"Kamu jangan bercanda, Mayang! Aku ini sudah punya anak istri. Setelah sekian lama Kamu pergi, dan sekarang Kamu datang hanya untuk mengacaukan kehidupan rumah tanggaku? Kamu ini gila atau apa sih?" ucap lelaki dengan seragam pemerintahan itu menatap Mayang keheranan. Lelaki itu adalah Firmansyah, mantan kekasih Mayang, sebelum dia dinikahi oleh atasannya, Romi. Mayang menghubungi Firman dan mengajak ketemuan lelaki yang kini bekerja di kantor pemerintahan kota itu sebagai pegawai negeri sipil. Maksud Mayang tak lain adalah ingin membicarakan status Mayla, anak sulungnya. "Aku serius, Fir. Anak sulungku itu anak kamu. Oke lah, aku ngaku aku udah nggak jujur sama Kkmu. Aku hamil waktu itu dan aku justru mengaku bahwa anak yang ada di perutku itu anaknya bossku. Kamu tau kenapa? Karena waktu itu kamu pengangguran, Fir. Lontang lantung belum ada kerjaan. Aku nggak mau hidu
"Papa Kamu belum pulang?" Mayang menghempaskan tubuhnya ke sofa ruang tengah degan kasar. Dilemparkannya tas mahalnya sembarangan di atas meja, lalu memilin-milin kepalanya yang terasa sedikit sakit. Sebenarnya dia tidak suka harus kembali lagi ke rumah ini dan melihat wajah-wajah anak-anaknya yang memelas. Itu hanya akan membuatnya menjadi berat hati untuk menjalankan semua rencananya. Menurutnya, suaminya yang sudah tidak punya apa-apa itu juga sekarang juga menjadi sangat menjengkelkan. Tidak ada hal berguna lainnya lagi yang bisa dilakukan lelaki itu selain melarikan diri dari rumah. Ingin rasanya Mayang cepat-cepat saja melakukan transaksi jual beli rumahnya agar dia bisa segera pergi dari tempat itu. Tapi Firman juga belum memberikan jawaban apa-apa tentang Mayla. Dan Romi pun belum pulang. Jika dia meninggalkan rumah begitu saja, siapa yang akan
Astuti Widyasari duduk dengan tenang seperti biasa di kursi belakang mobil mewahnya yang menuju ke arah bandara. Hari ini dia akan menjemput seorang putra salah satu sahabatnya yang sudah lama menetap di Negeri Tirai Bambu karena bersuamikan seorang berwarga negara negri ginseng itu. Dua jam menunggu, akhirnya bertemu juga wanita itu dengan putra sang sahabat. Lelaki berusia 37 tahun dengan perawakan tambun dan tingginya mungkin hanya sama dengan putrinya, Ayu Nindya. Penampilan lelaki itu sangat berkelas, dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya barang bermerk. Meskipun jika diperhatikan dengan benar, tidak terlalu berbanding lurus dengan keadaan fisiknya. "Selamat datang, my dear Tom. Bagaimana kabarmu, Sayang?" Astuti segera memeluk lelaki yang termasuk berbobot lebih itu dengan hangat, layaknya seorang ibu yang bertemu dengan putranya. "Sudah segagah ini k
"Cepetan ganti baju. Mama mau ajak kamu pergi." Mayang masuk ke kamar Mayla saat gadis remaja itu baru saja melepas seragam sekolahnya. "Kemana, Mah?" tanya anak itu keheranan. Jarang sekali ibunya itu mengajaknya pergi selama ini. Dia lebih suka pergi sendiri selama ini dan bersenang senang tanpa memikirkan anak-anaknya. "Nanti kamu juga akan tau. Nggak usah banyak tanya. Mama tunggu di luar ya? Cepet lho!" Dengan penuh tanya, Mayla menuruti juga kata kata sang ibu untuk bersiap-siap pergi. Sampai di ruang depan, dilihatnya sang ayah sedang menelpon seseorang sambil menemani adiknya bermain bermain di lantai di depannya. "Eh, mau kemana kalian?" Melihat Mayang dan Mayla sudah berpenampilan rapi hendak pergi, Romi sontak menghentikan obrolan telepon
Raka menghempaskan diri ke tempat tidurnya dengan perasaan tak karuan. Pertama kali dalam hidupnya dia merasa sangat nyaman dengan seorang wanita, namun ternyata sepertinya hubungannya dengan Ayu tak akan semulus yang dia bayangkan. Kepalanya sedikit sakit saat sejenak dia memejamkan mata. Teringat kejadian beberapa saat yang lalu di rumah Ayu. Betapa tatapan tidak suka terpancar jelas di wajah ibunda Ayu. Juga seorang lelaki yang entah siapa tiba-tiba muncul begitu saja dari dalam rumah megah keluarga Adyatama itu dan memeluk tubuh kekasihnya. Raka bisa melihat Ayu yang berusaha melepaskan diri dari pelukan lelaki itu, namun sepertinya dia tidak berhasil hingga akhirnya lelaki itu sendiri yang melepaskan Ayu. Seandainya saja kejadian itu tidak terjadi di teras rumah keluarga Ayu dan di hadapan ibundanya, mungkin Raka sudah menempeleng lelaki yang ting
Romi benar-benar shock hari itu saat pulang ke rumah dan mendapati barang-barang berharga di rumahnya telah diangkut ke sebuah truk oleh beberapa orang atas perintah sang istri, Mayang. Sementara terlihat anak remajanya, Mayla, tersedu duduk di ruang tamu memeluk sang adik yang ketakutan melihat lalu lalang orang yang hilir mudik membawa barang barang keluar rumah. "Gila Kamu! Apa yang kamu lakukan ini, Mayang?" tanya Romi panik. "Sudah kubilang, Pah. Bersiap-siaplah untuk pergi dari rumah ini karena aku sudah menjualnya sekarang." "Bener-bener nggak ngerti aku jalan pikiran Kamu itu, Mah. Wanita Gila!" umpat Romi kasar. Namun Mayang sepertinya sudah tidak peduli lagi. "Dah ah, Pah. Aku nggak mau debat lagi. Kita ketemu aja nanti di pengadilan. Nih, ada uang sedikit buat kebutuhan kamu sama Faya. Mayla udah ada yang akan
Di ruang VIP sebuah rumah sakit langganan keluarga Adyatama, Ayu sedang duduk di tepi pembaringan sang ibu. Astuti, wanita tua yang biasanya masih sangat energic itu sekarang terlihat terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Raut muka Ayu nampak sendu memandangi wajah sang ibunda. Sementara Thomas Lee Jong berdiri bersandar di sebuah sudut di ruangan itu melihat pasangan ibu dan anak itu mengobrol. "Kamu nggak mau Mama terus-terusan berada di sini kan, Yu?" tanya sang ibu lirih. "Tentu saja Ayu pengen Mama cepet sembuh. Ayu pengen Mama cepet pulang ke rumah lagi," kata Ayu dengan mata berkaca-kaca. Saat ini yang dia punya sebagai keluarga hanya ibunya. Ayu tidak bisa membayangkan jika wanita itu pergi meninggalkannya. Ayu teringat peristiwa malam itu. Kejadian saat Raka mengantarnya pulang dan lelaki menjijikkan bernama To
"Ngapain kamu?" Ayu melotot melihat Tom yang justru ada di depan ruang kerjanya, bukannya Raka. Sepertinya wanita itu belum menyadari Raka pun sudah ada di tempat itu. "Mau ngajak kamu istirahat siang, Honey," kata Tom. "Sorry, Tom, nggak bisa. Aku ada meeting sebentar lagi. Please, kamu pulang aja." "Sebentar saja kita keluar makan, Sayang. Bawahan kamu bisa nunggu kan? Jangan bekerja terlalu keras, Ayu." "Kamu nggak punya malu ya, Tom. Aku bilang kamu pulang aja. Jangan ganggu aku di tempat kerja." "Kita jalan sekarang?" Ayu kaget saat tiba-tiba Raka mendekat ke arah mereka? Bukan karena tak mengharapkan kehadirannya, tapi bertemunya Raka di tempat itu bersamaan dengan Tom pastilah akan membawa masalah lain lagi nanti jika ibunya mengetahui. "Raka? Eh,