Share

Bab 83

Penulis: Pena_Kinan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-08 18:47:07

Pembalasan istri pelit yang sesungguhnya

Bab 83

Kring … kring.

Terdengar suara telepon milik Bayu menjerit ingin segera dijawab.

"Panjang umur," ucap Bayu sembari mengusap layarnya.

"Siapa?" tanya Arum hanya dengan gerakan bibir.

"Agus," jawab Bayu sama, hanya menggunakan gerakan bibir.

"Halo, Gus. Ada apa?"

****

"Mas Bayu kok nggak pernah tengokin Ibu? Sombong." Suara Yang ada di seberang sana terlihat menahan amarah. Jelas dari suara yang terdengar sedikit keras.

"Oh, itu. Maaf, Mas lagi ada kerjaan banyak di kantor. Kebetulan nanti sore setelah pulang dari kantor mas mau ke rumah Ibu."

"Sama Mbak Arum?"

"Iya, dong. Sama siapa lagi?"

"CK …."

"Kenapa memangnya Gus, kalau sama saya? Kamu nggak suka?" tanya Arum setelah mendengar adik iparnya bercicit tak enak di dengar. Astaga, Agus memang tidak tahu diri.

"Ya sudah kalau begitu, Mas. Ibu manggil." Agus memutuskan telepon sepihak. Bayu pun menatap Arum sekilas. Lalu ia kembali meletakan benda pipih itu diatas meja.

"Jangan terlalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Dsr manusia ndak ada akhlak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 84

    Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 84Tidak ada jawaban dari Wati. Dia masih menyandarkan kepalanya di tembok.Khaila yang tengah asyik bermain boneka hanya sekilas melirik. Lalu kembali asyik dengan permainannya. "Bu, telepon Mas Bayu. Minta uang sama dia. Katakan kepadanya bahwa Ibu butuh berobat."Wati menatap nanar menantunya itu, dalam hatinya memaki. Rani menyodorkan ponsel ke arah Wati dengan tatapan yang sulit diartikan."Rani!" Teriak seseorang dari balik pintu utama. Sontak membuat semua orang menoleh. Mata Rani seketika membulat sempurna ketika orang yang mereka bicarakan sudah berdiri diambang pintu.Arum dan juga Bayu.****"Ma-mas Bayu," ucap Rani terbata. Ia menarik tangannya lalu mendekap benda pipih itu di depan dada."Sejak kapan kalian datang?" tanya Rani basa-basi."Sejak kamu menyuruh Ibu meminta uang kepada kami." Sontak Rani terdiam. Tidak ada alasan lagi untuk mengelak. Rani memang salah. Meminta wanita tua itu meminta uang kepada Bayu dengan cukup

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 85

    Pembalasan istri pelit yang sesungguhnyaBab 85Arum menjawab sembari tangannya mengambil beberapa roti kering yang ada di atas etalase. Pemilik warung itu akhirnya menghitung semua belanjaan. Lalu memasukkan semuanya ke dalam plastik."Mbak, tunggu. Biar saya antar, ini berat kasihan.""Nggak perlu Bu.""Sudah nggak papa, Ibu ikhlas.""Kalau begitu terima kasih." Arum menyunggingkan senyum ketika pemilik warung dengan rela mengantar ke rumah. Hanya butuh sepuluh menit, hingga mereka tiba di halaman rumah. Nampak Bayu menunggu di teras. Dengan cepat lelaki itu menyusul Arum lalu membawakan belanjaannya masuk kedalam rumah.****"Kalau bukan kakak kandung Mas Agus. Mana mungkin aku sudi melakukan semuanya. Bikin capek saja!" ucap Rani pelan sembari tangan terus memunguti pakaian kotor yang berserakan. "Sudah belum, Khaila? Jangan main air, ah." Rani membiarkan anak kecil itu mandi sendiri di kamar mandi. Setelah menyiapkan air hangat tentunya. Entah apakah bersih atau tidak. Rani me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   BAB 86

    BAB 86"Kamu serius?" tanya Wati tidak percaya.Bayu mengangguk, lantas menatap Arum dengan senyum."Boleh kan, Rum?" tanya Bayu."Boleh, Mas." Arum tersenyum dengan ringannya. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.Di satu sisi, wanita muda itu tersenyum tipis. Batinnya kegirangan, akan ada pundak lagi yang akan menampung mereka. Akan ada masa dimana dia akan hidup tenang tanpa memikirkan pekerjaan rumah. Memikirkan wanita tua bangka yang dianggapnya beban.****Jam menunjukan angka delapan tepat. Di warung Arum kini tengah banyak pelanggan. Ada beberapa pelanggan yang baru saja datang dan juga ada yang sudah berada di meja makan, siap melahap menu yang sudah di pesan.Tidak jarang juga ada orang yang tengah berdiri memilih menu yang akan dibungkus dibawa pulang. Tini sibuk dengan benda besar di depannya. Menghitung deretan angka yang siap berubah menjadi rupiah. Sedangkan Ratna dan juga Siti sibuk di depan etalase, membungkus beberapa menu. Ada seorang karyawan laki-laki yang tengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   BAB 87

    "Semangat, semoga kamu bisa menjadi lebih baik lagi." Nadia mengangguk sembari memberikan senyuman. Langkahnya kembali berlalu sembari mengajak anak dan suaminya pergi.Huh hah"Aku pikir bakal terjadi sesuatu," gumam pelan membuat Siti yang tengah berjalan mendekat ikut menimpali."Sama, aku juga udah was-was. Aku malah udah nyiapin kamera. Kamera on mengarah ke meja mereka." Siti menunjuk ke arah kamera yang sengaja ia letakkan di sela-sela nampan berisi makanan."Kalau sama orang yang pernah berbuat salah, bawaannya negatif mulu sama mereka.""Jangan begitu, Mbak. Orang itu pernah memiliki masa lalu. Sekalipun kelam maupun menyakiti banyak orang. Tapi kita tidak tahu masa sekarang atau masa depan. Kali saja dia berjuang merubah ke arah yang lebih baik. Menghakimi seseorang karena masa lalu itu justru membuatnya kadang goyah berubah."Karyawan laki-laki itu menyahut ketika mendengar dua wanita itu tengah berbicara mengenai Nadia."Maksud kamu apa?" tanya Tini bingung. Lelaki yang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 88

    CupBayu berjongkok, mensejajarkan dengan perut Arum. Menciumnya dengan lembut pada perut yang mulai buncit.Janin yang ada di sana mulai berdenyut. Seakan mengerti akan sapaan sang ayah. "Kok kedutan sih, Sayang? Kamu ngerasa nggak?" Arum mengangguk. "Ini pertama kalinya, Mas. Aku seneng banget." Arum tersenyum, ada rasa tidak percaya jika saat ini dia mengalami semuanya. Mengalami kehamilan dan juga merasakan gerakan janin. Di usia kehamilan yang baru saja menginjak bulan ke empat. "Sehat-sehat terus ya!" pinta lelaki itu terus mengusap lembut perut Arum. Tidak berapa lama seorang pengemudi ojek online datang. Membuat Bayu dan juga Arum harus berpisah sebentar.****Hari ini Arum berkemas kembali. Dia akan menempati rumah baru secepat mungkin. Karena rumah kontrakan ini akan ditinggali Wati dan juga Agus dan Rani.Satu persatu pakaian yang ada dalam lemari ia masukan ke dalam koper. Melipatnya menjadi kecil agar muat masuk semuanya. Beruntung Bayu dan juga Arum bukan lah tipe pas

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 89

    "Alhamdulilah, Mak. Mas Bayu dapet rejeki. Dia ambil rumah, meskipun nanti kita masih mencicil tiap bulannya. Tapi Alhamdulillah banget, Arum seneng. Akhirnya apa yang kami impikan terwujud.Kapan-kapan Emak ke sini ya?""Insyaallah, nanti.""Mak, tadi aku telepon Mbak Ratih tapi nggak diangkat.""Ow, Mbakyumu? Dia sedang ada cara, arisan katanya.""Ow, begitu. Ya sudah kalau begitu."Setelah Arum mengucap salam perbincangan itu berhenti. Arum kembali melanjutkan pekerjaannya. Arum merasa sudah kelelahan. Karena pekerjaan ringan pun jika dikerjakan oleh seorang Ibu hamil tetap akan merasa berat. Wanita itu akhirnya merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Matanya menatap langit-langit rumah.Tok … tok ...tok.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Arum. Segera ia mem beringsut ke sisi ranjang. Meraih hijab instan yang tadi sempat ia kenakan.Langkah Arum perlahan menuju pintu utama.Tok … tok."Ya, sebentar," jawab Arum. Ketika sang tamu tidak lagi sabar menunggu. Ketukannya terdengar je

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 90

    "Iya, diantar Mamanya tadi.""Kenapa?""Biasa.""Rum, kamu sudah berkemas? Tadi Ibu juga nelpon, besok mereka akan datang. Jadi sebaiknya kita langsung pindah. Belum apa-apa saja Rani sudah meminta kamu ngurus Khaila. Apalagi nanti, perut kamu juga bertambah besar.""Iya, mas sudah selesai. Tadi aku minta orang warung ke sini.""Alhamdulilah, kalau begitu. Biar mereka berdua berubah. Seharusnya."Arum mengangguk, membenarkan pendapat Bayu.******Huh hahRani membuang napas dengan kasar. Setelah kepergian dua kakak iparnya itu. Ada nyeri di ulu hati, ketika melihat sang kakak ipar jauh lebih beruntung. Jauh lebih sukses dan juga jauh lebih cantik. Tentu saja.Rani menyilangkan kakinya ketika duduk di sofa. Pandangannya tidak lepas dari benda pipih yang menyala. Suami yang duduk di sampingnya tidak dihiraukan. Apalagi wanita tua yang tengah makan buah pisang yang dibeli Bayu ketika pulang dari dokter. Mata menantu itu tengah memindai baju kekinian dan juga tas pada aplikasi jual beli.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 91

    Tin … tin.Terdengar suara taksi online sudah tiba di halaman rumah. Membuat Bayu langsung keluar dan melambaikan tangan kepada laki-laki yang masih berada di kursi kemudi."Tolong bantu saya bawa koper ini!" pinta Bayu ketika melihat pria itu datang."Pesanan atas nama Mbak Arum ya?""Iya, itu istri saya." Bayu menyeret satu koper, sedangkan yang lain di bawa oleh pria itu. Arum pun berjalan perlahan menuju mobil Avanza berwarna hitam. "Mbak Arum sudah mau pindahan?" teriak Susi, membuat semua orang menoleh ke arahnya."Iya, Bu. Saya pamit dulu ya, maaf kalau selama saya menjadi tetangga Ibu. Ada salah kata maupun perbuatan."Tangan Arum mengandeng Khaila."Iya, sama-sama Mbak Arum. Ibu juga minta maaf kalau ada salah kata. Maklum, mulut ini kadang keceplosan." Arum mencium punggung tangan Susi dengan takzim. Mencium pipi kanan kiri lalu memeluk erat wanita tua itu."Saya pamit, ya Bu. Nanti mertua saya yang akan tinggal di sini. Titip ya Bu!""Iya, siap Mbak Arum. Nanti kalau ada w

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22

Bab terbaru

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 138

    Bayu bergegas pergi meninggalkan penjual Bakso. Mengambil tas dan juga perlengkapan lainnya. Tidak lupa Bayu menyerahkan uang untuk membayar Bakso. Setelah selesai. Bayu kembali menghampiri Arum."Tenang, Nak. Nanti Emak ke situ sama Bude Nanik. Kamu yang tenang ya. Dimana Bayu?""Ini, Mak. Dia sudah selesai memasukan perlengkapan aku di mobil.""Ya sudah bilang sama dia nggak usah khawatir. Kamu buat jalan santai saja. Jangan melakukan pekerjaan berat ya. Apalagi naik tangga, berbahaya. Jalan santai aja di lantai bawah. Keramik di tempatmu kan licin.""Iya, Mak." Setalah mengucapkan salam Arum menutup teleponnya. "Aku sudah bilang sama Emak. Dia mau ke sini sama Bude. Kebetulan Bude lagi di rumah.""Ya sudah kalau begitu. Gimana perut kamu masih sakit?""Udah nggak kok, Mas. Nanti teras mules hilang lagi mules lagi hilang lagi. Begitu saja terus.""Alhamdulilah, kalau begitu. Semoga nanti kamu dilancarkan ya sayang.""Permisi, baksonya Mas.""Oh, ya. Terima kasih banyak, Pak." Dua m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 137

    Kesempatan kedua dan akhir dari perjuangan"Sesuatu? Apa?"Sebuah kertas berwarna putih disodorkan Arum. "Apa ini?" "Buka aja, Mas," pinta Arum membuat Bayu tersenyum bersamaan dengan rasa penasaran.Perlahan tapi pasti lelaki itu membuka kertas itu. Dibacanya dengan seksama. Bayu tersenyum, lalu pandangannya tertuju pada Arum. ****"Ini beneran?" tanya Bayu. Hanya dijawab dengan anggukan kepala sang istri. Bayu memeluk erat tubuh Arum. Tatapannya tidak lepas pada sebuah surat. Surat yang menyatakan bahwa Arum bisa kembali hamil tentunya dengan pengawasan dokter kandungan. "Alhamdulilah, semoga nanti kedepannya kamu bisa secepatnya hamil lagi.""Amin, Mas." ****Satu tahun kemudian.Arum berjalan bergandengan dengan Khaila. Melewati orang-orang yang tengah berjalan menikmati indahnya sore hari. Bayu menatap wanita itu dari kejauhan. Menyungging senyum penuh kebahagiaan. Akhirnya apa yang ia tunggu selama ini tercapai juga. Arum terlihat begitu kesusahan berjalan. Kehamilan yang m

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 136

    "Kamu tega, Mas," ucap Rani di sela-sela tangisnya. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Membenarkan posisi duduk menjadi memeluk lutut menangis dalam dekapan sendiri. Tidak ada orang tua, anak maupun siapapun yang melapangkan hati Rani.Rani berada di titik terendah. Dimana hati, jiwa dan raganya terluka. Sebuah pertanggungjawaban atas apa yang ia lakukan. Penyesalan teramat dalam selama hidupnya. ******"Kamu udah putusan, Gus?" tanya Bayu di sela-sela makan malam. Ya, hari ini Bayu bersama Khaila dan juga Arum makan malam bersama di rumah Bayu. Agus berubah. Satu persatu hutang-hutang yang pernah melilitnya ia bayar. Memberikan kehidupan yang layak sebagai seorang anak pada Khaila. Mencurahkan waktu dan juga kasih sayang. "Alhamdulilah sudah, Mas. Keputusan langsung dikirim ke lapas.""Rani gimana? Kamu nggak pernah jenguk dia? Sudah sebulan ini dia disana!" tanya Arum. Bagaimanapun Rani pernah menjadi bagian hidup Agus. Pernah memberi Khaila untuknya."Nggak lah, Mbak. Aku

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 135

    KARMARani menikmati dinginnya lantai di dalam penjara. Sepi, sedih dan juga terkekang. Di tempat riuhnya banyak orang yang tengah berbincang, Rani menunduk, dia tidak berani menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya. Rani berharap mukjizat akan datang. Dia percaya Arum akan datang dan memintanya pulang. Namun, satu hari dua hari hingga satu bulan lamanya tidak jua ia dapati sosok yang dinanti. "Mbak, Rani minta maaf, Mbak. Rani khilaf. Rani tidak bermaksud mencelakai Mbak dan juga janin yang ada di kandungan Mbak. Aku harap Mbak Arum mau memaafkan aku. Aku harap Mbak Arum mau memberiku kesempatan. Huhuhu …." "Kesempatan kamu bilang? Terlambat! Kamu pantas di penjara, Rani!" ucap Arum tidak peduli. Sorot matanya tajam penuh kebencian. "Tapi Mbak. Khaila bagaimana? Bagaimana dengan anakku, Mbak? Dia masih butuh aku, masih butuh kasih sayang seorang Ibu!""Aku akan menjaga Khaila. Jauh lebih baik daripada kamu. Sebelum kamu bertindak seharusnya kamu lebih dulu berpikir. Hidup

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 134

    Ternyata Ratih tengah diuji. Dia kehilangan banyak uang karena suaminya tertipu investasi bodong. Terjawab sudah kenapa beberapa waktu lalu dia meng gadai rumah pada Hendra, suami Nanik.Kini Ratih juga bekerja di warung Arum. Namun hari ini dia tidak bisa datang ke rumah Arum dikarenakan ada kepentingan di sekolah putranya. Khaila terlihat duduk dipangkuan Agus, lelaki itu tengah mengajukan perceraian kepada pengadilan agama. Dia memutuskan berpisah dengan Rani. Agus kini memulai hidup baru. Bekerja menjadi salah satu karyawan Arum tentunya. Berjalan dari bawah bersama sang putri. Dimana saat ini di jaga oleh Arum. Khaila kini sudah bersekolah. Meskipun masih taman kanak-kanak."Bagaimana, Yu. Kamu di sana sehat-sehat kan?" tanya Marni pandangannya tidak lepas pada Bayu. Arum yang tengah menuangkan minuman hangat lantas melirik sekilas kearah ibunya. "Alhamdulilah, Mak. Sehat, banyak doa yang Bayu panjatkan di sana. Untuk almarhum Ibu dan juga untuk Arum." Bayu menatap Marni namun

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 133

    "Jawab, Agus. Apakah surat itu ada ditanganmu!" Bowo kembali bertanya.Agus diam. Dia menatap Khaila kemudian pandangannya beralih kepada Bowo lalu Ranti.****"Ada pada saya, Pak!""Ada pada kamu?! Lantas kenapa kamu tidak memberikan kepada Rani? Kamu tahu kan dia di tempat kedua orang tuanya.""Saya-""Bapak kecewa sama kamu!""Hu … hu … papa!" Teriak Khaila membuyarkan pandangan Agus yang mulai mengabur karena airmatanya yang hampir jatuh."Kamu anggap apa anakku Rani? Dia sudah menemani kamu dari nol. Dan sekarang kau campakkan dia! Membiarkan dia dibawa polisi dengan paksa?""Rani kelewatan, Pak. Saya sudah bicara kepada Mas Bayu dan juga Mbak Arum. Kata mereka Rani mendorong Mbak Arum hingga terjatuh!""Lantas kamu diam saja!""Ini menyangkut nyawa, Pak. Saya juga sedih tapi Rani harus mempertanggung jawabkan perbuatannya!"Plak"Pergi dari rumah ini! Bawa Khaila bersamamu!" Tamparan itu mendarat di pipi Agus. Khaila berteriak histeris. Lelaki paruh Baya itu mengepalkan tangan.

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 132

    Kedua orang itu masuk kedalam rumah. Bowo memberi jalan. Sedangkan Ranti yang berhasil sampai di dekat Bowo. Menatap nanar ke arah suaminya. Bowo mengangguk. Membiarkan kedua orang itu bekerja sesuai tugasnya."Pak, tapi saya hanya mendorong pelan kok. Mana mungkin anaknya Mbak Arum meninggal. Nggak usah lebay deh!" Rani berteriak. Ia mengusap kasar jejak air matanya. Yang tidak dipungkiri begitu takut jika itu terjadi."Silahkan Anda jelaskan dikantor. Silahkan ikut kami."Semula kedua polisi itu bersikap sopan. Berharap Rani tidak memberontak lantas dengan kesadaran berjalan beriringan namun sayang, Rani membelot. Seolah dia ingin lari dari kedua orang itu. Terpaksa Rani harus ditarik dengan paksa menuju mobil polisi. Sebenarnya beberapa waktu lalu pihak polisi sudah mengirim surat panggilan kepada Rani untuk datang ke kantor polisi namun sayang surat itu tidak pernah ia terima. Karena alamat yang dituju adalah alamat dimana rumah Rani tinggal bersama Agus. Entah mengapa Agus tidak

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 131

    Arum memandikan anak itu lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian Khaila yang dulu tertinggal. Lalu dia mengajak anak itu untuk makan. Dan terakhir Khaila tidur siang dikamar. Bayu tengah umroh bersama teman-temanya. Sudah tujuh hari lamanya, sebentar lagi dia akan pulang. Selama Bayu tidak ada di rumah Khaila akan menjadi teman tidurnya.*****"Khaila, beresin mainan kamu! Berantakan tau!" teriak Rani. Wanita itu berkacak pinggang di hadapan Khaila. Khaila yang semula anteng bermain boneka seketika menunduk. Dia takut melihat sang Ibu yang tengah melotot ke arahnya.Sudah beberapa hari ini dia tidak masuk bekerja. Entah bagaimana nasibnya. Mungkin akan mendapat surat pemecatan karena dia sering absen datang ke tempat kerja. Padahal dia harus mencukupi kebutuhan Khaila, dimana saat ini Agus tidak cukup bisa diandalkan."Apa-apaan sih kamu?! Anak itu diajari bukan dimarahi!" sahut Bowo, ayah Rani. Dia terlihat meraih tangan cucunya lalu membantu memunguti mainan."Kita beresin sama-

  • PEMBALASAN ISTRI PELIT YANG SESUNGGUHNYA   Bab 130

    "Nggak usah repot-repot, Mbak.""Nggak papa." Arum berjalan ke dapur. Menyiapkan pisang goreng dalam piring. Tidak lupa membuatkan kedua ayah dan anak itu minuman. Arum kembali ke ruang tamu tentunya dengan nampan yang ada di tangan."Silahkan diminum cantik, pisangnya dimakan ya!" pinta Arum membuat Khaila tersenyum."Kamu belum daftarkan dia ke sekolah?" tanya Arum pandangannya kini tertuju pada Agus yang tengah menyesap teh."Belum, Mbak. Belum ada uang!""Terus selama ini kamu ngapain saja di rumah?""Khaila nggak ada yang jaga, Mbak. Aku nggak enak jika harus menitipkan dia sama Mbak terus.""Kalau kamu nggak kerja. Gimana sekolah Khaila? Gimana makan dia?"Agus hanya diam. Bagaimanapun dia tetap saudara kandung Bayu. Bagaimanapun juga dia tetap memikirkan Khaila. Khaila anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dan lihat, dia tidak mau minum teh itu maupun mengambil makannya. Padahal dulu, dia sangat cerewet dan juga manja jika dengan Arum."Sayang, kok nggak makan?" tanya Arum. Dia

DMCA.com Protection Status