Namun, tanpa menghiraukan penolakan itu, Liam tetap tenang. Dia membuka paksa mulutnya. Air mata terus mengalir di wajah cantik wanita itu saat dia merasakan minuman yang dicampur dengan obat perangsang masuk ke dalam mulutnya. Meskipun terpaksa, Shireen akhirnya menelan setiap tetes minuman tersebut.
Liam tersenyum lebar melihat gelas itu sudah kosong dan menyimpannya di atas nakas. Dia melihat ke arah jam tangannya menunggu beberapa menit sampai obat itu bereaksi.
“Jangan lakukan apa pun padaku! Aku mohon,” pinta Shireen dengan air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.
“Kamu adalah bayaran dari Nick untuk hutang-hutangnya. Tentu saja aku rugi tidak menyentuhmu. Lagipula, aku menginginkan kegadisanmu, Shireen,” ucap Liam dengan suara berbisik membuat Shireen langsung merinding seketika.
Shireen tidak menyangka jika kegadisan yang selama ini dia jaga akan berakhir di tangan seorang pria yang bahkan tidak dia kenal karena hutang yang dimiliki oleh Nick.
Setelah beberapa menit yang panjang dan penuh ketegangan, akhirnya reaksi obat perangsang yang diminum oleh Shireen mulai terasa. Tubuhnya tiba-tiba merasakan sensasi gairah yang semakin meninggi, membuat hatinya berdegup kencang. Shireen hanya bisa menelan ludah dengan susah payah, mencoba mengendalikan diri agar tidak terbawa arus hasrat yang memuncak di dalam dirinya.
Napas Shireen menjadi semakin cepat dan berat, seolah-olah tubuhnya memberi isyarat bahwa ia sangat menginginkan sentuhan-sentuhan hangat pada tubuhnya. Perutnya terasa seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam sana, menyebabkan perasaan tidak nyaman namun juga tak tertahan keinginan untuk disentuh.
Sementara itu, Liam melihat dengan senyum lebar bagaimana reaksi Shireen begitu kuat. Ia merasa puas karena berhasil membangkitkan gairah wanita itu. Tanpa ragu lagi, Liam mulai mendekati tubuh Shireen.
Namun bagi Shireen sendiri, ini adalah pengalaman baru yang benar-benar membuatnya bingung dan takut pada saat bersamaan. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya atau bagaimana cara menghadapinya. Meskipun ia ingin menolak dan menjauh dari situasi ini, tapi entah kenapa tubuhnya bereaksi secara otomatis seolah-olah meminta lebih banyak sentuhan dan belaian dari Liam.
Shireen merasakan air matanya mulai menetes lagi, kali ini bukan karena kesedihan atau ketakutan, melainkan karena perasaan campur aduk yang memenuhi hatinya. Ia merasa terjebak dalam situasi yang tak bisa ia kendalikan sepenuhnya.
Liam semakin mendekat dan akhirnya naik ke atas tubuh Shireen dengan penuh nafsu. Shireen mencoba menahan diri untuk tidak menangis, tapi tetesan-tetesan air mata itu tak kunjung berhenti.
“Tidak perlu takut, honey. Aku akan memuaskanmu,” ucap Liam dengan suara berbisik tepat di telinga Shireen.
Liam mulai menciumi leher Shireen secara perlahan, membuat napas Shireen semakin memburu. Setiap sentuhan bibir Liam yang lembut di kulitnya membuat Shireen merasa seperti terbang ke awan kesenangan. Meskipun tangannya terikat ke atas dan ia tidak memiliki kendali atas apa yang sedang dilakukan oleh Liam, Shireen benar-benar tidak berdaya untuk menolaknya.
Shireen berusaha keras untuk menahan diri agar tidak menikmati setiap sentuhan sensual yang diberikan oleh Liam. Ia tahu bahwa ini adalah situasi yang salah dan seharusnya ia harus melawan godaan ini. Namun, entah mengapa tubuhnya justru merespon dengan begitu intens sehingga membuat hatinya berdebar kencang dalam dadanya.
Saat bibir Liam menyentuh lehernya dengan penuh gairah, sensasi itu menjalar ke seluruh tubuh Shireen. Ia ingin sekali mendesah dan menerima kenikmatan yang ditawarkan oleh Liam, tetapi dia berhasil menahan diri dengan menggigit bibir bawahnya erat-erat. Rasa sakit dari gigitannya hanya meningkatkan hasrat seksualnya lebih kuat lagi.
Efek obat perangsang juga turut mempengaruhi pikiran dan nafsu birahi Shireen. Semakin lama mereka berada dalam situasi ini, semakin besar keinginan Shireen untuk melepaskan segala hasrat s*ksual yang telah lama terpendam dalam dirinya. Dia benar-benar terangsang saat ini dan ingin sekali memberikan dirinya sepenuhnya kepada Liam.
Namun, di tengah keinginan yang membara itu, Shireen juga merasakan adanya rasa takut dan keraguan. Ia tahu bahwa apa yang mereka lakukan saat ini adalah melanggar batas-batas diantara mereka apalagi mereka berdua tidak saling mengenal. Tetapi ketika Liam terus menciumi lehernya dengan penuh nafsu, semua keraguan itu lenyap begitu saja.
Salah satu tangan Liam perlahan-lahan meremas pay*dara milik Shireen dengan penuh kelembutan. Sentuhan itu begitu lembut dan hangat, membuat Shireen merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dadanya terasa semakin ter*ngsang dan berdenyut-denyut dalam genggaman Liam.
Liam menikmati setiap detik dari aksinya tersebut. Ia melihat betapa indahnya lingerie transparan yang dipakai oleh Shireen, memperlihatkan bagian d*danya yang masih ranum dan kenyal. Setiap lekuk tubuh Shireen mengundang siapa pun untuk menyentuh dan menyesapnya dengan nafsu.
Tidak ingin melewatkan kesempatan ini, Liam segera membawa bibirnya mendekati p*ting Shireen yang sudah mengeras sejak tadi. Dengan satu tangan yang masih meremas bagian dada yang lainnya, Liam mulai menjilati p*ting itu dengan penuh gairah. Sensasi panas dari lidah Liam membuat Shireen tak bisa lagi menahan desahan keenakan.
Shireen benar-benar merasakan kenikmatan baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa sentuhan pada p*yudaranya bisa memberikan sensasi sedemikian nikmat seperti ini.
"Ah," desahan erotis keluar dari bibir Shireen saat ia mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Desahan itu membuat senyum puas merekah di wajah Liam.
Melihat reaksi Shireen, rasa percaya diri Liam semakin meningkat. Ia merasa puas bisa memberikan kenikmatan kepada Shireen. Dengan penuh keberanian, Shireen membusungkan dadanya lebih jauh lagi, menenggelamkan Liam diantara p*yudaranya seolah meminta lebih dari apa yang sudah diberikan oleh Liam.Liam semakin menyesap p*yudara Shireen dengan semakin kuat, sesekali menggigit p*ting Shireen yang membuatnya mengerang kesakitan. Rasa sakit akibat gigitan Liam yang terlalu kuat membuat Shireen merasakan sensasi campuran antara kenikmatan dan rasa sakit yang membara di dalam dirinya. "Sa-kit," ucap Shireen seraya membuka mata dan menatap ke arah Liam.Selama beberapa saat, tatapan mereka saling bertemu di tengah-tengah ruangan yang penuh dengan gairah dan nafsu birahi. Wajah Shireen memerah karena dia benar-benar menikmati setiap sentuhan sensual yang diberikan oleh Liam. Dia bisa merasakan denyutan-denyutan erotis dari tubuhnya sendiri, memberikan sinyal bahwa dia ingin lebih banyak lagi.
Shireen merasa gugup saat melihat Liam tersenyum lebar sebagai respon atas permintaannya. Dia tidak bisa menahan senyumannya setelah mendengar permintaan dari wanita itu. Rupanya Shireen kalah dengan nafsunya sendiri. Dengan langkah mantap, Liam mendekati Shireen dan mencium bibirnya dengan penuh gairah. Mereka saling berpegangan erat, takut kehilangan satu sama lain di tengah-tengah gelombang kenikmatan yang mereka alami bersama-sama. Setiap sentuhan dari Liam membuat hati Shireen berdegup kencang, sensasi baru ini begitu terasa menyenangkan. Shireen juga harus rela merasakan kesakitan yang luar biasa saat kehormatannya benar-benar diambil oleh Liam. Meski dari hati yang paling dalam dia merasa tidak rela, tetapi tubuhnya benar-benar menikmati dengan apa yang dilakukan oleh Liam kepadanya. Malam semakin larut, namun semakin panas juga antara mereka berdua. Ruangan dipenuhi oleh desahan-desahan serta aroma mereka yang mencekik udara. Tidak ada kata-kata lagi yang terucap dari mulut
Namun, tindakan Shireen tersebut hanya semakin membuat api kemarahan di dalam diri Nick berkobar. Ia merasa tidak terima atas perlakuan Shireen yang seenaknya menamparnya dan menghina dirinya. Dengan penuh amarah, Nick meraih rambut panjang Shireen dan menjambaknya dari belakang dengan kasar. Rasa sakit yang dialami oleh Shireen membuatnya berteriak kesakitan, namun itu tidak mengurangi kegigihan Nick dalam melampiaskan kemarahannya. Dalam sekejap, air mata Shireen kembali turun membasahi wajahnya seraya memegang tangan Nick. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Nick yang begitu kuat dari rambutnya. Hatinya hancur melihat perubahan drastis dalam sikap Nick yang dulunya begitu lembut dan penyayang. "Siapa kamu sampai berani menamparku seperti itu?" tanya Nick dengan penuh amarah tidak peduli dengan jeritan Shireen yang kini menangis dan memohon agar Nick melepaskannya. Tatapan matanya penuh kemarahan, membuat Shireen semakin takut pada suaminya. "Aku tidak akan pernah menceraika
Setelah selesai membereskan apartemen dan semuanya sudah rapi. Perut wanita cantik itu mulai bersuara karena lapar. Shireen membuka lemari es dan menemukan bahwa dapur ternyata kosong tak bersisa. Dalam hati, ia merasa kesal. Karena bisa-bisanya Nick tidak memiliki satu makanan pun di dapurnya. Ia merogoh ponselnya dan segera mengirim pesan singkat kepada suaminya meminta uang untuk belanja.Tak lama kemudian, ponsel Shireen bergetar menandakan ada pesan masuk. Nick telah mentransfer uang, namun jumlahnya sangat sedikit. Shireen menghela napas panjang, kesal karena uang yang dikirim oleh Nick tidak akan cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Shireen mencoba menelepon Nick untuk menjelaskan situasi, tetapi sayangnya panggilan itu tidak diangkat. Ia menunggu beberapa saat, tetapi tetap saja tak ada jawaban dari Nick.Kesal dan tak punya pilihan lain, Shireen mengambil tas dan dompetnya lalu berangkat menuju pusat perbelanjaan. Sebelum belanja, tentu saja dia harus pergi ke ATM untuk
Nick tiba-tiba menghentikan aksinya setelah melihat kedatangan Shireen secara tiba-tiba. Dia segera mencabut miliknya dari tubuh wanita itu. Wanita tersebut segera mencari pakaian untuk menutupi tubuhnya yang terlanjur terbuka.Shireen, yang sejak tadi hanya bisa menahan tangis dan amarahnya, kini berjalan mendekati Nick dengan langkah gontai."Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan suara parau, menatap Nick yang sekarang sedang berdiri sambil memakai celananya kembali. Nick menoleh ke arah Shireen, wajahnya tampak tanpa rasa bersalah."Kamu masih tanya?" balasnya dengan nada sinis, membuat Shireen semakin marah.Tak kuasa menahan emosi yang memuncak, Shireen menampar wajah Nick dengan sekuat tenaga. Dia merasa cukup dengan segala penghinaan yang dialaminya
Shireen berusaha duduk, tetapi kepalanya terasa sakit membuatnya mengerang dan Nick langsung membantunya agar Shireen bisa duduk dengan nyaman. Namun, sentuhan hangat dari suaminya itu ditolak mentah-mentah oleh Shireen.Nick hanya tersenyum miring melihat sikap istrinya itu, tetapi dia tidak keberatan sama sekali dengan sikap Shireen barusan."Shireen, kenapa kamu selalu membahayakan dirimu sendiri?" tanya Nick dengan nada tinggi.Shireen menghela napas panjang, mencoba untuk menghindari tatapan tajam suaminya. Dia sama sekali tidak ingin terlibat dalam pertengkaran ini."Ya, meski kamu harus terluka seperti ini, tetapi kamu selalu memberiku keberuntungan," lanjut Nick, kali ini sambil tersenyum seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Shireen menoleh k
Shireen hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan perasaan marah dan kesal yang membuai hatinya. Pikirannya dipenuhi oleh sikap Nick yang begitu menyakitkan. Wajah Shireen merona kemerahan, matanya memancarkan amarah yang terpendam. Namun, dengan tubuh yang lemah dan belum pulih sepenuhnya, tak banyak yang bisa ia lakukan untuk mengekspresikan kemarahannya. Bibir Shireen bergetar, menahan tangis yang hendak pecah. Ia mengingat betapa banyak air mata yang telah terbuang sia-sia untuk Nick. Shireen mengepalkan tangannya di bawah selimut, berusaha mengalihkan perhatian dari laki-laki brengsek itu. Air matanya terlalu berharga untuk dihabiskan pada seseorang yang tak layak. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, membuat Shireen langsung menoleh. Suasana hati yang tengah terguncang, membuat jantung Shireen berdegup kencang. Ia tak tahu siapa yang akan masuk, apakah itu Nick atau seseorang yang akan membawa berita tentang laki-laki itu. Dalam keadaan seperti ini, Shireen berusaha
"Sialan, Nick! Istrimu itu memang gila!" ucap Kayla benar-benar marah karena kini tubuhnya kotor dan bau setelah disiram air comberan oleh Shireen. Rambutnya yang biasanya terurai indah kini basah menggumpal, membuatnya semakin kesal pada tingkah laku Shireen."Dia memang gila," timpal Nick yang juga marah atas perbuatan yang Shireen lakukan. Karena kini bukan hanya tubuhnya yang harus dibersihkan, tetapi juga tempat tidur, seprai, dan juga selimut agar tidak bau. Mungkin Nick akan membuang dan membelinya yang baru. Pikirannya melayang pada biaya tambahan untuk membersihkan semua barang-barang tersebut akibat ulah nakal Shireen."Pokoknya aku mau pergi perawatan! Aku tidak mau tahu!" ucap Kayla yang marah kepada Nick lalu melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Nick sendiri benar-benar kesal dan juga marah. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang sudah Shireen lakukan.Setelah Nick membersihkan diri, terlihat Kayla yang sudah pergi tanpa banyak bicara. Wanita
Shireen menghela napas berat, mencoba menenangkan diri. Ia memutuskan untuk meminta maaf kepada Liam atas keingintahuannya yang mungkin membuat pria itu tidak nyaman. "Maaf, Liam. Aku tidak bermaksud penasaran dengan kehidupanmu," ucap Shireen dengan suara rendah, penuh rasa bersalah juga takut. Liam menatapnya dengan dingin, sorot matanya keras dan tak terbaca. "Shireen, k6au dibayar bukan untuk bertanya banyak hal. Kamu hanya perlu melakukan apa yang kuminta," balas Liam tegas, suaranya terdengar tanpa emosi. Shireen menunduk, merasa semakin kecil di hadapan pria itu. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut darinya, Liam berbalik dan keluar dari ruangan VIP. Shireen, tak punya pilihan lain, mengikuti langkah Liam yang panjang dan tegap kembali ke tempat pesta yang masih berlangsung. Musik yang memekakkan telinga menyambut mereka saat mereka kembali ke aula utama. Liam berjalan menuju bar dan duduk di salah satu kursi yang tersedia. Tanpa banyak bicara, ia memesan segelas wine. Shir
Shireen merasa ketakutan melihat Liam yang kini sudah bertelanjang dada. Ia terpojok di atas sofa dengan dekorasi mewah yang tampak tidak lagi berarti di matanya. Ruangan yang semula dipenuhi tawa dan suara musik kini sunyi, hanya suara napasnya yang terdengar memburu. Cahaya lampu kristal yang tergantung di langit-langit memantul lembut di dinding ruangan, memberikan suasana yang kontras dengan kegelisahan yang dirasakannya.Liam, dengan senyum lebar yang seolah tak peduli, mendekati Shireen perlahan. Air mata yang membasahi wajah cantiknya tidak mengurangi kegigihan pria itu. Sebaliknya, senyum Liam semakin melebar, menambah ketegangan yang menggantung di udara. Ia meraih lengan Shireen, menariknya dengan kekuatan lembut namun penuh dominasi, membuat gaun elegan yang dikenakan Shireen melorot jatuh ke lantai.Liam berbisik di telinganya, "Tidak perlu menangis. Kamu akan menikmatinya."Namun, kata-kata itu tidak memberikan ketenangan; justru menambah rasa takut dan cemas yang menggel
Shireen menelan ludah saat Liam memimpinnya kembali ke hotel itu. Namun, kali ini tujuan mereka bukanlah sebuah kamar hotel, melainkan sebuah ruangan dengan pintu yang dijaga ketat oleh seorang pria berbadan tegap. Pria itu segera mengenali Liam dan tanpa ragu membuka pintu untuknya."Tuan Liam, selamat datang," sapa pria itu, sambil memberi hormat.Liam mengangguk dingin lalu menatap ke arah Shireen dengan tajam. “Pegang tanganku, Shireen.”Shireen terkejut, ragu untuk melakukannya. Melihat keraguan Shireen, Liam membentaknya, "Ayo, pegang lenganku. Jangan membuatku marah!"Refleks, Shireen langsung memegang lengan Liam erat-erat, takut akan kemarahan pria itu. Mereka berjalan beriringan memasuki ruangan yang ternyata adalah tempat sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Cahaya lampu yang redup, musik yang menghentak, serta aroma alkohol dan parfum memenuhi udara.Shireen mencoba menyesuaikan diri dengan suasana pesta yang ramai dan penuh hingar bingar. Ia melihat banyak pria dan wani
"Sebelum pergi, aku ingin kamu memakai ini!" ucap Liam sambil mengeluarkan sebuah gaun yang terlihat begitu mewah dan indah dari lemari pakaian. Gaun berwarna abu-abu dengan payet-payet yang bersinar terang, jelas menunjukkan bahwa gaun itu sangat spesial. "Untuk apa aku memakai itu?" tanya Shireen, bingung dengan niat Liam yang tiba-tiba memintanya untuk memakai gaun tersebut. "Lakukan saja! Mengerti?" balas Liam dengan nada tegas, membuat Shireen tidak bisa menolak. Dengan perasaan penasaran, Shireen menerima gaun tersebut dan berjalan menuju kamar mandi untuk menggantinya. Setelah beberapa menit, Shireen keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gaun itu. Terlihat wajahnya merona dan gaun itu sangat cocok dipakai oleh Shireen. Lembutnya kain gaun itu menyentuh kulitnya, membuatnya merasa seperti seorang putri. Liam yang melihat penampilan Shireen tersenyum puas, seolah-olah dia sudah bisa membaca pikiran Shireen yang bertanya-tanya apa rencananya. Dalam hati kecil Shireen, dia m
Shireen dipaksa masuk ke dalam sebuah luxury hotel yang terletak di pusat perkotaan. Dia ingin sekali meminta tolong kepada orang-orang yang melewatinya, tetapi entah kenapa dia hanya bisa diam seribu bahasa. Tangannya yang terus dicengkram begitu kuat oleh Nick, membuat Shireen mau tidak mau mengikuti langkahnya. Hatinya berdebar-debar karena situasi yang tak ia duga.Sampailah mereka di lantai 10. Nick langsung mencari kamar hotel dengan nomor sama yang ada di ponselnya. Setelah menemukannya, Nick langsung mengetuk pintu sambil melihat ke arah sekeliling dengan waspada. Shireen merasakan ketegangan di udara dan berharap bisa pergi dari sana, tetapi melihat Nick yang begitu kuat mencengkram tangannya membuat Shireen yakin jika dia tidak bisa pergi untuk melarikan diri.Tak berselang lama, seseorang membuka pintu. Terlihatlah Liam yang hanya memakai jubah mandi berwarna putih. Dengan raut wajah tegasnya dan tanpa mengatakan apa pun dia memberi kode kepada Nick agar Shireen disuruh mas
"Sialan, Nick! Istrimu itu memang gila!" ucap Kayla benar-benar marah karena kini tubuhnya kotor dan bau setelah disiram air comberan oleh Shireen. Rambutnya yang biasanya terurai indah kini basah menggumpal, membuatnya semakin kesal pada tingkah laku Shireen."Dia memang gila," timpal Nick yang juga marah atas perbuatan yang Shireen lakukan. Karena kini bukan hanya tubuhnya yang harus dibersihkan, tetapi juga tempat tidur, seprai, dan juga selimut agar tidak bau. Mungkin Nick akan membuang dan membelinya yang baru. Pikirannya melayang pada biaya tambahan untuk membersihkan semua barang-barang tersebut akibat ulah nakal Shireen."Pokoknya aku mau pergi perawatan! Aku tidak mau tahu!" ucap Kayla yang marah kepada Nick lalu melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Nick sendiri benar-benar kesal dan juga marah. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang sudah Shireen lakukan.Setelah Nick membersihkan diri, terlihat Kayla yang sudah pergi tanpa banyak bicara. Wanita
Shireen hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan perasaan marah dan kesal yang membuai hatinya. Pikirannya dipenuhi oleh sikap Nick yang begitu menyakitkan. Wajah Shireen merona kemerahan, matanya memancarkan amarah yang terpendam. Namun, dengan tubuh yang lemah dan belum pulih sepenuhnya, tak banyak yang bisa ia lakukan untuk mengekspresikan kemarahannya. Bibir Shireen bergetar, menahan tangis yang hendak pecah. Ia mengingat betapa banyak air mata yang telah terbuang sia-sia untuk Nick. Shireen mengepalkan tangannya di bawah selimut, berusaha mengalihkan perhatian dari laki-laki brengsek itu. Air matanya terlalu berharga untuk dihabiskan pada seseorang yang tak layak. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, membuat Shireen langsung menoleh. Suasana hati yang tengah terguncang, membuat jantung Shireen berdegup kencang. Ia tak tahu siapa yang akan masuk, apakah itu Nick atau seseorang yang akan membawa berita tentang laki-laki itu. Dalam keadaan seperti ini, Shireen berusaha
Shireen berusaha duduk, tetapi kepalanya terasa sakit membuatnya mengerang dan Nick langsung membantunya agar Shireen bisa duduk dengan nyaman. Namun, sentuhan hangat dari suaminya itu ditolak mentah-mentah oleh Shireen.Nick hanya tersenyum miring melihat sikap istrinya itu, tetapi dia tidak keberatan sama sekali dengan sikap Shireen barusan."Shireen, kenapa kamu selalu membahayakan dirimu sendiri?" tanya Nick dengan nada tinggi.Shireen menghela napas panjang, mencoba untuk menghindari tatapan tajam suaminya. Dia sama sekali tidak ingin terlibat dalam pertengkaran ini."Ya, meski kamu harus terluka seperti ini, tetapi kamu selalu memberiku keberuntungan," lanjut Nick, kali ini sambil tersenyum seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Shireen menoleh k
Nick tiba-tiba menghentikan aksinya setelah melihat kedatangan Shireen secara tiba-tiba. Dia segera mencabut miliknya dari tubuh wanita itu. Wanita tersebut segera mencari pakaian untuk menutupi tubuhnya yang terlanjur terbuka.Shireen, yang sejak tadi hanya bisa menahan tangis dan amarahnya, kini berjalan mendekati Nick dengan langkah gontai."Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan suara parau, menatap Nick yang sekarang sedang berdiri sambil memakai celananya kembali. Nick menoleh ke arah Shireen, wajahnya tampak tanpa rasa bersalah."Kamu masih tanya?" balasnya dengan nada sinis, membuat Shireen semakin marah.Tak kuasa menahan emosi yang memuncak, Shireen menampar wajah Nick dengan sekuat tenaga. Dia merasa cukup dengan segala penghinaan yang dialaminya