PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (12)''Saya punya buktinya!''Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri kami. Dia menyerahkan semua bukti-bukti yang dibawanya kepada polisi yang ada di hadapan kami. ''Bi—bima ... kamu mendapatkan bukti itu dari mana?'' tanyaku terbata-bata. Aku sampai lupa bahwa Bima sama sekali nggak masuk ke kantor polisi bersamaku. Dia lebih memilih pergi tanpa ikut serta mendampingi kami masuk ke dalam.''Aku mendapatkan bukti-bukti ini tepat sesaat Pak Sanusi berada di rumah sakit. Beliau menyuruhku untuk mengumpulkan bukti-bukti agar bisa menjebloskan Hilman ke penjara,'' jelasnya memberitahu. Aku tertegun mendengar ucapannya.Terlihat, polisi membaca dengan seksama bukti yang diserahkan oleh Bima. Sementara Mas Hilman, dia membuang muka seakan menyimpan penuh amarah kepadaku. ''Bukti ini sudah selesai saya baca. Di dalamnya juga tertulis bahwa saudari Wulan Widya menggugat saudara Hilman Saputra—mantan suaminya, karena sudah menjual tanah beserta rumah d
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (13) PoV Hilman ''Bagaimana sayang si Wulan sudah kamu ceraikan belum?'' tanya Dewi. Dia menatap lekat wajahku seakan penuh harapan. ''Tentunya, sayang. Aku sudah menceraikan si Wulan. Lagipula untuk apa aku mempertahankannya, dia sama sekali nggak secantik kamu,'' ujarku bangga. ''Kalau begitu, kapan kamu akan menikahi aku?'' Sepertinya dia menagih janjiku, karena sebelumnya aku pernah menjanjikan bahwa setelah nanti aku dan Wulan bercerai aku akan segera menikahi Dewi. Awalnya memang aku berniat ingin segera menikahinya dalam waktu dekat, tapi entah kenapa aku mengurungkan niat dan belum ingin menjadikan Dewi sebagai istri. ''Nanti kalau uang tabungan sudah banyak, kita akan segera menikah. Kamu yang sabar, ya,'' ucapku tanpa memastikan kapan hari yang tepat untuk menikahinya. ''Kita nikah sirih saja dulu, aku sudah nggak kuat ingin setiap saat bersamamu, sayang.'' Dewi memohon, wajahnya menekuk memperlihatkan kesedihan yang dirasakan
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (14)''Ke mana?''''Ke rumah sakit. Barusan pihak rumah sakit telepon dan mengatakan Ibu dirawat dan menyuruhku untuk secepatnya ke sana.'' Aku menjelaskan.''Aku nggak mau!'' Tolaknya tanpa memberi alasan. Dia terlihat acuh dan sama sekali nggak punya rasa kasihan. ''Kenapa?''''Ya untuk apa bertemu ibumu, nanti malah aku lagi yang harus ngejaga ibumu selama di sana,'' tuturnya.''Memangnya kenapa? Kan sebentar lagi juga kita akan menikah, kamu harus menghormati ibuku selayaknya ibumu juga. Termasuk merawat ibuku jika sakit.'' Aku mencoba memberi pengertian terhadap Dewi, walaubagaimana pun ibuku juga pastinya akan menjadi ibu mertuanya. Dia harus paham bahwa merawat ibuku yang sakit adalah pahala yang akan membawanya masuk ke surga. Bukan hanya berbakti kepada suami saja, sama halnya seperti yang dilakukan oleh Wulan ketika setiap Ibu sakit. Apalagi aku sudah mempercayakan semua uang hasil penjualan rumah kepada Dewi. Otomatis, dia harus menu
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (15)Aku nggak memberitahu tentang mimpi yang barusaja aku alami. Kenyataannya seakan nyata, tapi aku lebih memilih mengabaikan karena sama sekali nggak penting.Ibu menghela nafas. ''Oh iya, Hilman. Ibu mau tanya, penceraian kalian gimana, apakah sudah diproses?'' ''Belum, Bu.''''Kenapa? Bukankah lebih cepat lebih baik?'' tanya Ibu heran.''Aku nggak mau ngurusin penceraian, Bu. Karena Ibu tahu sendiri 'kan biaya pengacara serta pengadilan agama sangat mahal. Nanti saja kalau si Wulan sudah mengajukannya sendiri kan aku nggak perlu ngeluarin uang banyak.'' Aku menolak permintaan Ibu. Lagipula, aku nggak sudi ngeluarin uang untuk hal seperti itu. Bukankah laki-laki gampang menikah kembali nggak seperti perempuan?''Ya sudah, terserah kamu saja Ibu hanya tanya,'' ujar Ibu.***''Apa kamu nggak salah beli rumah ini yang akan menjadi tempat tinggal kita?'' tanya Ibu heran. Saat ini, kami tengah berada di depan rumah berlantai satu. Rumah ini namp
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (16)''Kamu apa kabar?'' tanya Dinar.''A—aku baik-baik saja.'' Aku tersenyum senang.''Kamu habis dari mana?'' tanyanya sambil memiringkan pandangan ke arah kantor pengadilan agama. ''Kamu habis dari KPA?'' lanjutnya.Aku mengangguk sembari mengiyakan. ''Kamu cerai dengan istrimu?'' tanyanya lagi penasaran.''Iya, aku dan istriku sudah memantapkan hati untuk bercerai. Dan, ini adalah jalan yang terbaik.'' Aku menjelaskannya.''Aku turut perihatin atas apa yang sudah menimpamu, Hilman. Oh iya, aku sama sekali belum tahu siapa istrimu, kamu sudah bercerai saja dengan dia,'' ujarnya menekuk wajah seakan sedih mendengar berita aku bercerai.''Nanti juga kamu akan tahu, Dinar. Yang jelas, hubungan kami mungkin sudah nggak seharmonis dulu. Aku yakin, mungkin ini jalan Tuhan agar nanti aku mendapatkan pengganti yang lebih baik dari dia.'' Aku mencurahkan isi hatiku. Biarlah ia tahu tentang kesedihanku, bukan dengan kenyataan yang sebenarnya.''Aku per
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (17)PoV WulanAku duduk menatap seluruh taman yang ada di sekitaran sini. Entah kenapa, rasanya aku ingin sekali berada di tempat yang semewah ini. Setelah tadi capek mencari keberadaan Bima membuatku harus menegakkan dahaga sembari menikmati pemandangan alam yang ada di sekitaran taman ini. Ini yang dinamakan surga dunia, selepas suamiku mengucapkan talak setelah itu juga aku merasa dunia begitu baik melepaskan laki-laki yang jahat seperti Mas Hilman. Antara sedih dan bahagia menjadi satu, sedih melihat anak-anak harus menanggung sakit hati atas perlakuan Mas Hilman yang nggak bertanggung jawab. Bahagia karena sudah berpisah darinya. ''Wulan ....''Suara erangan laki-laki berasal tepat di belakangku. Aku memalingkan pandangan dan menatap laki-laki bermata elang berdiri tegak menatapku sembari tersenyum. Dia kemudian duduk tepat di sampingku.''Kamu dari mana? Aku cari nggak ketemu!'' Aku bertanya heran. Aku pikir dia akan marah setelah tadi a
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (18)''Tapi berisik, Wulan. Jika kita nggak membuka mereka pasti akan terus mengetuk pintu,'' ucap Papa lagi.Aku menelan saliva dan membiarkan Papa membuka pintu, sementara aku melangkah hendak memasuki kamar Via. Aku begitu sangat penasaran sekali ingin tahu. ''Bima ... ternyata kamu!'' Terdengar suara Papa bersuara. ''Saya fikir orang yang kemarin menagih uang dua ratus juta!'' lanjut Papa.''Saya datang ke sini lagi, Pak. Saya dengar dari luar Via menangis. Boleh saya bertemu dengan Via sekarang?'' tanya Bima.Aku yang sudah tahu kedatangan Bima langsung datang menghampirinya bersama Via yang tengah kugendong. Anak bungsuku masih saja terus menangis.''Bima ....'' Lirihku berucap menatap kedatangannya.Bima tersenyum. ''Via kenapa nangis terus? Sini sama Om, yuk!'' Ajak Bima berceloteh sembari ingin ingin menggendong tubuh Via.Via mengangguk mau. ''Kamu kenapa, sayang, kok menangis terus?'' tanya Bima pada Via.''Via tadi ketemu Papa, tapi
PEMBALASAN UNTUK SUAMI TIDAK TAHU DIRI (19)''Pak, betul. Saya sendiri mengakui bahwa saya bukan laki-laki baik. Tetapi, seiring berjalannya waktu saya percaya Tuhan maha membalikkan hati manusia,'' sahut Bima lagi.Papa mengangguk pun dengan Bima tersenyum.Tiba-tiba, terdengar ketukan pintu. Dengan segera aku bangkit dan ingin membukakan pintu. ''Mama ....''Aku terkejut setelah tahu yang mengetuk pintu adalah Mama. Sudah sembilan bulan Mama nggak pulang ke rumah ini dikarenakan dinas di luar kota. ''Sayang ... kamu apa kabar?'' tanya Mama sembari memeluk tubuhku erat.''Baik, Ma. Mama gimana kabarnya?'' tanyaku senang.''Kabar Mama juga baik, sayang. Oh iya, sejak kapan kamu ada di sini? Mana cucu Mama?'' tanya Mama.''Sudah lima hari aku di sini, Ma. Cucu Mama ada di kamar, mereka sedang tidur,'' jelasku memberitahu.''Hilman ada?'' Aku menggeleng. ''Mas Hilman nggak ada Ma, kami sudah berpisah.''''Apa? Sejak kapan? Kok kamu nggak ngasih tahu Mama?'' Seketika Mama terkejut. Me