Share

Belum Bisa

Penulis: Khanna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 18:07:51

6

“Mas Raden, benarkah kau masih mencintaiku? Hem? Lantas, kenapa kau tega mengusir anak kita? Dia gadis mungil yang kukandung selama sembilan bulan. Kau elus perutku penuh cinta dan menciuminya dengan lembut. Kau juga mengatakan, anak kita akan cantik sepertiku. Tapi, kenapa sekarang kau seperti ini? Sayangilah Rindu seperti kau menyayangi dan mencintaiku, Mas.”

Air mata mulai menggenang, mengalir pelan di pipi, membasahi kulit tanpa Raden sadari.

Raden mengerjapkan mata perlahan. Kejadian tadi hanyalah mimpi. Namun, wanita yang begitu dicintainya itu begitu nyata mengucapkan kata demi kata yang menggetarkan jiwa.

Tangan bergerak menyeka air mata yang entah sejak kapan jatuh, bukti dari mimpi yang terlalu nyata, terlalu penuh dengan rindu yang tak berkesudahan. Ingin merengkuhnya lagi seperti dulu. Bukan siksa yang dirasa hingga detik ini.

“Bukan maksudku begitu, Ningrum. Rindu adalah sebab kematianmu. Aku belum bisa menerimanya. Aku takut dia mengulang hal yang sama pada istri baruku. Aku tidak ingin mengulang kesedihan yang sama. Itu terlalu sakit untukku,” gumam Raden. Ia mengatur napasnya untuk membuang kecamuk yang mendera diri.

Ia masih berbaring, tetapi telinganya mendengar lantunan ayat suci dari masjid terdekat. Menandakan, orang-orang baru selesai berjamaah salat subuh dan mengaji bersama, setidaknya setengah jam.

“Untuk sekarang, aku belum bisa menyayanginya seperti aku menyayangimu dulu. Dia merenggutmu dari duniaku. Bahkan, kemarin, aku melihat sendiri anak itu mendorong Dewi. Aku tak mau nasibnya sama sepertimu. Maafkan aku karena belum bisa mewujudkan keinginanmu, Ningrum.”

Raden masih sangat mengingat jelas wajah Ningrum meski sudah menikahi Dewi dan mencintainya layaknya mencintai istri terdahulunya.

Namun, Ningrum adalah seseorang yang selalu dirindukannya, seseorang yang pernah menjadi pusat dunianya. Pusat kebahagiaannya yang teramat sangat berharga.

Dalam mimpi tadi, sebelum bicara seperti itu, sosok itu tersenyum, senyum yang begitu hangat, begitu familier, menyulut api rindu yang selama ini tak pernah benar-benar padam.

Meski begitu, Raden masih sulit untuk menerima kehadiran Rindu yang merenggut pusat dunianya itu. Bahkan, tak akan mungkin menerimanya dengan lapang dada. Melihatnya menimbulkan luka yang menggores berulang kali.

Sebelum bangun, Raden melihat Dewi yang masih terlelap tidur. Seseorang yang bisa sedikit menyembuhkan luka dari masa lalu hingga kebahagiaan itu kembali direngkuh.

“Aku tidak mau kehilanganmu seperti aku kehilangan Ningrum,” gumamnya.

Kalimat yang terlontar, bukan hanya ucapan belaka. Namun, kesungguhan itu terperangkap dalam setiap kata.

***

“Hari-hariku pasti akan indah tanpa kehadiran Rindu si benalu itu di rumah ini.”

Baru bangun tidur dan duduk di ranjang setelah mengumpulkan kesadaran, Dini mengingat tentang Rindu sambil tersenyum miring. Harapan itu akhirnya terkabul mulai detik ini.

Jemarinya meraih ponsel. Ia mengingat lagi percakapannya bersama teman-teman yang dibuat dalam sebuah grup.

Jadinya bagaimana, nih? Mau pergi ke mana? Sebelum pada kerja, loh.

Itu tadi referensi dariku. Rumah Makan Saung Berkah. Bagus loh, tempatnya. Masih asri. Makanannya enak-enak. Kita bisa main air di sungai yang bersih. Buat foto-foto juga bagus.

Kalau memang pada setuju, ya sudah, ke situ saja.

“Tempatnya bagus sih, dilihat dari foto dan video yang dikirim,” gumam Dini.

Dini mulai menggoyangkan jempolnya untuk menyampaikan pendapatnya.

Dari foto sama video, sih, emang kelihatan bagus. Kalau makanannya enak-enak, aku setuju kalau pergi ke situ.

Sudah terkirim. Namun, masih pagi penghuni grup belum ada yang membalas. Masih terbuai oleh mimpi yang indah.

“Sebelum mulai kerja, wajib banget liburan dulu, kan? Pesta kemarin juga bikin happy banget. Hidupku benar-benar luar biasa, ditambah Rindu yang sudah enyah dari rumah ini.”

Udara dihirup dalam-dalam sambil menyunggingkan senyuman. Dini sangat yakin tentang kehidupannya ke depan akan semakin cerah penuh kebahagiaan. Bagaimana tidak, sumber kebenciannya sudah tidak terlihat lagi oleh matanya.

***

Meski di kepala banyak tanda tanya, Rindu tidak sedikit pun menyampaikannya pada Uka.

Mereka hanya berbincang tentang apa yang sedang dilihat. Uka juga tidak mengatakan apa pun. Padahal, Rindu cukup mengharapkannya.

Rindu menyimpan mukena di kamar. Lalu, melangkah ke dapur untuk mengolah bahan makanan. Itu pun kalau sudah ada bahan-bahannya di sana.

“Rindu, boleh kita mengobrol sebentar?”

Rindu tertahan langkahnya oleh permintaan dari Uka. Kepala mengangguk.

Mereka duduk di ruang tengah yang tidak begitu luas.

“Boleh aku ngomong sekarang?” ujar Uka mengawali percakapan.

“Iya, silakan.”

“Ini tentang keluargaku. Kita sudah menikah walau entah nantinya akan bertahan sampai kapan, tapi bukankah kamu ingin tahu keluargaku, Rindu?”

Rindu tidak langsung menjawab. Ia merasa membeku untuk sesaat.

“Iya, boleh, kalau kamu tidak keberatan,” jawab Rindu mencari jalan tengah.

“Walau aku tidak sekaya keluargamu, Rindu? Atau kamu mau berpisah tanpa harus mengenal keluargaku. Aku tidak ingin memaksa. Sebisa mungkin, semua keputusan ada di tanganmu.”

“Bolehkah aku bertanya padamu?”

Rindu tidak bisa menahannya selagi pembahasan mereka seperti ini.

“Iya, katakan saja.”

“Apa kamu tidak keberatan dengan pernikahan kita yang terjadi secara tiba-tiba? Kenapa kamu bertanya seperti tadi seolah aku yang punya kendali penuh. Kamu juga punya kebebasan untuk memilih kalau kamu merasa terbebani olehku. Hanya saja, memang aku agak takut kalau sendirian di tempat asing tanpa siapa pun. Aku sudah terbiasa hidup di bawah perintah ayahku, bukan seperti sekarang yang sendirian. Sebenarnya, aku juga agak takut denganmu karena hubungan kita sebelumnya tidak sedekat itu. Maaf, aku banyak bicara.”

“Luahkan saja semuanya. Aku tidak mempermasalahkannya, Rindu.”

“Itu saja, aku ingin mendengarkan jawaban darimu. Aku mohon, jangan jahat kepadaku.”

Kepedihan perlahan menyusup masuk ke celah-celah ruangan dalam dada. Deretan masalah yang menderanya kemarin, bahkan sebelum-sebelumnya bergumul sulit dihindarkan. Ia takut kalau akan ada masalah baru yang makin rumit membelenggu hidupnya.

Mata yang belum seutuhnya normal, tidak bengkak karena menetesnya air mata terus-menerus, malah kembali mengulangnya. Bulir kristal menerobos keluar dan merembes ke pipi.

“Aku mohon, jangan menangis, Rindu. Aku tidak pernah bermaksud jahat padamu. Sedikit pun aku tidak pernah memikirkannya. Tolong, jangan menangis.”

Rindu mengangguk, lalu mengusap air matanya. Ada sedikit rasa lega ketika Uka mengatakannya. Lelaki itu rajin beribadah, ucapannya seharusnya dapat dipercaya.

“Aku akan menjawabnya, Rindu. Aku ....”

Belum sempat melanjutkan perkataannya, ada seseorang mengetuk pintu depan. Seketika, mereka menoleh ke arah pintu. Lalu, saling tatap.

“Maaf, Rindu. Kita lihat dulu siapa yang datang mengetuk pintu,” ujar Uka agak tidak enak mengingat Rindu pasti sangat ingin mendengar jawabannya.

Namun, pintu lagi-lagi diketuk dari luar.

“Iya, tidak usah minta maaf. Mungkin penting. Jadi bertamu sepagi ini. Apalagi aku pendatang baru di sini.”

Uka mengangguk, lalu bangkit dan berjalan mendekati pintu. Disusul oleh Rindu. Ia juga penasaran siapa yang ada di luar sana.

Bab terkait

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Terharu

    7“Assalamualaikum, selamat pagi. Mohon maaf kalau mengganggu karena datang sepagi ini, Tuan,” ujar seorang perempuan paruh baya yang muncul dari balik pintu yang dibuka oleh Uka. Yang pertama kali dilihat memang lelaki itu.Uka menjawab salamnya lirih sambil melebarkan mata sebab di belakangnya ada Rindu.“Oh, ada Nyo, eh, maksud saya Mbak juga. Selamat pagi,” ujar orang itu lagi ketika menyadari kehadiran Rindu. Ia semakin canggung.“Iya, Ibu, selamat pagi,” jawab Rindu dengan ramah sambil tersenyum.Uka agak mundur agar Rindu lebih leluasa.“Maaf, pagi-pagi mengganggu.”“Tidak apa-apa, Bu. Memang lagi santai tadi belum sempat ke dapur buat masak.”“Lebih baik tidak usah memasak, Mbak. Ini, saya membawa sarapan buat kalian.”“Loh, Bu. Malah merepotkan. Kami, terutama saya pendatang baru di sini. Seharusnya kami yang menjamu Ibu sebagai tanda perkenalan kami karena baru tinggal di sini. Bukan malah begini, Bu.”Tentu saja, Rindu cukup keberatan. Tidak enak hati karena belum ada seha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Ibu, Doakan Aku Dari Sana

    8Mereka sampai. Motor diparkir di tempat parkir khusus untuk para pegawai.“Sebelum kamu mulai bekerja, boleh aku tanya lagi?”Rasa penasaran itu sulit dibendung oleh Rindu. Merongrong dan harusnya mendapatkan jawaban dengan cepat.Uka menoleh setelah menstandar motornya dengan benar.“Iya, katakan saja.” Kepala mengangguk.“Kalau boleh tahu, kenapa kamu bisa dapat rumah kontrakan di desa ini? Apakah sebelumnya kamu sudah pernah tinggal di sini? Aku rasa, orang-orang di sini seperti sudah mengenalmu. Lalu, apakah kamu mengenal sopir taksi online yang tadi malam mengantar kita ke sini?”Kata-kata yang keluar dari lisan Rindu seperti hujan yang turun begitu deras menghunjam Uka yang mendengarnya.Sebenarnya masih banyak tanda tanya yang bersemayam di lubuk hati. Namun, Rindu mencoba meringkasnya hanya untuk menepiskan sedikit rasa penasaran yang terasa meronta.“Kalau aku jawab semua di sini, sepertinya tidak mungkin agar kamu tidak salah paham kepadaku. Yang jelas, aku memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Sia Tercipta Dari Tulang Rusukmu

    9“Bukan begitu, Ma. Aku tidak bermaksud mempersulit pertemuan Mama sama Rindu. Hanya saja, aku masih bingung, Ma. Kami belum lama kenal dan tiba-tiba menikah.”“Kan, memang itu tujuanmu sampai jadi pembantu di rumahnya Raden, Sya.”“Iya, Ma. Tapi, bukan begini kan, harusnya? Rencana awal kan, aku pelan-pelan mendekatinya biar dia mencintaiku, baru aku menikahinya mengingat kata Mama, Rindu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya. Karena itu, orang tuanya pasti setuju saja kalau menikah denganku walau seorang pembantu.”“Tapi, takdir yang menuntunmu sampai di titik ini, Ukasya. Artinya, Rindu mungkin memang ditakdirkan untukmu. Dia tercipta dari tulang rusukmu, Sya. Makanya, rencana awal kita gagal, tapi malah dipermudah begini. Kamu langsung dinikahkan sepihak oleh Raden. Mama lucu juga senang waktu kamu menceritakannya.”Wanita berhijab itu tertawa renyah. Tampak sangat bahagia ketika membahas Rindu bersama anak lelakinya.“Iya, mungkin saja, Ma. Tapi, Mama sabar dulu, ya. Nanti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Kamu Baik-Baik Saja, Kan?

    10“Rindu! Kamu baik-baik saja, kan?” ujar Ukasya lagi sebab tidak ada jawaban.Raut wajah lelaki itu menjadi tegang. Kekhawatiran menyusup masuk karena tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Rindu, mengingat banyak masalah yang didera gadis itu akhir-akhir ini.Gejolak di dalam hati juga terasa lebih besar. Ukasya hanya ingin Rindu baik-baik saja.“I-iya. Aku baik-baik saja,” jawab Rindu pada akhirnya.Embusan rasa lega keluar dari mulut ketika mendengarnya. Ketegangan yang tadi mencengkeram perlahan jauh menghilang.“Apa kamu masih lama? Ini sudah semakin sore, bahkan hampir magrib. Aku pikir, kamu kenapa-kenapa di dalam.”Bagaimanapun, Ukasya harus mendapatkan jawaban pasti. Jawaban yang benar-benar melegakan seisi hati.“Emm ... itu. Aku, emm ....” Rindu masih sangat ragu meski rasa dingin semakin menusuk kulit.“Kamu yakin, kamu baik-baik saja di dalam?”Kembali, Ukasya didera rasa cemas ketika Rindu tidak jelas bicaranya. Rasa lega itu semakin enggan pergi.Kalau aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Makin Terasa Aneh

    11“Ayo, masuk dulu. Tidak enak dilihat orang, dikira kita lagi berantem,” ujar Ukasya sambil mengulas senyum.Rindu menghela napas kasar. Lalu, mengikuti langkah lelakinya sambil membawa rantang.“Sebenarnya, ada apa, sih, Mas? Kenapa Bu Fatimah kasih kita sarapan lagi?”Setelah masuk rumah dan pintu ditutup, Rindu langsung menagih jawaban.“Jadi, Bu Fatimah salah satu tukang masak di tempat kerja kita. Aku dengar, kalau pegawainya selalu diberi sarapan begini setiap hari.”“Ha? Memang ada yang begitu? Lalu, kemarin kan, kamu belum mulai kerja. Kenapa sudah dikasih?” Normal saja Rindu menanyakan sesuatu yang mengganjal hatinya.Rasa tidak enak hati sebab merasa menjadi beban sedikit luntur, itu pun karena pernyataan dari Ukasya sendiri. Jadi, Rindu bisa menanyakan rasa penasarannya seperti sekarang.“Aku kan, mendaftarnya malam-malam. Mungkin sudah dapat jatah. Aku juga tidak tahu, sih.”Rindu bingung mau bertanya apa lagi meski masih banyak yang menjadi tanda tanya di benak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Bertemu Dini

    12“Maaf, permisi,” ujar Rindu sambil menunduk dan melangkahkan kaki.“Heh! Tunggu, dong! Jadi pelayan itu yang sopan! Diajak pelanggan ngomong, malah lancang pergi!”Dini meraih tangan Rindu. Ia mencengkeram sengaja menahan agar saudara satu ayahnya itu tetap berada di dekatnya.“Saya harus kembali bekerja. Tolong lepaskan tangan saya.” Rindu berusaha sopan.Dini tertawa mengejek.“Din, aku sepertinya pernah melihat dia. Tapi, lupa di mana. Kalau kamu kenal, pantas sih, kalau aku sepertinya tahu. Memangnya, dia siapamu, sih, Din? Beneran deh, aku lupa.” Orang yang tadi memanggil Dini untuk melihat makanan yang tersaji di meja, kembali bicara.“Dia ini mantan benalu di rumahku. Ingat kan, kalian?” ujar Dini masih menjegal tangan Rindu.“Mohon maaf, saya harus kerja lagi,” ujar Rindu berusaha menghindari Dini.“Tunggu! Pelayan saja, belagu!” bentak Dini.“Dengerin ya, semuanya! Ini itu, si Rindu. Taulah ya, dia anaknya ayahku yang tidak diinginkan. Makanya, dia jadi pelayan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Aku Mohon

    13“Apa yang dia katakan semuanya benar, Rindu?” tanya Ukasya agar semua terang.“Bu-bukan begitu. Aku hanya tersandung,” ujar Rindu belum mau mengaku.“Saya akan menunjukkan di mana pengunjung yang tadi melakukannya. Saya bersumpah, sudah melihat dari jauh. Saya hendak mendekat sesudah menyelesaikan tugas, Mbak Rindu malah keburu pergi dan saya menyusul ke sini.”Rindu makin terpojok oleh pengakuan teman kerjanya itu yang begitu tegas.Ukasya menatap penuh selidik. Ada harapan besar yang digambarkan oleh wajahnya agar Rindu mengatakan kejujurannya.“Rindu, tolong katakan yang sejujurnya,” pinta Ukasya.Berat untuk mengakui menimbang tentang dirinya dan Ukasya baru bekerja di tempat itu. Rindu hanya takut mereka dipecat.“Aku mau jujur, tapi tolong, turuti keinginanku, Mas.” Kali ini, Rindu yang meminta dengan serius.“Iya, katakan saja.”Udara diambil dalam-dalam lewat hidung, lalu membuangnya perlahan sebelum mengungkap kebenarannya.“Aku memang disuruh mengguyur minuman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Aku Mencintaimu, Rindu

    14“Kenapa kamu menarikku, Rindu? Aku mau ngomong sama dia!” ujar Ukasya tetap berjalan sebab ditarik Rindu.Namun, terpaksa berhenti dan Rindu melihat mata lelaki itu dengan serius.“Mas, tolonglah, tepati janjimu. Aku tidak mau ada keributan dan membuat kita dipecat, Mas. Kita butuh kerjaan. Terutama aku, Mas. Biar aku tidak merepotkanmu terus.”Ukasya mendesah kasar. Lalu, ia mengingat sesuatu.Benar, sih. Hampir saja aku ngomong yang sebenarnya.“Baiklah, Rindu. Aku menurutimu walau kekesalanku pada Dini masih sangat besar. Suatu saat nanti, aku akan membalas perbuatannya biar dia tahu rasa dan bisa berpikir.”“Iya, Mas. Suatu saat nanti, ya.”Rindu merasa mustahil. Ia hanya mengiyakan agar tidak semakin melebar.“Ayo, kita pulang. Kamu harus mandi dan ganti baju biar tidak lengket,” ajak Ukasya.“Iya, Mas. Kita minta izin dulu sama manajer, ya.”Ukasya berdecap, tetapi menyetujuinya.*** “Sya, kapan Mama bisa ke situ? Atau Rindu kamu bawa ke sini, Sya.”Saat Rindu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Menemui Ayah

    “Buat apa mereka datang ke sini?” gumam Dewi ketika melihat dari jendela kedatangan mobil yang di dalamnya adalah Rindu dan keluarga besannya.Rasa gelisah merongrong di dalam hati. Dugaannya salah. Mereka ternyata masih akan menginjakkan kaki di rumahnya. Apalagi keluarga besannya adalah atasan dan pemilik tempat kerjanya Raden. Makin panas dingin yang dirasakan oleh wanita itu.Bel rumah berbunyi. Pembantu membukakan dan menyuruh para tamu itu untuk duduk sedangkan dirinya memanggil sang empunya rumah.Dewi mengatur perasaan yang tidak menentu di dalam dadanya. Ia berharap, keberuntungan selalu menyertai hidupnya agar tidak menjadi bumerang untuk dirinya sendiri atas semua yang sudah dilakukan.“Ayo, Ma. Kita temui mereka. Mungkin saja, Rindu akan mengemis untuk dimaafkan di depan kita semua,” ujar Raden dengan angkuhnya.Sang istri manggut-manggut seraya berekspresi canggung, tetapi mencoba untuk biasa saja.“Akhirnya, kamu datang juga, Rindu,” ujar Raden tidak bisa menahan diri ke

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Anak Durhaka

    “Apa anak itu tidak akan menemuiku? Anak durhaka!”Raden diperbolehkan pulang ke rumah setelah kondisinya membaik. Begitu pula dengan Dewi dan Dini, meski Dini masih harus memakai kursi roda.Sesuai rencana, Dewi sengaja menutupi semua kebaikan yang sudah Rindu lakukan. Tentang donor darah pun, ia berhasil merahasiakannya dari Raden. Ia bercerita kalau pendonor itu bukan dari keluarga sendiri. Raden pun percaya.“Sudahlah, Yah. Jangan memikirkan sesuatu yang tidak penting. Nyatanya memang Rindu anak yang durhaka. Sejak kita dirawat di rumah sakit, mana ada anak itu menjenguk kita, Yah. Boro-boro mengkhawatirkanmu yang lagi kritis butuh darah, padahal golongan darahnya sama denganmu, Yah.”Dewi terus saja meniupkan kebencian yang membuat Raden makin murka pada Rindu.Raden berdecap kesal. Dalam lubuk hatinya, masih ada keinginan agar Rindu yang masih darah dagingnya menjenguk dan menanyakan keadaannya. Apalagi kecelakaan itu terjadi setelah dirinya pulang dari pernikahannya Rindu. Buka

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Ayo, Pulang

    Setelah mencari ruangan tempat Raden dirawat dan diizinkan untuk masuk, Rindu terdiam melihat sang ayah yang berbaring tak berdaya di atas ranjang pesakitan.Kenangan di masa lalu yang isinya hanya rasa sakit kembali memutar secara otomatis di kepala.“Walau semua kenangan yang aku ingat hanya tentang keburukan Ayah, aku datang ke sini untuk membantumu, Yah. Aku tidak ingin menjadi Ayah versi yang lain karena apa yang Ayah lakukan benar-benar terasa sakit. Aku juga tidak ingin mengecewakan Ibu di atas sana kalau aku tidak mau membantu Ayah. Aku tidak ingin menjadi anak durhaka di mata Ibu, Yah. Meski setelah aku mendonorkan darahku, mungkin aku tidak akan menjenguk Ayah lagi. Kalau Ayah sadar, entah apa yang akan Ayah lakukan. Aku hanya tidak ingin merasakan sakit hati lagi.”Bulir kristal pada akhirnya membasahi pipi. Rindu menghapusnya. Lalu, mengatur napasnya agar perasaan yang bergejolak bisa mereda.Rindu yang seorang diri masuk ke ruangan itu, berbalik badan dan keluar dari sana

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Gejolak Demi Gejolak

    “Andai kita tidak pergi ke nikahannya Rindu, kecelakaan ini tidak akan terjadi kan, Ma?” Sambil terisak, Dini bicara dengan lirih, tetapi penuh amarah.Ibu dan anak itu sama-sama memikirkan satu orang yang sama. Satu orang yang selama ini sebagai sumber masalah dalam hidupnya yang tak pernah berkesudahan.“Aku pikir, Rindu yang sudah menjauh, sudah tidak akan mengusik hidupku. Tapi, sekarang malah begini, Ma! Kakiku terluka cukup parah dan entah ke depannya akan bisa sembuh seperti sedia kala atau tidak. Semua gara-gara Rindu kan, Ma?”Kepedihan itu nyatanya makin membutakan mata hati dari seorang Dini. Amarah pada Rindu makin menjadi-jadi. Hal buruk yang seandainya menimpanya di masa depan, harus menyalahkan Rindu. Ya, hanya wanita itu yang pantas disalahkan, bahkan dikutuk agar hidupnya lebih sengsara darinya.“Kalau sampai kakiku tidak bisa seperti dulu, aku mengutuk Rindu agar dia lebih menderita ketimbang aku, Ma! Aku tidak ingin dia bahagia, Ma!”Dini makin tersedu. Pikiran buru

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Rindu Sialan

    “Sayang, kamu yakin? Kalau tidak bisa, tidak usah dipaksakan, ya,” ujar Ukasya lumayan terkejut dengan ucapan tiba-tiba yang dilontarkan oleh Rindu.Beberapa menit yang lalu, Rindu menolak dengan keras bahkan sampai meluapkan emosi dan rasa sakit hati yang mengendap di dalam relung hati.“Iya, Mas. Aku mau melakukannya,” jawab Rindu.Hilda melihat sang menantu sambil tersenyum haru. Nasihatnya ternyata dipikirkan dengan begitu matang dan bijaksana hingga akhirnya keputusan akhir yang membuat kebahagiaan didengar dari lisan wanita itu.“Aku tanya sekali lagi, kamu yakin, Sayang?” Ukasya hanya menegaskan tindakan sang istri bukan karena terpaksa hingga membuatnya makin tersiksa. Begitu cintanya Ukasya pada Rindu.Rindu menganggukkan kepala beberapa kali. Di dalam hati masih ada sedikit keraguan yang mendesir lembut. Namun, nasihat Hilda juga terngiang di pikiran. Nasihat baik yang mungkin saja akan terkabul kalau Rindu sedikit menurunkan egonya meski rasa sakit itu masih membekas.“Iya,

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Luka di Hati

    Rindu membeku seketika. Antara percaya dan tidak. Namun, degupan di dalam dadanya kian terpacu. Meski tidak ada kenangan baik bersama Raden, wajah ayahnya itu terbayang di dalam kepala.“Rindu, Mama mohon, donorkan darahmu, ya? Bagaimanapun, Pak Raden adalah ayah kandungmu, Rindu. Mama khawatir terjadi hal yang lebih buruk kalau sampai kamu terlalu lama datang ke rumah sakit.” Hilda mengiba.Riko merangkul pundak istrinya sebagai isyarat untuk memberikan ruang terlebih dulu kepada Rindu. Ya, hanya Rindu yang bisa merasakan luka batinnya selama ini.Ukasya menyadari wajah Rindu memucat. Dengan sigap, ia merengkuh pundak wanita itu agar bisa tetap berdiri dengan tegap.“Mama hanya bercanda, kan?” ucap Rindu dengan lirih. Kepedihan dan kegundahan menerobos masuk ke ruangan-ruangan di dalam hati.Hilda menggeleng sambil menunjukkan wajah sedih.“Tapi, aku hanya anak pembawa sial, Ma. Ayahku selalu ngomong begitu. Aku anak terkutuk yang bisanya bikin masalah, bahkan membuat ibuku sendiri m

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Kabar Mengejutkan

    “Bagaiamana, Bu? Kami harus segera mendapatkannya agar Pak Raden bisa melewati masa kritis sesegera mungkin.”Beberapa waktu, Dewi hanya diam. Ia punya solusi, tetapi kemarahan pada Rindu yang membuatnya berpikir dua kali.Tapi, kalau aku tidak memberikan informasi yang aku tahu, Mas Raden bisa dalam bahaya. Aku tidak ingin hidupku semakin tak karuan.Dewi menghela napas pelan. Kenyataan yang terjadi bertolak belakang dengan keinginan yang besar di dalam hati. Demi Raden, Dewi harus menepis kebencian dan rasa gengsi yang besar pada Rindu. Ia harus meminta tolong pada anak tirinya itu.“Ada salah satu keluarga yang punya golongan darah yang sama dengan Mas Raden. Dalam HP-nya Mas Raden ada kontak bernama Rindu. Silakan hubungi dia,” ujar Dewi pada akhirnya karena tidak mau suaminya kenapa-kenapa.“Kami sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak ada jawaban. Apakah ada nomor lain yang bisa memberikan informasi penting ini kepada Saudari Rindu, Bu?”Kesal tentu dirasakan oleh Dewi. Ia seng

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Malam Pertama

    Jantungku pengen meledak rasanya. Tapi, keputusanku sudah bulat. Aku ingin jadi istri yang baik buat Mas Ukasya.Dalam hati, Rindu coba meyakinkan diri dengan apa yang sudah menjadi keputusannya. Ia memfokuskan lagi kedua matanya untuk melihat suaminya yang makin mendekatinya sambil tersenyum.Walau deg-degan banget, aku harus bisa jadi suami yang bisa mengayomi istri. Aku harus memahami keinginan Rindu meski dia tidak mengatakan apa pun.Sama juga dengan Rindu, Ukasya yang baru pertama kali berurusan dengan masalah ranjang begini harus menguatkan hati agar lebih berani bertindak.Ukasya duduk di dekat Rindu. Kedua mata mereka saling beradu. Namun, Rindu yang merasa malu, sesekali tertunduk.“Sayang, aku tidak mau memaksamu,” ujar Ukasya seraya mengusap punggung tangan Rindu.Sorot mata yang tertunduk, kembali melihat Ukasya meski tampak malu-malu.Kepala menggeleng.“Aku tidak merasa dipaksa, Mas. Aku hanya ingin menunaikan tugasku sebagai istri yang baik untukmu. Bolehkan aku melaku

  • PEMBANTU YANG DIPAKSA MENIKAHIKU ITU TERNYATA....   Sah

    “Apa kabar, Om? Eh, Ayah maksudku,” sapa Ukasya seraya mengulas senyuman manis.“Ba-baik,” jawab Raden sangat kaku dan berusaha membalas senyuman.“Anda pasti kaget dengan situasi saat ini. Yang jelas, namaku yang sebenarnya adalah Ukasya Adanu anak dari Ayah Riko yang merupakan CEO di tempat kerja Anda. Identitas waktu itu, bukan identitas asliku. Jadi, mohon doa restunya untuk pernikahan kali ini.”Raden yang tidak bisa banyak bicara hanya mengangguk. Ia memikirkan segalanya. Meski merasa ditipu, ia tak mungkin menggagalkan penikahan ini atau membawa pergi Rindu yang sudah diusir. Ia tak mau pula dipecat dari pekerjaannya yang sudah mapan serta nyaman kalau berulah.“Terima kasih untuk restunya, Yah,” ujar Ukasya lagi.“Iya. Sama-sama.”Para tamu undangan tentu berbisik. Seharusnya, wali nikah sudah siap bersama keluarga mempelai. Tidak malah menjadi tamu undangan. Namun, mereka tidak bisa mengutarakannya pula secara lantang mengingat yang punya hajat adalah atasan mereka. Semua yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status