Amanda terdiam mendengar perkataan Kevin. Kevin memang tidak salah, ada sesuatu yang ia kejar. Keluarga dan cintanya.
"Kamu nggak tau apa-apa. Lebih baik sekarang pikirkan saja bagaimana caramu untuk menyampaikan kehamilanku pada istrimu nanti. Asal kamu tau, semalam aku dalam kondisi subur dan kamu sama sekali tidak memakai pengaman. Jadi, siap-siapa saja!" tegas Amanda sambil bangkit dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Sementara Kevin tanpa menunggu bergegas mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar itu. Kevin ingat, jika Nancy berniat untuk menginap dan ia ingat di kamar berapa. Karena itu Kevin langsung bergegas menuju kamar tantenya itu.
Saat tiba di depan kamar Nancy dengan cepat ia menggedor pintu.
"Kev, apa tidak kurang keras? Bukannya ada bel, kamu pikir ini di mana? Dan ingat satu hal, aku ini tantemu," tegur Nancy saat pintu terbuka. Namun, Kevin tak peduli dengan apa yang dikatakan ole
"Kenapa tidak memberi kabar kalau kamu sakit dan mau menginap?" tanya Kiara saat Kevin baru saja masuk ke dalam kamar."Maafkan aku, tiba-tiba semalam kepalaku pusing. Klienku adalah teman lama almarhum papa dan beliau mengajakku minum. Entah kenapa, setelah dua gelas aku merasa pusing. Maafkan aku, Sayang. Kamu pasti cemas, ya?" kata Kevin. Kiara menganggukkan kepalanya."Semalam aku menelepon, tante Nancy yang mengangkat dan mengatakan kamu sakit. Apa sekarang sudah jauh lebih baik, Mas?"Kevin tak sampai hati, ia langsung memeluk sang istri dan menciumi wanita yang saat ini begitu ia cintai."Aku baik-baik saja, Kiara," jawabnya."Aku siapkan makanan, ya?""Jangan, biar bik Inah saja yang membuat makanan untukku nanti. Aku ingin tidur sejenak dan aku ingin kamu menemaniku saja di sini," jawab Kevin. Kiara hanya menga
Amanda tersenyum lebar saat melihat kedatangan ibu dan adiknya di rumah mereka. Nancy benar-benar menepati janjinya untuk mempersatukan kembali keluarganya."Ibu kangen sekali kepadamu, Manda. Makanmu cukup? Kau baik-baik saja?" tanya sang ibu."Aku baik- baik saja. Ibu dan Silvia juga baik, kan?" tanyanya. Zulfa tersenyum dan mengangguk, "Bu Nancy sudah menjaga aku dan adikmu dengan baik selama ini. Beliau juga yang sudah membiayai sekolah adikmu dan pengobatan ibu," kata Zulfa.Amanda melirik ke arah Nancy lalu tersenyum manis."Tante Nancy juga yang sudah memberikan aku pekerjaan melalui salah seorang koleganya. Dan rumah ini sudah menjadi milik kita kembali," kata Amanda. Zulfa menatap Nancy dan kemudian memeluk wanita itu dengan penuh rasa terima kasih."Terima kasih Mbak Nancy. Mbak sudah membantu kehidupan kami sela
"Apa yang Tante kerjakan di ruanganku?" tanya Kevin dengan bingung saat Nancy tampak duduk di kursi kerjanya. Namun, wanita itu hanya tersenyum dengan licik."Duduk di ruanganku tentu saja. Mulai hari ini kamu bukan lagi CEO dari perusahaan milikku ini," kata Nancy dengan santai."Ini perusahaan milik Papa saya. Dan di dalam surat wasiat papa, saya adalah pewaris papa satu-satunya. Tante memang memiliki saham, tapi pemilik saham terbesar adalah saya.""Itu sebelum kamu menandatangani surat-surat ini," kata Nancy dengan tenang. Kevin terkesiap melihat surat yang diberikan Nancy. Ia tidak ingat kapan ia menandatangani semuanya."Ini ....""Kamu belum amnesia, kan? Kamu mengenali tanda tanganmu sendiri," kata Nancy sambil tertawa kecil. "Tante benar-benar sudah gila!" maki Kevin."Hahaha ... asal kamu tau, aku sudah merencanakan semua ini sejak la
"Bagaimana bisa tantemu menguasai semua aset perusahaan? Kev, jelaskan pada mama," kata Aulia panik. Ia benar-benar tidak menyangka jika adik iparnya bisa melakukan semuanya."Sudahlah, Ma. Biarkan saja tante Nancy menguasai perusahaan. Aku masih bisa bekerja untuk kehidupan kita.""Kamu nggak terbiasa bekerja, Kev.""Selama ini aku tidak bekerja, Ma?" Aulia tersenyum miris, "Maksud mama, kamu tidak terbiasa bekerja dengan orang lain. Jadi, mama cemas jika kamu tidak bisa beradaptasi dengan baik." Kevin menghela napas panjang dan mengusap punggung tangan sang ibu."Ma, percaya padaku. Aku akan berusaha keras untuk keluarga kita. Mama jangan khawatir, lagi pula aku masih memiliki simpanan uang dalam rekening pribadiku.""Jual saja rumah mama, Vin. Setidaknya uang hasil penjualan rumah bisa kita gunakan untuk modal usaha," kata Aulia lagi.
"Mas,apa ada masalah di kantor?"Kevin langsung tersedak saat mendengar pertanyaan Kiara. Ia langsung meraih gelas berisi minuman di sampingnya dan meminumnya sekaligus."Ng-nggak, Sayang. Aku hanya sedang ingin bekerja di rumah saja untuk sementara," jawabnya tanpa berani menatap Kiara. Sementara Aulia hanya diam dan berusaha untuk fokus dengan sarapan paginya."Tapi, kenapa aku merasa kalau Mas sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ya?""Untuk apa aku menyembunyikan darimu, Kiara sayang. Percayalah saja, semua baik-baik saja." Kiara menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan."Jika segalanya berjalan lancar aku bersyukur, Mas. Tapi, jika memang ada sesuatu ... aku ini istrimu, Mas. Tempatmu untuk berbagi," kata Kiara. Entah mengapa Kiara merasa jika s
Dengan penuh percaya diri, Nancy memasuki kantor milik Kevin. Ia mengumpulkan semua staff dan karyawan di aula. Termasuk pegawai- pegawai yang bekerja di pabrik. Semua ia kumpulkan. Nancy merasa, bahwa apa yang menjadi milik Kevin selama ini akan jatuh ke tangannya. Kevin tidak memiliki siapapun, dan ia yakin seratus persen semua akan jatuh ke tangannya. "Saya mengumpulkan kalian disini untuk memberikan pengumuman penting. Seperti yang kalian ketahui, Pak Kevin sudah resmi mengundurkan diri. Jadi, secara otomatis saya yang akan menjadi pemilik resmi kantor ini. Karena, modal awal berdirinya perusahaan ini adalah dari keluarga saya. Kakak saya almarhum adalah PRESDIR secara otomatis jika Kevin tidak menjadi CEO dan mengundurkan diri ... jadi, mulai hari ini semua akan saya ambil alih semuanya. Dan saya-" "Maaf, Bu Nancy yang terhormat, saya membawa surat resmi dari saudara K
"Ular berbisa! Selama ini aku sudah memelihara ular," kata Nancy dengan kesal.Amanda hanya tertawa kecil."Aku memang wanita biasa yang sangat lemah awalnya, Tante. Aku sama sekali tidak tau jika aku sedang dijebak. Pernikahanku gagal karena ulah Tante aku tetap diam. Tante menjauhkan aku dari adik dan ibuku aku diam. Tapi, aku tidak bisa diam saat aku tau niat jahat Tante yang sebenarnya. "Saat ini masing-masing dari kita mempunyai kartu AS. Jadi, yang bisa Tante lakukan sekarang hanyalah mengikuti permainan yang sudah Tante ciptakan sendiri," kata Amanda dengan senyuman licik."Kamu gadis sialan! Aku benci!" seru Nancy."Apa Tante pikir aku nggak membenci Tante? Aku bahkan sangat membenci Tante. Jika dulu Tante tidak menjebakku aku sudah hidup dengan tenang bersama Kevin. Tapi apa ... Tante menghancurkan segala-galanya karena harta. Tante adalah manusia yang paling jahat yang pernah aku temui. Dan sekarang,
Rinjani tersentak kaget saat mendengar perkataan Kiara."Maksudmu? Kamu bukan anak ibumu? Kamu anak adopsi ... atau?" Kiara menggelengkan kepalanya, "Ibu Khairani tidak mempunyai anak, Tante. Dulu, saya ditinggalkan begitu saja ketika saya masih bayi di depan rumah ibu. Dan fakta jika saya anak angkat baru saja saya ketahui sebelum saya menikah dengan Kevin," kata Kiara. Rinjani merasakan dadanya berdebar kencang."A-apakah ada pesan yang ditulis atau apa saja yang memberi petunjuk siapa orang tua kandungmu, Kiara?" tanya Rinjani. Kiara menganggukkan kepalanya perlahan, "Ada sepucuk surat dan kalung ini," jawabnya. Rinjani makin berdebar, sejak awal ia memang sudah memperhatikan kalung yang dipakai Kiara. Kalung itu bukan kalung yang pasaran karena memang Rinjani memesannya khusus dulu."Ap- apa kau ingat siapa nama ibu kan