"Ular berbisa! Selama ini aku sudah memelihara ular," kata Nancy dengan kesal.Amanda hanya tertawa kecil.
"Aku memang wanita biasa yang sangat lemah awalnya, Tante. Aku sama sekali tidak tau jika aku sedang dijebak. Pernikahanku gagal karena ulah Tante aku tetap diam. Tante menjauhkan aku dari adik dan ibuku aku diam. Tapi, aku tidak bisa diam saat aku tau niat jahat Tante yang sebenarnya.
"Saat ini masing-masing dari kita mempunyai kartu AS. Jadi, yang bisa Tante lakukan sekarang hanyalah mengikuti permainan yang sudah Tante ciptakan sendiri," kata Amanda dengan senyuman licik.
"Kamu gadis sialan! Aku benci!" seru Nancy.
"Apa Tante pikir aku nggak membenci Tante? Aku bahkan sangat membenci Tante. Jika dulu Tante tidak menjebakku aku sudah hidup dengan tenang bersama Kevin. Tapi apa ... Tante menghancurkan segala-galanya karena harta. Tante adalah manusia yang paling jahat yang pernah aku temui. Dan sekarang,
Rinjani tersentak kaget saat mendengar perkataan Kiara."Maksudmu? Kamu bukan anak ibumu? Kamu anak adopsi ... atau?" Kiara menggelengkan kepalanya, "Ibu Khairani tidak mempunyai anak, Tante. Dulu, saya ditinggalkan begitu saja ketika saya masih bayi di depan rumah ibu. Dan fakta jika saya anak angkat baru saja saya ketahui sebelum saya menikah dengan Kevin," kata Kiara. Rinjani merasakan dadanya berdebar kencang."A-apakah ada pesan yang ditulis atau apa saja yang memberi petunjuk siapa orang tua kandungmu, Kiara?" tanya Rinjani. Kiara menganggukkan kepalanya perlahan, "Ada sepucuk surat dan kalung ini," jawabnya. Rinjani makin berdebar, sejak awal ia memang sudah memperhatikan kalung yang dipakai Kiara. Kalung itu bukan kalung yang pasaran karena memang Rinjani memesannya khusus dulu."Ap- apa kau ingat siapa nama ibu kan
Sementara itu, Kevin dan Aulia baru saja melihat siaran infotainment. Dan Amanda diberitakan telah sah menjadi pemilik perusahaan Kevin. Hal ini tentu membuat Khairani yang tak sengaja ikut menonton juga tersentak kaget."Itu tadi breaking news kan, Vin? Bagaimana bisa Amanda?""Sebenarnya ada apa ini, Nak Kevin? Jeng Aulia?" tanya Khairani. Kevin menghela napas panjang. Untung saja Kiara sedang tidak ada di rumah. Dengan perlahan akhirnya Kevin pun menceritakan apa yang terjadi. Tentu saja ia tidak menceritakan bagian di mana ia tidur dengan Amanda."Itulah mengapa saya tidak ke kantor selama hampir tiga minggu ini, Bu. Saya juga bingung ingin mengatakan hal ini kepada Kiara. Saya takut hal ini akan mempengaruhi kehamilannya. Saya tidak mau ada apa-apa dengan anak kami," kata Kevin. Khairani menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Ia bisa mengerti dengan apa yang Kevin rasakan sa
Kevin menatap Kiara dengan tatapan penuh cinta sekaligus tatapan penuh perasaan bersalah."Ada apa, Mas?" tanya Kiara yang sedang berbaring sambil menonton televisi."Sayang ... tadi kamu ke mana saja dengan tante Rinjani?" tanya Kevin. Ia berusaha mengalihkan dulu perhatian Kiara dari masalahnya. Kiara hanya tersenyum kemudian membuka laci nakasnya."Mas ingat kotak ini?" tanya Kiara."Ya, aku ingat. Bukankah kotak itu yang ditinggalkan orang tua kandungmu?" jawab Kevin."A-aku ... ibu kandungku-""Apa kamu sudah menemukannya Kiara? Atau ada seseorang yang kamu curigai sebagai orang tua kandungmu? Jika memang ada kita akan selidiki bersama," kata Kevin. Namun, Kiara menggelengkan kepalanya perlahan."Apa jika aku katakan tante Rinjani itu adalah ibu kandungku Mas akan percaya?" tanya Kiara."Rin- tante Rinjani? Kamu yakin? Apa beliau ....""Kami sudah melakukan tes DNA
Rinjani sangat bahagia saat hasil DNA sudah keluar dan hasilnya menyatakan jika Kiara adalah putri kandungnya. Ia langsung membawa Kiara bertemu dengan keluarganya dan tanpa menunggu lama bahkan ia mengadakan pesta untuk menyambut kehadiran Kiara di tengah-tengah keluarganya. Ia mengundang semua relasi bisnisnya dan tanpa malu ia membuka semua kebenaran. Semua orang terlihat gembira, hanya satu yang tampak kesal. Dia adalah Nancy. Bagaimana tidak, tadinya ia ingin membuat Kevin jatuh dan terpuruk. Tapi dengan kenyataan bahwa Kiara putri sulung Rinjani itu tentu membuat Nancy serba salah. Ia harus menghitung langkah karena salah satu relasi bisnis terbesar perusahaan adalah perusahaan milik Nancy."Kevin, mama sudah tau apa yang menimpa keluargamu dari Kiara. Jadi, mama memutuskan kamu akan menjalankan perusahaan yang saat ini dipegang oleh Rangga. Rangga akan menggantikan papanya untuk mengelola bisnis kami d
Kiara mengerutkan dahi saat sampai di rumah ada panggilan tak terjawab dari Kevin. Ia langsung menemui Rinjani yang sedang berbincang bersama Khairani dan Aulia."Mama, perasaanku kenapa tidak enak ya?" kata Kiara"Kevin sudah sampai rumah?" tanya Aulia."Tidak, tapi seharusnya dia sudah sampai. Dia kan bisa lewat jalan tol supaya cepat. Tapi, kena-""Ibu! Non Kiara! Ada polisi di depan!" teriak Markonah- asisten rumah tangga Rinjani panik. Kiara dan Rinjani langsung bergegas turun ke lantai bawah dan melihat Markonah sudah pucat pasi."Non Kaira ...""Kiara, Mar!""Iya, itu Non ada polisi di depan. Ada beberapa orang," kata Markonah sedikit gugup. Rinjani dan Kiara pun bergegas."Selamat siang, Bu. Apakah benar ini rumah saudari Rinjani Diningrat?""Benar, Pak. Saya Rinjani, ada apa ya, Pak?""Apa ibu kenal dengan sa
"Apa yang sudah Tante lakukan kepada Kevin?!" teriak Amanda dengan kesal. Ia baru saja mendengar berita tentang kecelakaan yang menimpa Kevin. Ia sangat yakin jika Nancy adalah dalang dibalik semua ini.“Kamu ini ngomong apa? Pagi –pagi sudah ngamuk. Jangan mentang-mentang kamu sudah menguasai perusahaan ini lalu kamu bisa seenaknya saja, ya,” kata Nancy. Amanda hanya mendecih, ia tau betul bagaimana Nancy sudah membuat ayah Kevin meninggal dan ia sangat yakin jika kecelakaan yang menimpa Kevin pasti adalah ulah Nancy. Wanita itu yang sudah menyabotase mobil Kevin.“Tante pikir aku percaya? Aku sudah tau semuanya. Aku sudah tau jika Kiara adalah anak kandung dari tante Rinjani Diningrat. Dia salah satu partner bisnis kita dan dia juga sudah memberikan kepercayaan kepada Kevin. Itu yang membuat Tante takut, iya kan?” Nancy berdiri dari tempat duduknya dan langsung menudin
Kevin tampak mengerutkan dahinya. Ucapan Rudi menjadi seperti sebuah petunjuk untuknya."Apakah aku harus ke atas, Om?" tanya Kevin bimbang"Mungkin." Rudi menjawab sambil tersenyum dengan tenang."Jika aku kembali apa ada yang terjadi?""Banyak air mata dan pengorbanan jika kau memutuskan untuk kembali. Tapi, Om yakin kau akan dapat melewati itu semua. Kau anak yang baik dan kau juga memiliki orang-orang yang begitu mencintaimu dengan sepenuh hati." Kevin merasa galau dan bimbang. Di satu sisi rasanya ia ingin naik dan memulai hidup di tempat yang abadi. Tapi, di satu sisi ia ingin kembali dan menemani Kiara. Tapi, apakah ia bisa jika ia hanya akan membuat Kiara nantinya menangis?"Pilihan ada di tanganmu," kata Rudi dengan hangat."Om, apa jika aku melanjutkan ke atas, Kiara akan baik-baik saja?" tanya Kevin lagi."Jika kau ditinggalkan oleh orang yang kau cintai apakah kau akan baik-baik saja?"
Pagi itu Kiara bangun pagi dan langsung menceburkan dirinya ke kolam renang. Berenang memang salah satu cara Kiara untuk meluapkan emosinya. Biasanya dengan berenang dia akan merasakan nyaman dan juga sedikit tenang. Rinjani dan Aulia hanya bisa menggelengkan kepala melihat Kiara tapi, mereka sangat mengerti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh putri dan menantu mereka itu.Tiba-tiba saja telepon Rinjani berdering, dan saat mendengar kabar dari sang penelepon, Rinjani pun segera berseru pada Kiara yang masih berada di kolam renang."Kiara, mandi dan bersiap. Kevin sudah sadar!"Kiara langsung berenang ke tepi dan langsung keluar dari kolam renang."Serius Ma?" tanyanya."Iya, barusan Rangga menelepon Mama. Cepatlah mandi, lalu sarapan dulu, kita ke rumah sakit," kata Rinjani. Kiara pun dengan hati yang gembira langsung naik ke kamarnya dan mandi. Kemudian ia langsung mengganti pakaiannya dan ber
Kiara menggandeng tangan Cashel dan Casandra. Kedua anaknya itu sudah tampil sangat cantik dan tampan.Malam ini mereka akan menghadiri pesta pertunangan Raisa."Mama, aku sudah cantik?" tanya Casandra sambil berputar-putar di depan cermin. Kiara hanya tertawa kecil melihat tingkah gadis itu."Sudah, Sayang. Sandra sudah cantik, mirip sekali dengan princess Rafunzel," jawab Kiara. Casandra memang sangat menyukai tokoh kartun Rafunzel. Dan malam ini gadis kecil itu sudah memakai gaun persis seperti princes Rafunzel yang sengaja dipesan oleh Kiara."Ma, kenapa aku nggak mirip Mama?" tanya Casandra tiba-tiba. Kiara yang sedang memakai lipstik tersentak kaget dan langsung membawa Casandra dalam pelukannya."Sandra kan mirip Papa," jawab Kiara."Tapi, Kak Cashel mirip Papa sama Mama," kilah Casandra sambil berusaha mencari persamaan di wajahnya dan Kiara.
Setelah puas seharian menikmati Yu Garden dan makan di Hong Chang Xing Restaurant Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Karena Kiara juga masih jetlag tidak mungkin jika seharian berjalan-jalan ke banyak tempat. Kevin tidak mau istrinya terlalu lelah. Terlebih, keesokan harinya mereka akan berkunjung ke Disneyland. Kevin dan Kiara pun memutuskan untuk menghabiskan waktu di hotel. Mereka bisa berenang di hotel saja nanti. "Mas, tadi saat Fengying mengatakan ingin bekerja di Indonesia. Kenapa Mas langsung memberikan alamat kantor?" tanya Kiara saat mereka sudah berada di kamar mereka."Aku suka pada pemuda itu, Sayang. Ketika agen travel memperlihatkan beberapa foto tour guide mereka, entah mengapa aku tertarik kepadanya. Terlebih lagi dia bisa berbahasa Indonesia. Aku sengaja mencari yang bisa berbahasa Indonesia,supaya kita juga nyaman.”"Kau baik sekali, Mas," kata Kiara."Oya? Kau tidak mau memberi a
Tidak banyak yang terjadi setelah tiga tahun berlalu. Kiara dan Kevin membesarkan Cashel dan Casandra dengan penuh kasih sayang. Kevin pun menjual rumah miliknya dan milik Aulia kemudia membeli yang lebih besar supaya mereka bisa berkumpul bersama."Kau suka kamar baru kita?" tanya Kevin"Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman, anak-anak pun sepertinya senang dengan rumah baru kita,” jawab Kiara Kevin memeluk Kiara, ia merasa lega sekali. Tidak mengapa ia harus mengeluarkan uang dalam jumlah banyak demi untuk kenyamanan dan ketenangan sang istri. Apa lagi rumah nya kini dekat ke kantor. Sehingga tidak perlu was-was karena jaraknya juga tidak terlalu jauh."Kau mau liburan, Kiara? Kita saja berdua. Biar anak-anak bersama mama dan ibu. Dulu, kita honeymoon hanya ke pulau Lombok saja. Kali ini kita ke luar negeri,” ajak K
Bayi perempuan itu akhirnya terlahir, tangisannya yang kencang memecahkan ruangan bersalin. Amanda menangis, merasa haru akhirnya ia melahirkan secara normal. Tidak menyangka, ia resmi menyandang status seorang ibu. Kevin yang sejak tadi mendampingi menarik napas lega. Ia pun mengecup kening Amanda dengan lembut."Terima kasih, Amanda."Amanda tak menjawab ia hanya tersenyum kecil sambil memegang dadanya seperti sedang kesakitan. Melihat hal itu, Kevin tentu saja merasa panik."Bapak silakan tunggu di luar saja dulu, kami akan segera menangani pasien," kata dokter. Kevin pun segera keluar dari ruangan entah berapa lama Kevin termenung sendiri hingga sebuha tepukan di bahu menyadarkannya."Bagaimana Amanda?""Di- dia sedang di dalam, Kiara. Aku sedang menunggu dokter. Anak kami selamat, tapi tadi Amanda seperti sedang menahan rasa sakit."&nbs
_BEBERAPA BULAN KEMUDIAN_ "Jika bukan ulahmu yang sok tau itu, kita tidak akan berada di sini sekarang!" maki Nancy. Beberapa bulan ini ia menahan amarah yang terpendam kepada Amanda. Mereka memang berada di LP yang sama. Tetapi beda ruangan. Siang ini untuk pertama kalinya mereka bertemu karena sama-sama harus membersihkan halaman belakang LP bersama napi yang lain."Semua tidak akan terjadi jika Tante tidak berusaha membunuh Kevin," jawab Amanda tak peduli.Nancy meradang, ia memang luar biasa kesal. Dinginnya lantai penjara tidak membuat wanita itu jera. Ia semakin menjadi setelah menerima surat cerai resmi dari suaminya. Dan saat melihat Amanda, emosinya pun makin menjadi. Berbeda dengan Amanda yang sudah pasrah menerima keadaan, Nancy malah bertambah jadi dan menyalahkan orang lain atas apa yang sudah terjadi."Jalang! Perempuan murahan! Pantas s
Kevin menatap surat di tangannya dengan dada berdebar kencang. Ia sangat takut melihat hasilnya. Surat itu sudah sejak siang tadi ia terima. Tetapi, ia belum berani membukanya."Mas, mau makan sekarang?" Lamunan Kevin terhenti, ia menoleh dan tersenyum saat Kiara masuk sambil menggendong Cashel."Hai anak papa ... wangi sekali." Kevin bangkit dan mencium putranya itu dengan lembut. Bayi berusia dua bulan itu hanya mengeliat kecil."Dia lucu sekali," kata Kevin."Iya, dia mirip sekali denganmu, Mas. Tidak ada satu pun bagian wajahnya yang mirip denganku," kata Kiara."Hahaha ... bagus, itu tandanya memang dia anakku," kata Kevin. Kiara kontan langsung mencebik dan mencubit pinggang Kevin dengan gemas."Keterlaluan saja jika kamu berani mengatakan dia bukan anakmu.Oya, itu surat apa, Mas? Sejak tadi kamu hanya memandanginya."
Sidang perdana Amanda digelar seminggu kemudian. Kevin sengaja datang untuk mengetahui hasilnya. Dan saat melihat Amanda ia merasa sangat terenyuh. Gadis itu tampak pucat karena sedang hamil. Tetapi, ia tetap duduk dengan tenang sambil sesekali mengelus perutnya."Kamu kenapa. Vin?" tanya Rangga."Tidak apa-apa.""Apa kamu merasa kasihan kepada mereka?" Lelaki itu menghela napas panjang."Ya, aku kasihan. Mereka seharusnya tidak gelap mata dan berada di kursi pesakitan seperti sekarang ini. Tolong atur untuk jadwal tes Amanda, Rangga. Aku ingin dia melakukan tes DNA. Aku tidak mau melakukan kesalahan. Jika memang bayi itu adalah anakku, aku yang akan merawatnya setelah lahir nanti," kata Kevin."Baik, aku akan meminta Calista untuk mengatur segalanya." Karena sikap Amanda yang kooperatif dan juga kelakuan yang baik selama di tahanan, gadis itu
Didampingi Calista sebagai pengacaranya, Kevin mengunjungi Amanda di tahanan. Sebenarnya ia merasa tidak tega saat melihat wanita yang pernah ia cintai itu harus memakai seragam tahanan seperti saat ini. Dulu, ia pernah mencintai wanita itu dengan segenap hati dan jiwanya."Kamu sehat, Manda?" tanya Kevin. Amanda hanya tersenyum kecil."Tidak ada seorang pun yang bisa sehat jika tinggal di tahanan seperti ini terlebih dalam kondisi sedang hamil," jawab Amanda."Apa Anda yakin jika anak yang saat ini dikandung adalah anak Kevin?" tanya Calista. Gadis itu merasa sedikit geram melihat wajah Amanda yang sama sekali tdak memperlihatkan penyesalan."Nanti, di usia empat bulan lakukan saja tes DNA. Aku pastikan anak ini memang anak Kevin," jawab Amanda datar.Kevin menghela napas panjang."Kenapa, Manda? Kenapa kamu melakukan semua ini?" tanyanya. &nbs
Hari itu Kiara dan Kevin sudah diizinkan untuk pulang. Kevin masih menggunakan kursi roda karena ia belum bisa berjalan dengan normal kembali. Sementara bayi mereka masih harus berada di rumah sakit karena memang ia lahir sebelum waktunya."Kita beri nama siapa anak kita, Mas?" tanya Kiara saat mereka mengunjungi putra mereka sebelum pulang."Cashel Levriano Utama," jawab Kevin."Nama yang bagus," kata Kiara."Aku berjanji akan memberikan kalian cinta dan kebahagiaan selalu, Sayang," kata Kevin sambil mencium tangan Kiara dengan lembut. Kiara hanya mengangguk, sebenarnya masih ada ganjalan dalam hatinya yaitu Amanda. Tetapi ia tidak ingin merusak moment bahagia mereka. Jadi,Kiara mencoba untuk menahannya. Saat tiba di rumah mereka di sambut oleh Aulia dan Khairani yang memang menunggu di rumah bersama Raisa. Kiara sangat terharu saat melihat rumah yang sudah didekorasi