Beranda / Romansa / PELANGI DI WAJAH AISYAH / MENEMUI ANAK-ANAK PAK AFRAN

Share

MENEMUI ANAK-ANAK PAK AFRAN

Penulis: Rara Shasha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wajah mereka menatap nanar pada Aisyah, tiga anak berjajar di depan Aisyah dengan tatapan kebencian yang luar biasa. Mereka mungkin menganggap bahwa Aisyah adalah wanita penyebab ayahnya melupakan almarhumah umminya. Mereka mungkin menilai bahwa Aisyah adalah wanita yang akan menghabiskan harta orang tuanya. Dan siapa yang tidak kenal Aisyah dengan masa lalunya yang buruk. 

Aisyah hanya wanita biasa ketika ia bekerja di rumah megah nan mewah ini. Aisyah hanya seorang sekretaris biasa, Aisyah bekerja dan dibayar di rumah ini. Sedangkan Pak Afran dan keluarga memiliki trah dan jabatan terpandang di mata masyarakat. Aisyah bukan siapa-siapa. Itu sebabnya putri Pak Afran  marah besar saat tahu bahwa Aisyah adalah wanita yang saat ini diajukan oleh Sang Bapak untuk menjadi istri dan ibu baru mereka. Untuk menempati singgasana indah rumah mereka.

“Bapak mestinya sadar, siapa dia, Pak..” Pekik putri pertama Pak Afran. Meski lirih dan masih sopan namun jelas sekali amarah dan kecewa terpancar di wajahnya.

“Sabar, Bapak bisa menceritakan semuanya.”

“Apalagi yang mesti diceritakan, Pak ?”

“Bapak harus bicara siapa sebenarnya Aisyah yang ada di hadapan kalian. Aisyah yang ada sekarang berbeda dengan Aisyah yang dulu.”

“Aduh.. Pak, tidak usah dijelasan kami tidak setuju.” Begitu tandas putri ke dua beliau.

Aisyah menunduk, perasaannya teraduk-aduk, ia ingin bangkit lalu menjerit. Menumpas segala beda yang tadi dikisahkan. Luka hatinya menganga. Betapa nama baik, harkat, pangkat dan derajat demikian kuat bertahta di hatinya. Namun siapa yang dapat membaca tangisnya saat ini. Hanya Aisyah dengan Tuhan.

Pak Afran, Walikota yang baik dan teduh hati itu menghela nafas panjang. Aisyah benar, mestinya ia tidak perlu membawa Aisyah ke depan anak-anaknya. Namun ia demikian ingin menjadikan cerita antara dirinya dan Aisyah menjadi cerita yang utuh dan tidak terpisah. 

Niat yang baik memang tidak selalu berakhir baik, mungkin itu kalimat yang tepat dalam kisahnya kali ini.

Ada tangis, ada amarah, ada kalimat-kalimat bertebaran yang tidak mampu ia lawan.

Saat ucapan demi ucapan makin tak terkendalikan dan hampir tak ada jeda untuk sebuah penjelasan. Aisyah bangkit, ia berdiri kemudian memohon pamit.

“Saya mohon ijin pamit.” Hanya itu kalimat yang keluar dari tenggorokannya yang tersekat. Rasa peddih di kerongkongannya jauh ratusan kali lebih pedih dibandingkan dengan sariawan yang ia derita berbulan-bulan.

“Aisyah..” Panggil Pak Afran.

“Aisyah..” Pak Afran mencoba mengejar langkah Aisyah menuju mobilnya. Aisyah berhenti tanpa memandang.

“Hari ini untuk pertama kalinya, sepanjang pernikahan kita Aisyah tidak menuruti perkataan Bapak.”

Aisyah tak berpaling dari tatapannya, ia tetap menatap lurus mobil Avanza hitam 1321 miliknya. Sama sekali ia tidak memandang Pak Afran. Bukan karena ia membenci lelaki yang telah menikahinya enam bulan yang lalu dalam pernikahan diam-diamnya. Aisyah tidak membencinya ia justru mencintai lelaki tersebut. Sangat mencintainya. Itu sebabnya ia tidak ingin memandang wajah teduh itu. Cinta di hatinya terlampau besar bahkan saat bertahun-tahun yang silam.

Aisyah melangkah, membuka mobil yang ia beli dari uangnya sendiri bukan atas pemberian dari suaminya. Bukan mahar pernikahannya. Bukan seperti yang mereka bayangkan.

Aisyah duduk di bangku tengah, samping kaca mobilnya.

“Kita pulang, Mas.”  Perintahnya pada Pak Sopir. Sopirpun melaju mengikuti perintah Aisyah tanpa menanyakan satu hal pun.

Aisyah diam merenungi kisah cintanya. Ada cinta yang demikian besar namun ada juga luka yang tak kalah besar. Keinginannya untuk mengabdi kepada suaminya pun luar biasa besar.

Sesampainya di rumah, Aisyah menuju kamar mandi, membersihkan dirinya dan mengganti baju yang tadi ia kenakan dengan baju tidur. Ia rebah di ranjang empuk beralaskan kain berwarna merah yang jelas menampilkan eksotisme kulit putihnya. Aisyah kembali terisak.

Anak-anak itu sama sekali tidak bersalah, mereka memandang sesuatu dengan pandangan lahiriyahnya. Ya.. semua orang yang tahu masa lalu Raha pasti akan sepakat bahwa Aisyah hanya ingin numpang keren, numpang hidup enak dan numpang kenyamanan. Lain tidak. Tapi saat ini Aisyahpun telah memiliki kehidupan yang jauh lebih baik, memiliki rumah, memiliki mobil, memiliki usaha sendiri lalu dimana letak kekerdilannya, dimana letak ketidakmampuan dirinya bila harkat dan derajat manusia dihitung dengan harta. Saat ini Aisyah telah memiliki itu. Namun bila masa lalu pun menjadi bagian dari sesuatu yang harus dinilai maka Aisyah kalah.

Mana ada orang yang percaya pada cinta dan ketulusan di jaman sekarang, kecuali orang-orang yang memilki iman yang kuat dan bertanggung jawab. Untuk sampai di titik itu memang butuh sebuah perjalanan panjang. Hingga akhirnya sampai pada proses sebuah pemahaman.

Memahami, bukan hal yang mudah, namun bukan berarti tidak bisa bukan.

Aisyah menangis hingga terlelap.

“Karena anak-anak tidak bisa menerima kehadiranmu maka bapak bermaksud menceraikan kamu, Aisyha.” Aisyah terbelalak. Ia tidak percaya Pak Afran yang ia puja, Pak Afran yang selalu berhasil meluruskan pikiran bengkok banyak orang di luar sana, Pak Afran yang bijak dan selalu mampu meredam segala gejolak. Hari ini Pak Afran datang dengan sosok yang berbeda. 

“Bercerai” hanya karena anak-anak tidak berkenan pada hubungan yang telah disahkan Tuhan....

Aisyah meradang menunggu kalimat selanjutnya.

Tak bisakah Pak Afran bertahan menunggu sejenak sambil membiarkan semua berjalan dengan tenang. Bukankah selama ini beliau selalu bercerita tentang ketenangan dan kesabaran ?.

Hati Aisyah berdegup sangat kencang.

Tak bisakah Pak Afran bersabar sambil menunggu keadaan membaik dan menjelaskan pada anak-anak pelan-pelan. Mengapa lebih memilih mengakhiri hubungan dan mengajukan perceraian ? Semudah itukah ?

Aisyah memandang, menunggu atraksi kesekian, menunggu kalimat selanjutnya yang akan terucapkan.

"Aisyah... " panggil beliau lagi. 

Dan belum sempat kalimat talak itu Pak Afran ucapkan Aisyah segera berteriak. 

Betapa terkejutnya ternyata semua ini hanya mimpi. Sebuah mimpi buruk yang sangat menakutkan. 

Aisyah terlanjur mencinta lalu disaat cinta sedang besar-besarnya ia harus menerima kenyataan untuk dipisahkan. Menyedihkan. 

Aisyah menutup wajah dengan ke dua tangannya, ia tidak membayangkan bila suatu hari mimpinya jadi kenyataan. Bagaimana dengan perasaannya ?

Bab terkait

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MEMILIH MENINGGALKAN

    Aisyah berkemas, ia sudah meminta anak-anaknya merapikan pakaiannya. Ia ingin pergi dari rumah ini. Ia memilih menutup cerita cintanya dengan Pak Rahman. Ia memilih meninggalkan sebelum di tinggalkan.Itu sebabnya ia berkemas."Kita akan kemana, Ma? " Tanya Adim padanya.Aisyah tidak menjawab tanya itu, ia hanya melingkarkan lengannta di leher Adim, menarik pelan kepala bocah sepuluh tahun itu. Membelainya lembut.Aisyah membiarkan mobil melaju hingga di sebuah kota yang penuh dengan hiruk pikuk itu menyapa mereka.Malang, Aisyah memilih mengontrak rumah mewah di tengah kota Malang. Sementara disini ia akan tinggal bersama anak-anak. Jarak Malang dengan tempat ia tinggal sangat jauh kisaran enam jam perjalanan darat. Hal itu Aisyah harapkan dapat sejenak menjadi pelipur lara hatinya.Sebuah perumahan mewah nan asri juga megah.River Side namanya. Hunian yang cukup syahdu dan sendu, sepi dari hiruk pikuk dan sangat nyaman digunakan u

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   NIKAHIN AKU SEHARI SAJA(perjanjian sebelum nikah)

    Tersebutlah seseorang bernama Pak Afran seorang Walikota dengan status duda, istrinya telah meninggal dunia sejak tiga tahun yang lalu. Pak Afran berusia lima puluh lima tahun. Lelaki tampan, berwibawa, punya banyak uang. Pasti menjadi incaran rayuan banyak wanita.Sedangkan Aisyah, wanita tiga puluh tujuh tahun yang dulu sempat bekerja di kediaman Pak Afran sebagai sekretaris beliau. Kedekatan dan kebersamaan menjadikan Aisyah jatuh hati pada Pak Afran namun demi menjaga nama baik, Aisyah lebih rela mengikis mimpinya dari pada melanjutkannya.Hingga entah karena apa tetiba Aisyah kembali mempunyai akses mendekat pada Afran dan Aisyah pun baru tahu kalau sebenarnya ‘ummi’ telah lama meninggal dunia. Kedekatan yang intens, bincang-bincang menyenangkan membuat mereka menjadi saling membutuhkan. Paling tidak membutuhkan teman berbincang.“Aku tunggu kamu di stasiun kereta api pukul 13.00 karena kereta akan datang pukul 15.00” Itu pesan singkat yang Aisyah terima dari whatsappn

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MALAM PERTAMA AISYAH

    Usai pernikahan kecil itu digelar Aisyah pun resmi menjadi nyonya Afran meski dalam pernikahan rahasia mereka. Cinta mereka rahasia maka sangat layak bila pernikahan mereka pun rahasia. Aisyah terus menikmati setiap sajian yang dihadirkan Allah melalui pendar-pendar cintanya pada Pak Afran. Apapun takdir yang Allah bingkis adalah takdir yang sangat indah bagi Aisyah.Ranjang dengan seprei putih ditambah bau wangi yang membuat cinta kian bersemi mengawali sentuhan halal keduanya. Hingga puisi cintapun tak mampu menggantikan keberadaan mereka berdua.Kekaguman demi kekaguman mengalir sampai sebuah ceritapun hadir.“Aku pernah menikah dengan wanita lain sebelum kamu..”Aisyah meraba hatinya sendiri. Ia merasa sangat sedih. Ia sempat memberi jeda dalam hatinya dan memilih diam tidak berucap. Mestinya Pak Afran tidak usah berkisah hanya akan timbulkan luka.Dalam bayangan Aisyah, Pak Afran adalah sosok yang luar biasa, sosok yang demikian sempurna hingga ketika cerit

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JATUH CINTA

    Usai hari itu, Aisyah dan Pak Afran semakin sering berbicara melalui whatsapp maupun telephon. Mereka makin intens dan terasa makin dekat. Setiap saat perbincangan mengalir.Pak Afran yang kemarin sering sekali menceritakan tentang wanita lain kini sama sekali tidak hingga Aisyah berfikir bahwa Pak Afran memang lelaki yang baik. Andai pernah ada luka dalam lipatan hari-harinya maka itu adalah bagian dari kemanusiaannya. Ia sama sekali tidak bersalah atas itu.Bila Allah saja demikian pemaaf maka mengapa Aisyah sebagai seorang hamba tak mampu berbuat hal yang sama ?Di suatu pekan yang dingin, di dalam kamarnya yang sepi Aisyah menulis pesan untuk suaminya.“Pak…” tulis Aisyah menyapa.“Nggih..”“Sedang apa ?”“Sedang menulis pesan untuk istri bapak.”Duar !!so sweet, ribuan purnama berlalu dan ini adalah kalimat pertama terindah yang ditulis oleh Pak Afran untuk Aisyah.Mata Aisyah berpendar-pendar, hatinya berbunga-bunga. Jelaslah, wanita mana

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   PERBINCANGAN SAAT SENJA

    Pukul 21.30 Pak Afran tampak masih online tetapi bukan dengan Aisyah. Aisyah meradang, menunggu pada menit keberapa ia akan disapa. Namun Pak afran tak kunjung menyapa juga. Aisyah mulai tidak berdaya untuk menahan kesabarannya dan menghentikan Tanya.“Pak..” Sapa Aisyah, semenit, dua menit hingga pada menit ke tiga sapa itu pun terjawab.“Iya..”“Masih online, Pak, tumben”“Ada sedikit konsultasi yang harus Bapak layani.” Jelas Pak Afran. Sontak hati Aisyah meletup-letup.“Hanya pasien konsultasi istimewa yang akan dilayani di jam-jam istimewa.” Jawab Aisyah mulai keras dan di usianya Pak Afran bukannya tidak tahu bahwa Aisyah sedang marah.Singkat ia menjawab “He, he, he.” Hanya itu lalu tulisan online pun hilang.Aisyah mencoba bersenda gurau dengan hatinya, mencoba menertawakan rasa yang ia punya. Sedemikian cintakah ? Sedemikian agungkah ?Dalam pernikahan sebelumnya bila permasalahan seperti ini terjadi maka Aisyah pasti memilih pergi, namun hari ini me

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JUMPA TAK SENGAJA

    Demi meredam gemuruh hatinya Aisyah pun memutuskan datang menuju rumah dinas Walikota dimana Pak Afran berada disana. Tanpa memberi kabar dan tanpa persetujuan seperti yang Aisyah lakukan biasanya. Ia melangkah saja.Masih dengan avanza hitam ia melaju kencang. Ia harus menuntaskan semua tanya, selagi hari libur dan masih pagi. Pasti Pak Afran belum terlalu sibuk.Sesampainya di rumah megah dengan beberapa penjaga Aisyah memarkir mobilnya lalu menyapa Herlambang seorang satuan polisi pamong praja yang telah lama ia kenal.“Bapak ada ?” Tanya Aisyah dan tanpa curiga Herlambang pun mengatakan.“Ada “Aisyah hendak berlari kecil menuju rumah megah itu namun seorang petugas berkata.“Bapak masih ada tamu mbak.”Aisyah berhenti sejenak, pikirannya berkelebat tanya.“Laki atau perempuan ?”“Perempuan Mbak.”“Oh… perempuan, ya ga pa pa lah, biar aku tunggu disana.” Aisyah melayangkan jari telunjuknya menuju suatu tempat hingga Herlambangpun mengijinkan Aisyah

Bab terbaru

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MEMILIH MENINGGALKAN

    Aisyah berkemas, ia sudah meminta anak-anaknya merapikan pakaiannya. Ia ingin pergi dari rumah ini. Ia memilih menutup cerita cintanya dengan Pak Rahman. Ia memilih meninggalkan sebelum di tinggalkan.Itu sebabnya ia berkemas."Kita akan kemana, Ma? " Tanya Adim padanya.Aisyah tidak menjawab tanya itu, ia hanya melingkarkan lengannta di leher Adim, menarik pelan kepala bocah sepuluh tahun itu. Membelainya lembut.Aisyah membiarkan mobil melaju hingga di sebuah kota yang penuh dengan hiruk pikuk itu menyapa mereka.Malang, Aisyah memilih mengontrak rumah mewah di tengah kota Malang. Sementara disini ia akan tinggal bersama anak-anak. Jarak Malang dengan tempat ia tinggal sangat jauh kisaran enam jam perjalanan darat. Hal itu Aisyah harapkan dapat sejenak menjadi pelipur lara hatinya.Sebuah perumahan mewah nan asri juga megah.River Side namanya. Hunian yang cukup syahdu dan sendu, sepi dari hiruk pikuk dan sangat nyaman digunakan u

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MENEMUI ANAK-ANAK PAK AFRAN

    Wajah mereka menatap nanar pada Aisyah, tiga anak berjajar di depan Aisyah dengan tatapan kebencian yang luar biasa. Mereka mungkin menganggap bahwa Aisyah adalah wanita penyebab ayahnya melupakan almarhumah umminya. Mereka mungkin menilai bahwa Aisyah adalah wanita yang akan menghabiskan harta orang tuanya. Dan siapa yang tidak kenal Aisyah dengan masa lalunya yang buruk.Aisyah hanya wanita biasa ketika ia bekerja di rumah megah nan mewah ini. Aisyah hanya seorang sekretaris biasa, Aisyah bekerja dan dibayar di rumah ini. Sedangkan Pak Afran dan keluarga memiliki trah dan jabatan terpandang di mata masyarakat. Aisyah bukan siapa-siapa. Itu sebabnya putri Pak Afran marah besar saat tahu bahwa Aisyah adalah wanita yang saat ini diajukan oleh Sang Bapak untuk menjadi istri dan ibu baru mereka. Untuk menempati singgasana indah rumah mereka.“Bapak mestinya sadar, siapa dia, Pak..” Pekik putri pertama Pak Afran. Meski lirih dan masih sopan namun jelas

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JUMPA TAK SENGAJA

    Demi meredam gemuruh hatinya Aisyah pun memutuskan datang menuju rumah dinas Walikota dimana Pak Afran berada disana. Tanpa memberi kabar dan tanpa persetujuan seperti yang Aisyah lakukan biasanya. Ia melangkah saja.Masih dengan avanza hitam ia melaju kencang. Ia harus menuntaskan semua tanya, selagi hari libur dan masih pagi. Pasti Pak Afran belum terlalu sibuk.Sesampainya di rumah megah dengan beberapa penjaga Aisyah memarkir mobilnya lalu menyapa Herlambang seorang satuan polisi pamong praja yang telah lama ia kenal.“Bapak ada ?” Tanya Aisyah dan tanpa curiga Herlambang pun mengatakan.“Ada “Aisyah hendak berlari kecil menuju rumah megah itu namun seorang petugas berkata.“Bapak masih ada tamu mbak.”Aisyah berhenti sejenak, pikirannya berkelebat tanya.“Laki atau perempuan ?”“Perempuan Mbak.”“Oh… perempuan, ya ga pa pa lah, biar aku tunggu disana.” Aisyah melayangkan jari telunjuknya menuju suatu tempat hingga Herlambangpun mengijinkan Aisyah

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   PERBINCANGAN SAAT SENJA

    Pukul 21.30 Pak Afran tampak masih online tetapi bukan dengan Aisyah. Aisyah meradang, menunggu pada menit keberapa ia akan disapa. Namun Pak afran tak kunjung menyapa juga. Aisyah mulai tidak berdaya untuk menahan kesabarannya dan menghentikan Tanya.“Pak..” Sapa Aisyah, semenit, dua menit hingga pada menit ke tiga sapa itu pun terjawab.“Iya..”“Masih online, Pak, tumben”“Ada sedikit konsultasi yang harus Bapak layani.” Jelas Pak Afran. Sontak hati Aisyah meletup-letup.“Hanya pasien konsultasi istimewa yang akan dilayani di jam-jam istimewa.” Jawab Aisyah mulai keras dan di usianya Pak Afran bukannya tidak tahu bahwa Aisyah sedang marah.Singkat ia menjawab “He, he, he.” Hanya itu lalu tulisan online pun hilang.Aisyah mencoba bersenda gurau dengan hatinya, mencoba menertawakan rasa yang ia punya. Sedemikian cintakah ? Sedemikian agungkah ?Dalam pernikahan sebelumnya bila permasalahan seperti ini terjadi maka Aisyah pasti memilih pergi, namun hari ini me

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JATUH CINTA

    Usai hari itu, Aisyah dan Pak Afran semakin sering berbicara melalui whatsapp maupun telephon. Mereka makin intens dan terasa makin dekat. Setiap saat perbincangan mengalir.Pak Afran yang kemarin sering sekali menceritakan tentang wanita lain kini sama sekali tidak hingga Aisyah berfikir bahwa Pak Afran memang lelaki yang baik. Andai pernah ada luka dalam lipatan hari-harinya maka itu adalah bagian dari kemanusiaannya. Ia sama sekali tidak bersalah atas itu.Bila Allah saja demikian pemaaf maka mengapa Aisyah sebagai seorang hamba tak mampu berbuat hal yang sama ?Di suatu pekan yang dingin, di dalam kamarnya yang sepi Aisyah menulis pesan untuk suaminya.“Pak…” tulis Aisyah menyapa.“Nggih..”“Sedang apa ?”“Sedang menulis pesan untuk istri bapak.”Duar !!so sweet, ribuan purnama berlalu dan ini adalah kalimat pertama terindah yang ditulis oleh Pak Afran untuk Aisyah.Mata Aisyah berpendar-pendar, hatinya berbunga-bunga. Jelaslah, wanita mana

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MALAM PERTAMA AISYAH

    Usai pernikahan kecil itu digelar Aisyah pun resmi menjadi nyonya Afran meski dalam pernikahan rahasia mereka. Cinta mereka rahasia maka sangat layak bila pernikahan mereka pun rahasia. Aisyah terus menikmati setiap sajian yang dihadirkan Allah melalui pendar-pendar cintanya pada Pak Afran. Apapun takdir yang Allah bingkis adalah takdir yang sangat indah bagi Aisyah.Ranjang dengan seprei putih ditambah bau wangi yang membuat cinta kian bersemi mengawali sentuhan halal keduanya. Hingga puisi cintapun tak mampu menggantikan keberadaan mereka berdua.Kekaguman demi kekaguman mengalir sampai sebuah ceritapun hadir.“Aku pernah menikah dengan wanita lain sebelum kamu..”Aisyah meraba hatinya sendiri. Ia merasa sangat sedih. Ia sempat memberi jeda dalam hatinya dan memilih diam tidak berucap. Mestinya Pak Afran tidak usah berkisah hanya akan timbulkan luka.Dalam bayangan Aisyah, Pak Afran adalah sosok yang luar biasa, sosok yang demikian sempurna hingga ketika cerit

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   NIKAHIN AKU SEHARI SAJA(perjanjian sebelum nikah)

    Tersebutlah seseorang bernama Pak Afran seorang Walikota dengan status duda, istrinya telah meninggal dunia sejak tiga tahun yang lalu. Pak Afran berusia lima puluh lima tahun. Lelaki tampan, berwibawa, punya banyak uang. Pasti menjadi incaran rayuan banyak wanita.Sedangkan Aisyah, wanita tiga puluh tujuh tahun yang dulu sempat bekerja di kediaman Pak Afran sebagai sekretaris beliau. Kedekatan dan kebersamaan menjadikan Aisyah jatuh hati pada Pak Afran namun demi menjaga nama baik, Aisyah lebih rela mengikis mimpinya dari pada melanjutkannya.Hingga entah karena apa tetiba Aisyah kembali mempunyai akses mendekat pada Afran dan Aisyah pun baru tahu kalau sebenarnya ‘ummi’ telah lama meninggal dunia. Kedekatan yang intens, bincang-bincang menyenangkan membuat mereka menjadi saling membutuhkan. Paling tidak membutuhkan teman berbincang.“Aku tunggu kamu di stasiun kereta api pukul 13.00 karena kereta akan datang pukul 15.00” Itu pesan singkat yang Aisyah terima dari whatsappn

DMCA.com Protection Status