga. Dan, malam ini Billy sudah tidak ingin mendapat perla
Sepulang dari rumah sakit, Kiara langsung menyalakan keran air hangat dan mengisi bathtubnya. Kemudian ia pun langsung berendam dengan air hangat dan tak lupa juga sabun aroma terapi yang membuatnya begitu rileks dan segar. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian ia pun membaringkan dirinya di atas ranjang dan langsung meraih ponselnya. Perlahan ia mengelus perutnya yang semakin membesar.“Mama tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan hati papamu kembali, Nak. Papa sebentar lagi akan pulang dan kembali pulih. Mama yakin kita akan bahagia lagi nanti,” kata Kiara dengan suara tertahan. Air matanya menetes perlahan, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka dan Khairani masuk dengan membawa segelas susu hangat. Sejak Kevin kecelakaan, Kiara tinggal bersama Rinjani sementara Aulia menjaga Kevin bergantian dengan Rangga. Rangga bahkan rela meninggalkan ur
Kiara menatap gadis yang berdiri di hadapannya. Dia adalah Raisa, anak Rinjani yang paling kecil, adiknya."Ternyata kakakku cantik sekali, ya. Apa kabar, Kak?" sapa Raisa dengan hangat.“Raisa akan membantu sementara di perusahaan sementara Rangga menemanimu, Kiara sayang,” jelas Rinjani. Kiara menatap sang ibu.“Ma, aku sama sekali tidak menyangka mama akan melakukan sampai sejauh ini.”“Kiara, Kevin adalah menantu mama. Dan, Mama punya kewajiban untuk membantu. Sekarang, kalau bukan Rangga yang ada di dekat Kevin lalu siapa lagi? Apa kamu mau gadis itu yang menemani suamimu?” Kiara menggeleng dengan cepat, melihat hal itu Raisa dan Rinjani hanya tertawa kecil.“Aku ke rumah sakit dulu kalau begitu, Ma,” pamit Kiara.“Iya, Mama tidak bisa mengantar. Kamu diantar Raisa saja, ya. Di sana ada mama Aulia, kan?” kata Rinja
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi