Wanita itu nampak duduk gelisah di tepi ranjang sebuah rumah mewah yang beberapa waktu ini selalu jadi tempat persinggahannya untuk melarikan diri dari masalah. Mayang sedang menunggu Andi, teman lelakinya yang belum juga muncul di rumahnya yang besar dan bagus itu. "Hai, Sayang. Maaf membuatmu menunggu. Sudah lama?" Tak lama kemudian seorang lelaki seusia dengannya muncul di kamar itu. Melihat penampilannya yang sedikit kusut, sepertinya si lelaki habis bepergian agak jauh. Meski dengan tampang seperti itu, tetap masih jauh lebih gagah dia dibanding penampilan suaminya, Romi, sekarang ini. Mayang yang sudah menunggu selama beberapa jam nampak menghambur ke pelukan lelaki itu. Terlihat sangat tidak sabar. "Aku bersihkan diri dulu. Badanku masih kotor, Sayang," kata lelaki itu melepaskan lembut pelukan Mayang. Lalu b
Raka sedikit kaget saat sampai di lantai bawah dan dilihatnya penampilan Ayu sedikit berbeda dari biasanya. Jika selama ini Raka selalu hanya melihat Ayu dengan baju kerjanya. Setelan rok atau celana panjang dengan blazer atau kemeja yang sangat formal, kali ini Ayu nampak sangat manis dengan dress santai di bawah lutut berwarna maroon. Pas sekali dengan badannya yang ramping dan menampakkan kesan lebih muda dari usianya yang sekarang. "Hei!" sapa Raka sedikit kikuk. Apalagi saat melihat Ayu tersenyum malu saat Raka mengamati penampilannya yang jauh lebih fresh itu. "Hai, Raka! Sepertinya hari ini aku kehilangan kontak denganmu," sindir Ayu. Raka hanya tersenyum tipis. Seharian dia memang tidak menghubungi Ayu sama sekali mengingat dia sepertinya harus menjaga jarak dengan wanita di depannya ini karena kejadian semalam. "Maaf, iya, hari
Raka keheranan melihat Ayu melipat kertas yang beberapa saat yang lalu sempat diperlihatkannya pada wanita itu. Karena Ayu memaksa ingin melihat, akhirnya Raka terpaksa mengambil juga kertas yang telah disimpannya ralat di kamarnya itu pada Ayu sesampainya mereka di ruko. "Mau buat apa, Yu?" tanya Raka keheranan melihat wanita itu justru memasukkan kertas itu ke dalam tasnya. "Biar kubawa. Aku akan coba cari pelakunya, Ka." "Apa kamu mencurigai seseorang?" "Nggak sih," kata Ayu ragu. Dia belum siap mengatakan pada Raka bahwa ibunya lah di balik semuanya ini. "Kalau gitu ya sudah nggak usah dicari. Nggak ada kerjaan amat." "Tapi ini bahaya, Ka. Aku nggak mau kamu celaka." "Aku nggak akan kenapa-napa. Aku ini cowok
"Kak Raka!" Raka yang baru akan masuk ke dalam mobilnya pagi itu kaget saat mendengar sebuah suara memanggilnya. Sepagi ini sudah ada yang datang ke rukonya? Raka menoleh dan melihat seorang gadis belia berseragam sekolah lengkap dengan hijabnya berlari kecil menghampirinya. Raka menatap lekat pada gadis yang semakin mendekat ke arahnya itu, berusaha mengenalinya dengan baik. "Ya?" Raka sedikit ragu, tapi sepertinya dia tak asing dengan wajah yang berbalut kerudung itu. Siapa dia? "Kak Raka," panggil gadis itu saat telah mencapai tempat Raka berdiri di samping mobilnya. Nafasnya masih sedikit tersengal karena usahanya berlari mencapai Raka tadi. "Kamu siapa?" tanya Raka, karena tak yakin dengan tebakannya. "Aku Mayla, Kak," kata gadis belia itu mengembangkan senyum.
"Kamu jadi anak bodoh banget sih? Kamu pengen sakit hujan-hujanan kayak gini?" bentak Raka saat mereka sudah berada di dalam mobilnya. Beberapa saat yang lalu pemuda itu menarik kasar tangan Mayla yang sedang berdiri kedinginan berteduh di bawah atap pos satpam sekolah yang tentu saja tidak bisa melindungi tubuhnya dari derasnya hujan yang mengguyur sejak siang tadi. Diseretnya gadis remaja itu masuk ke dalam mobil dengan perasaan jengkel. "Mayla nungguin kak Raka," jawab gadis kecil itu dengan bibir birunya yang gemetar karena kedinginan. Raka yang melihat itu langsung melepas jaketnya dan membungkuskannya ke badan kecil Mayla. "Terima kasih, Kak, Mayla nggak apa-apa kok," kata Mayla sambil menatap Raka senang. "Nggak apa-ap
"Jadi, dia mau jual rumah dia juga?" Lelaki berperawakan gendut itu menghembuskan asap rokoknya perlahan, membuat seisi ruangan menjadi semakin pengap karenanya. Dia tentu saja senang, beberapa hari yang lalu, dia baru mendapatkan mobil mewah dengan harga yang sangat murah dari wanita bodoh bernama Mayang itu. Dengan tipu dayanya dia memberikan pinjaman dengan jaminan mobil mewah pada wanita gila harta dan status sosial itu. Tentu saja dengan pengembalian yang telah disepakati. Dan ternyata sesuai dengan dugaannya, wanita itu memang sangat bodoh. Tidak begitu teliti dengan isi perjanjian yang mereka buat. Saat tanggal pengembalian yang telah tertulis dalam surat perjanjian tiba, ternyata wanita itu belum bisa mengembalikan pinjamannya. Untuk itulah, otomatis mobil itu menjadi milik Robert dengan konsekuensi Robert memberikan tambahan uang untuk menyeimbangkan harga mobil. Tentu saja tetap denga
Bertemu dengannya selalu membuat Raka nyaman seperti biasanya. Apalagi akhir-akhir ini Ayu seperti menunjukkan keseriusannya berhubungan dengan pemuda itu. Entah apakah wanita itu sedang berusaha berkorban untuknya atau sedang mengimbangi Raka yang memang 10 tahun lebih muda darinya, namun penampilan Ayu beberapa waktu terakhir memang terlihat sedikit berbeda, selalu terlihat fresh dan lebih muda dari usianya. Raka sendiri sebenarnya tidak pernah keberatan bagaimanapun penampilan Ayu. Apapun yang Ayu kenakan tak pernah sedikitpun mengundang protes dari pemuda itu. Baginya, bersama Ayu dalam kesempatan apapun saja sudah sangat menyenangkan. Entah saat situasinya formal dalam sebuah rapat atau hanya ketika mereka sedang menghabiskan waktu berdua saja untuk menghilangkan kepenatan. Raka sangat menikmati saat-saat kebersamaannya dengan wanita itu. Apalagi
"Kamu jangan bercanda, Mayang! Aku ini sudah punya anak istri. Setelah sekian lama Kamu pergi, dan sekarang Kamu datang hanya untuk mengacaukan kehidupan rumah tanggaku? Kamu ini gila atau apa sih?" ucap lelaki dengan seragam pemerintahan itu menatap Mayang keheranan. Lelaki itu adalah Firmansyah, mantan kekasih Mayang, sebelum dia dinikahi oleh atasannya, Romi. Mayang menghubungi Firman dan mengajak ketemuan lelaki yang kini bekerja di kantor pemerintahan kota itu sebagai pegawai negeri sipil. Maksud Mayang tak lain adalah ingin membicarakan status Mayla, anak sulungnya. "Aku serius, Fir. Anak sulungku itu anak kamu. Oke lah, aku ngaku aku udah nggak jujur sama Kkmu. Aku hamil waktu itu dan aku justru mengaku bahwa anak yang ada di perutku itu anaknya bossku. Kamu tau kenapa? Karena waktu itu kamu pengangguran, Fir. Lontang lantung belum ada kerjaan. Aku nggak mau hidu