Share

JATUH CINTA

Penulis: Rara Shasha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-26 18:45:47

Usai hari itu, Aisyah dan Pak Afran semakin sering berbicara melalui whatsapp maupun telephon. Mereka makin intens dan terasa makin dekat. Setiap saat perbincangan mengalir. 

Pak Afran yang kemarin sering sekali menceritakan tentang wanita lain kini sama sekali tidak hingga Aisyah berfikir bahwa Pak Afran memang lelaki yang baik. Andai pernah ada luka dalam lipatan hari-harinya maka itu adalah bagian dari kemanusiaannya. Ia sama sekali tidak bersalah atas itu.

Bila Allah saja demikian pemaaf maka mengapa Aisyah sebagai seorang hamba tak mampu berbuat hal yang sama ?

Di suatu pekan yang dingin, di dalam kamarnya yang sepi Aisyah menulis pesan untuk suaminya.

“Pak…” tulis Aisyah menyapa.

“Nggih..”

“Sedang apa ?”

“Sedang menulis pesan untuk istri bapak.” 

Duar !!so sweet, ribuan purnama berlalu dan ini adalah kalimat pertama terindah yang ditulis oleh Pak Afran untuk Aisyah.

Mata Aisyah berpendar-pendar, hatinya berbunga-bunga. Jelaslah, wanita mana yang tidak bahagia dipanggil istri oleh sang suami. Itu hanya kata namun itu adalah refleksi cinta, sebuah pengakuan luar biasa yang terucap demikian indah. Andai semua lelaki mampu melakukannya pasti deretan bangku di ruang pengadilan agama tidak akan penuh terisi orang-orang yang ingin bercerai. 

“Bapak…”

“Kenapa, Ais ?” tulis beliau lagi.

“Kenapa Bapak begitu baik ?”

Diam..lama tak ada jawaban sedangkan jelas tertulis beliau sedang online, saat seperti itu Aisyah resah. Ia selalu memposisikan dirinya sedang berhadapan dengan para lelaki yang pernah mendekatinya dulu. Kemudian otak tengah wanita yang tebal itupun memancarkan sinyal berupa pendar-pendar kekhawatiran yang diciptakan oleh persepsinya sendiri. Bila sudah begini sedikit salah bicara akan berdampak buruk pada sebuah hubungan.

“Karena kamu istri bapak.” 

Huft, beruntung kalimat itu yang ditulis oleh Pak Afran, kalimatnya tidak salah, kalimatnya langsung ke jiwa.

Kalimat yang ditulis oleh Pak Afran sejenak bisa menenangkan.

“Ais tidur dulu ya, Pak ..” Tulis Aisyah.

“Silahkan..” Santun sekali perbincangan hari ini. Dua orang yang terpaut jauh dalam usia namun saling menjaga rasa dalam bicara dengan cinta sebagai landasannya.

Berbagai perkataan yang berpendar itupun sirna seketika. Menorehkan cinta yang luar biasa.

Subuh tiba, sebelum beranjak dari tempat tidur Aisyah menghubungi Pak Afran. Ia tahu saat ini Pak Afran pasti sudah duduk di atas sajadah menunggu waktunya melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid depan rumahnya.

“Assalamualaikum cinta..” Tulis Aisyah mesra.

“Waalaikum salam ,”

“Hari ini Bapak akan kemana ?” Tanya Aisyah. Kalimat dengan kata yang sama sering terucap hanya karena Aisyah ingin tahu kemana aktivitas suaminya, bukan untuk mengekang tapi semata karena ia tidak ingin saat tiba-tiba ia mengirimkan sebuah pesan singkat ternyata Pak Afran sedang sibuk bersama dengan yang lain. 

Tugas seorang Walikota sangatlah berat, jadual yang teratur dan memang sudah tertata bahkan di hari sebelumnya. Itulah mengapa Aisyah bertanya karena ia takut salah dalam bertingkah.

“Pak..” Panggil Aisyah melalui percakapan singkatnya lagi.

“Iya..”

“Bapak kemana ?”

“Tidak kemana-mana, Ais. Masih tetap di hatimu.” Gubrak. Wanita berusia tiga puluh tujuh tahun itu sontak tersenyum dari tempatnya. Mengirimkan emoticon senyum sembari melempar selimutnya dan bergegas menuju kamar mandi, berwudhu kemudian sholat.

Percintaannya kali ini demikian berbeda, ia benar-benar menemukan muara dari semua resahnya.

Aisyah, wanita tiga puluh tujuh tahun dengan empat anak yang semakin hari makin dewasa, pernah menikah tiga kali dan gagal tiga kali. Kepercayaannya yang mulai hilang pada sebuah lembaga yang bernama perkawinan membuat ia memutuskan untuk sendiri selama bertahun-tahun. Melalui pahit getir kehidupannya sendiri. Wanita cantik, langsing, bermata bening dengan pendidikan akhir seorang magister pendidikan itu memutuskan untuk bekerja seadanya demi mendapatkan nafkah untuk buah hatinya. Berbagai pekerjaan telah ia geluti, bahkan ia rela menjadi pedagang sayur keliling yang bangun dini hari demi mendapatkan nafkah halal.

Atas karunia Allah ia akhirnya bertemu kembali dengan Pak Afran, cintanya yang ia tanggalkan sepuluh tahun yang lalu. Bersama Pak Afran ia menjadi semakin baik. Keinginannya untuk menata hidupnya usai permasalahan hidup yang banyak itu justru mendapatkan hadiah sebuah pernikahan dengan lelaki sebaik Pak Afran. Disinilah Aisyah demikian mensyukuri kebaikan Allah padanya.

Di atas sajadah panjang itu ia terisak, ia meraba palung hatinya yang dalam. Ia merasa tidak percaya, setelah semua dosanya, setelah semua amarahnya pada Allah, dalam pertaubatannya yang belum usai ia justru dipertemukan dengan Pak Afran. 

Sebagai seorang Walikota dengan segudang agenda pasti mempunyai kesibukan yang luar biasa dan saat Aisyah berkisah maka pasti Pak Afran menjawab meski hanya melalui selarik kalimat. Mestinya Aisyah sadar bahwa dirinya istimewa bagi Pak Afran namun gejolak kewanitaannya membuat ia sering merasa patah. Bagaimana tidak, kadang Aisyah menjelaskan panjang lebar sampai berlarik-larik mengharap sebuah persetujuan namun Pak Afran hanya membalas dengan jawaban jempol belaka. Sungguh menjengkelkan, setidaknya begitu suara hati Aisyah.

Hal tersebut berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Pak Afran, banyak sekali wanita yang hadir saat ini namun tidak semua mendapat jawaban dari whatsappnya, ia menjawab Aisyah karena ia mencintai Aisyah bukan sekedar karena Aisyah istrinya belaka. Namun sungguh apa yang terjadi seharian ini telah membuat Aisyah jatuh cinta pada Pak Afran serta menyesali semua prasangkanya.

Bab terkait

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   PERBINCANGAN SAAT SENJA

    Pukul 21.30 Pak Afran tampak masih online tetapi bukan dengan Aisyah. Aisyah meradang, menunggu pada menit keberapa ia akan disapa. Namun Pak afran tak kunjung menyapa juga. Aisyah mulai tidak berdaya untuk menahan kesabarannya dan menghentikan Tanya.“Pak..” Sapa Aisyah, semenit, dua menit hingga pada menit ke tiga sapa itu pun terjawab.“Iya..”“Masih online, Pak, tumben”“Ada sedikit konsultasi yang harus Bapak layani.” Jelas Pak Afran. Sontak hati Aisyah meletup-letup.“Hanya pasien konsultasi istimewa yang akan dilayani di jam-jam istimewa.” Jawab Aisyah mulai keras dan di usianya Pak Afran bukannya tidak tahu bahwa Aisyah sedang marah.Singkat ia menjawab “He, he, he.” Hanya itu lalu tulisan online pun hilang.Aisyah mencoba bersenda gurau dengan hatinya, mencoba menertawakan rasa yang ia punya. Sedemikian cintakah ? Sedemikian agungkah ?Dalam pernikahan sebelumnya bila permasalahan seperti ini terjadi maka Aisyah pasti memilih pergi, namun hari ini me

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JUMPA TAK SENGAJA

    Demi meredam gemuruh hatinya Aisyah pun memutuskan datang menuju rumah dinas Walikota dimana Pak Afran berada disana. Tanpa memberi kabar dan tanpa persetujuan seperti yang Aisyah lakukan biasanya. Ia melangkah saja.Masih dengan avanza hitam ia melaju kencang. Ia harus menuntaskan semua tanya, selagi hari libur dan masih pagi. Pasti Pak Afran belum terlalu sibuk.Sesampainya di rumah megah dengan beberapa penjaga Aisyah memarkir mobilnya lalu menyapa Herlambang seorang satuan polisi pamong praja yang telah lama ia kenal.“Bapak ada ?” Tanya Aisyah dan tanpa curiga Herlambang pun mengatakan.“Ada “Aisyah hendak berlari kecil menuju rumah megah itu namun seorang petugas berkata.“Bapak masih ada tamu mbak.”Aisyah berhenti sejenak, pikirannya berkelebat tanya.“Laki atau perempuan ?”“Perempuan Mbak.”“Oh… perempuan, ya ga pa pa lah, biar aku tunggu disana.” Aisyah melayangkan jari telunjuknya menuju suatu tempat hingga Herlambangpun mengijinkan Aisyah

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MENEMUI ANAK-ANAK PAK AFRAN

    Wajah mereka menatap nanar pada Aisyah, tiga anak berjajar di depan Aisyah dengan tatapan kebencian yang luar biasa. Mereka mungkin menganggap bahwa Aisyah adalah wanita penyebab ayahnya melupakan almarhumah umminya. Mereka mungkin menilai bahwa Aisyah adalah wanita yang akan menghabiskan harta orang tuanya. Dan siapa yang tidak kenal Aisyah dengan masa lalunya yang buruk.Aisyah hanya wanita biasa ketika ia bekerja di rumah megah nan mewah ini. Aisyah hanya seorang sekretaris biasa, Aisyah bekerja dan dibayar di rumah ini. Sedangkan Pak Afran dan keluarga memiliki trah dan jabatan terpandang di mata masyarakat. Aisyah bukan siapa-siapa. Itu sebabnya putri Pak Afran marah besar saat tahu bahwa Aisyah adalah wanita yang saat ini diajukan oleh Sang Bapak untuk menjadi istri dan ibu baru mereka. Untuk menempati singgasana indah rumah mereka.“Bapak mestinya sadar, siapa dia, Pak..” Pekik putri pertama Pak Afran. Meski lirih dan masih sopan namun jelas

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MEMILIH MENINGGALKAN

    Aisyah berkemas, ia sudah meminta anak-anaknya merapikan pakaiannya. Ia ingin pergi dari rumah ini. Ia memilih menutup cerita cintanya dengan Pak Rahman. Ia memilih meninggalkan sebelum di tinggalkan.Itu sebabnya ia berkemas."Kita akan kemana, Ma? " Tanya Adim padanya.Aisyah tidak menjawab tanya itu, ia hanya melingkarkan lengannta di leher Adim, menarik pelan kepala bocah sepuluh tahun itu. Membelainya lembut.Aisyah membiarkan mobil melaju hingga di sebuah kota yang penuh dengan hiruk pikuk itu menyapa mereka.Malang, Aisyah memilih mengontrak rumah mewah di tengah kota Malang. Sementara disini ia akan tinggal bersama anak-anak. Jarak Malang dengan tempat ia tinggal sangat jauh kisaran enam jam perjalanan darat. Hal itu Aisyah harapkan dapat sejenak menjadi pelipur lara hatinya.Sebuah perumahan mewah nan asri juga megah.River Side namanya. Hunian yang cukup syahdu dan sendu, sepi dari hiruk pikuk dan sangat nyaman digunakan u

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   NIKAHIN AKU SEHARI SAJA(perjanjian sebelum nikah)

    Tersebutlah seseorang bernama Pak Afran seorang Walikota dengan status duda, istrinya telah meninggal dunia sejak tiga tahun yang lalu. Pak Afran berusia lima puluh lima tahun. Lelaki tampan, berwibawa, punya banyak uang. Pasti menjadi incaran rayuan banyak wanita.Sedangkan Aisyah, wanita tiga puluh tujuh tahun yang dulu sempat bekerja di kediaman Pak Afran sebagai sekretaris beliau. Kedekatan dan kebersamaan menjadikan Aisyah jatuh hati pada Pak Afran namun demi menjaga nama baik, Aisyah lebih rela mengikis mimpinya dari pada melanjutkannya.Hingga entah karena apa tetiba Aisyah kembali mempunyai akses mendekat pada Afran dan Aisyah pun baru tahu kalau sebenarnya ‘ummi’ telah lama meninggal dunia. Kedekatan yang intens, bincang-bincang menyenangkan membuat mereka menjadi saling membutuhkan. Paling tidak membutuhkan teman berbincang.“Aku tunggu kamu di stasiun kereta api pukul 13.00 karena kereta akan datang pukul 15.00” Itu pesan singkat yang Aisyah terima dari whatsappn

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MALAM PERTAMA AISYAH

    Usai pernikahan kecil itu digelar Aisyah pun resmi menjadi nyonya Afran meski dalam pernikahan rahasia mereka. Cinta mereka rahasia maka sangat layak bila pernikahan mereka pun rahasia. Aisyah terus menikmati setiap sajian yang dihadirkan Allah melalui pendar-pendar cintanya pada Pak Afran. Apapun takdir yang Allah bingkis adalah takdir yang sangat indah bagi Aisyah.Ranjang dengan seprei putih ditambah bau wangi yang membuat cinta kian bersemi mengawali sentuhan halal keduanya. Hingga puisi cintapun tak mampu menggantikan keberadaan mereka berdua.Kekaguman demi kekaguman mengalir sampai sebuah ceritapun hadir.“Aku pernah menikah dengan wanita lain sebelum kamu..”Aisyah meraba hatinya sendiri. Ia merasa sangat sedih. Ia sempat memberi jeda dalam hatinya dan memilih diam tidak berucap. Mestinya Pak Afran tidak usah berkisah hanya akan timbulkan luka.Dalam bayangan Aisyah, Pak Afran adalah sosok yang luar biasa, sosok yang demikian sempurna hingga ketika cerit

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26

Bab terbaru

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MEMILIH MENINGGALKAN

    Aisyah berkemas, ia sudah meminta anak-anaknya merapikan pakaiannya. Ia ingin pergi dari rumah ini. Ia memilih menutup cerita cintanya dengan Pak Rahman. Ia memilih meninggalkan sebelum di tinggalkan.Itu sebabnya ia berkemas."Kita akan kemana, Ma? " Tanya Adim padanya.Aisyah tidak menjawab tanya itu, ia hanya melingkarkan lengannta di leher Adim, menarik pelan kepala bocah sepuluh tahun itu. Membelainya lembut.Aisyah membiarkan mobil melaju hingga di sebuah kota yang penuh dengan hiruk pikuk itu menyapa mereka.Malang, Aisyah memilih mengontrak rumah mewah di tengah kota Malang. Sementara disini ia akan tinggal bersama anak-anak. Jarak Malang dengan tempat ia tinggal sangat jauh kisaran enam jam perjalanan darat. Hal itu Aisyah harapkan dapat sejenak menjadi pelipur lara hatinya.Sebuah perumahan mewah nan asri juga megah.River Side namanya. Hunian yang cukup syahdu dan sendu, sepi dari hiruk pikuk dan sangat nyaman digunakan u

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MENEMUI ANAK-ANAK PAK AFRAN

    Wajah mereka menatap nanar pada Aisyah, tiga anak berjajar di depan Aisyah dengan tatapan kebencian yang luar biasa. Mereka mungkin menganggap bahwa Aisyah adalah wanita penyebab ayahnya melupakan almarhumah umminya. Mereka mungkin menilai bahwa Aisyah adalah wanita yang akan menghabiskan harta orang tuanya. Dan siapa yang tidak kenal Aisyah dengan masa lalunya yang buruk.Aisyah hanya wanita biasa ketika ia bekerja di rumah megah nan mewah ini. Aisyah hanya seorang sekretaris biasa, Aisyah bekerja dan dibayar di rumah ini. Sedangkan Pak Afran dan keluarga memiliki trah dan jabatan terpandang di mata masyarakat. Aisyah bukan siapa-siapa. Itu sebabnya putri Pak Afran marah besar saat tahu bahwa Aisyah adalah wanita yang saat ini diajukan oleh Sang Bapak untuk menjadi istri dan ibu baru mereka. Untuk menempati singgasana indah rumah mereka.“Bapak mestinya sadar, siapa dia, Pak..” Pekik putri pertama Pak Afran. Meski lirih dan masih sopan namun jelas

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JUMPA TAK SENGAJA

    Demi meredam gemuruh hatinya Aisyah pun memutuskan datang menuju rumah dinas Walikota dimana Pak Afran berada disana. Tanpa memberi kabar dan tanpa persetujuan seperti yang Aisyah lakukan biasanya. Ia melangkah saja.Masih dengan avanza hitam ia melaju kencang. Ia harus menuntaskan semua tanya, selagi hari libur dan masih pagi. Pasti Pak Afran belum terlalu sibuk.Sesampainya di rumah megah dengan beberapa penjaga Aisyah memarkir mobilnya lalu menyapa Herlambang seorang satuan polisi pamong praja yang telah lama ia kenal.“Bapak ada ?” Tanya Aisyah dan tanpa curiga Herlambang pun mengatakan.“Ada “Aisyah hendak berlari kecil menuju rumah megah itu namun seorang petugas berkata.“Bapak masih ada tamu mbak.”Aisyah berhenti sejenak, pikirannya berkelebat tanya.“Laki atau perempuan ?”“Perempuan Mbak.”“Oh… perempuan, ya ga pa pa lah, biar aku tunggu disana.” Aisyah melayangkan jari telunjuknya menuju suatu tempat hingga Herlambangpun mengijinkan Aisyah

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   PERBINCANGAN SAAT SENJA

    Pukul 21.30 Pak Afran tampak masih online tetapi bukan dengan Aisyah. Aisyah meradang, menunggu pada menit keberapa ia akan disapa. Namun Pak afran tak kunjung menyapa juga. Aisyah mulai tidak berdaya untuk menahan kesabarannya dan menghentikan Tanya.“Pak..” Sapa Aisyah, semenit, dua menit hingga pada menit ke tiga sapa itu pun terjawab.“Iya..”“Masih online, Pak, tumben”“Ada sedikit konsultasi yang harus Bapak layani.” Jelas Pak Afran. Sontak hati Aisyah meletup-letup.“Hanya pasien konsultasi istimewa yang akan dilayani di jam-jam istimewa.” Jawab Aisyah mulai keras dan di usianya Pak Afran bukannya tidak tahu bahwa Aisyah sedang marah.Singkat ia menjawab “He, he, he.” Hanya itu lalu tulisan online pun hilang.Aisyah mencoba bersenda gurau dengan hatinya, mencoba menertawakan rasa yang ia punya. Sedemikian cintakah ? Sedemikian agungkah ?Dalam pernikahan sebelumnya bila permasalahan seperti ini terjadi maka Aisyah pasti memilih pergi, namun hari ini me

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   JATUH CINTA

    Usai hari itu, Aisyah dan Pak Afran semakin sering berbicara melalui whatsapp maupun telephon. Mereka makin intens dan terasa makin dekat. Setiap saat perbincangan mengalir.Pak Afran yang kemarin sering sekali menceritakan tentang wanita lain kini sama sekali tidak hingga Aisyah berfikir bahwa Pak Afran memang lelaki yang baik. Andai pernah ada luka dalam lipatan hari-harinya maka itu adalah bagian dari kemanusiaannya. Ia sama sekali tidak bersalah atas itu.Bila Allah saja demikian pemaaf maka mengapa Aisyah sebagai seorang hamba tak mampu berbuat hal yang sama ?Di suatu pekan yang dingin, di dalam kamarnya yang sepi Aisyah menulis pesan untuk suaminya.“Pak…” tulis Aisyah menyapa.“Nggih..”“Sedang apa ?”“Sedang menulis pesan untuk istri bapak.”Duar !!so sweet, ribuan purnama berlalu dan ini adalah kalimat pertama terindah yang ditulis oleh Pak Afran untuk Aisyah.Mata Aisyah berpendar-pendar, hatinya berbunga-bunga. Jelaslah, wanita mana

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   MALAM PERTAMA AISYAH

    Usai pernikahan kecil itu digelar Aisyah pun resmi menjadi nyonya Afran meski dalam pernikahan rahasia mereka. Cinta mereka rahasia maka sangat layak bila pernikahan mereka pun rahasia. Aisyah terus menikmati setiap sajian yang dihadirkan Allah melalui pendar-pendar cintanya pada Pak Afran. Apapun takdir yang Allah bingkis adalah takdir yang sangat indah bagi Aisyah.Ranjang dengan seprei putih ditambah bau wangi yang membuat cinta kian bersemi mengawali sentuhan halal keduanya. Hingga puisi cintapun tak mampu menggantikan keberadaan mereka berdua.Kekaguman demi kekaguman mengalir sampai sebuah ceritapun hadir.“Aku pernah menikah dengan wanita lain sebelum kamu..”Aisyah meraba hatinya sendiri. Ia merasa sangat sedih. Ia sempat memberi jeda dalam hatinya dan memilih diam tidak berucap. Mestinya Pak Afran tidak usah berkisah hanya akan timbulkan luka.Dalam bayangan Aisyah, Pak Afran adalah sosok yang luar biasa, sosok yang demikian sempurna hingga ketika cerit

  • PELANGI DI WAJAH AISYAH   NIKAHIN AKU SEHARI SAJA(perjanjian sebelum nikah)

    Tersebutlah seseorang bernama Pak Afran seorang Walikota dengan status duda, istrinya telah meninggal dunia sejak tiga tahun yang lalu. Pak Afran berusia lima puluh lima tahun. Lelaki tampan, berwibawa, punya banyak uang. Pasti menjadi incaran rayuan banyak wanita.Sedangkan Aisyah, wanita tiga puluh tujuh tahun yang dulu sempat bekerja di kediaman Pak Afran sebagai sekretaris beliau. Kedekatan dan kebersamaan menjadikan Aisyah jatuh hati pada Pak Afran namun demi menjaga nama baik, Aisyah lebih rela mengikis mimpinya dari pada melanjutkannya.Hingga entah karena apa tetiba Aisyah kembali mempunyai akses mendekat pada Afran dan Aisyah pun baru tahu kalau sebenarnya ‘ummi’ telah lama meninggal dunia. Kedekatan yang intens, bincang-bincang menyenangkan membuat mereka menjadi saling membutuhkan. Paling tidak membutuhkan teman berbincang.“Aku tunggu kamu di stasiun kereta api pukul 13.00 karena kereta akan datang pukul 15.00” Itu pesan singkat yang Aisyah terima dari whatsappn

DMCA.com Protection Status