Home / Romansa / PELAKOR BERKELAS / Bab 74 • Sebuah Kabar

Share

Bab 74 • Sebuah Kabar

Author: Rae_1243
last update Last Updated: 2022-08-12 02:30:57

Sudah lama rasanya dia tidak merasa sesenang ini.

Lidia mendesah bahagia, sembari menepuk-nepukkan cairan serum perawatan kecantikan yang mahal ke seluruh permukaan wajahnya. Perempuan itu sekarang duduk di depan meja rias dan tengah memakai make up, sedangkan senyuman tidak juga lepas dari bibirnya.

"Menyenangkan sekali," gumamnya, menatap pantulan wajahnya di cermin yang terlihat begitu berseri-seri. "Dua hari ini benar-benar menyenangkan."

Selama dua hari kemarin Lidia merasa seperti menjadi pengantin baru saja. Entah berapa kali sudah dia melakukan seks bersama suaminya dalam dua hari tersebut. Lidia seperti merasa seperti perempuan yang begitu haus akan seks, dia bahkan selalu merasa tidak sabar menunggu kedatangan Raka pulang dari kantor.

"Heran, kenapa aku merasa begitu bergairah, ya? Seolah tidak ada puasnya. Bahkan di tengah hari pun, aku sampai bermimpi sedang melakukan seks bersama Mas Raka."

Kedua pipi Lidia merona bila teringat soal kejadian kemarin siang. Bahkan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
NURUL LAILI MUFIDA
hemmm ada apa ya dengan lina?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 75 • Milikmu adalah Milikku

    "Jangan terlalu lebay!" "Tapi, Mas—" "Sekarang terserah kamu, Lid. Mau pulang ke rumah Ibumu dan mengurusi adikmu itu, atau ikut berlibur denganku?" Lidia seketika terdiam. Jawaban yang Raka berikan tersebut sama sekali tidak dia kira. Tadi, setelah menerima telepon dari Ibunya, dia segera berlari menemui suaminya. Lidia langsung menceritakan semua hal yang tadi disampaikan oleh Ibunya, sehubungan dengan keadaan adik perempuannya, Lina. "Lina sudah tidak pulang selama dua hari, Mas," ujarnya lagi, masih mencoba untuk membujuk Raka. Dia berharap hati suaminya bisa sedikit melembut, sebab setahu Lidia, Raka juga sangat menyayangi keluarganya. "Lalu tadi pagi-pagi sekali dia pulang." "Nah, bagus kan? Lina sudah pulang, lalu sekarang apa lagi yang perlu dikhawatirkan?" sahut Raka bertanya. "Lagi pula, Lina itu kan, memang masih muda, Lid. Dia seorang mahasiswi. Jadi, wajar saja kalau dia masih lebih suka bersenang-senang." "Tapi Lina pulang dalam keadaan yang berantakan, Mas. Sep

    Last Updated : 2022-08-12
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 76 • Permulaan Malam yang Panjang

    Meski Lidia bersikap begitu yakin sekalipun, bukan berarti dia tidak menaruh curiga. Dia tahu. Lidia tidak bodoh. Paling tidak, perempuan itu menyadari betapa tampan suaminya ini dan bahwa ada begitu banyak perempuan yang berharap untuk bisa menggoda. Oleh karena itulah, sejak tadi dia terus mengawasi Angel. Segala gerak-gerik perempuan itu seolah tidak pernah luput dari perhatiannya. Bagaimana pun, Lidia ingin membuktikan sendiri bahwa perempuan murahan itulah yang sudah berusaha merayu suami tercintanya."Awas saja kalau sampai dia berani-berani menggoda Mas Raka," gumamnya, menatap curiga ke arah Angel, yang kini sedang duduk sembari menikmati hembusan angin laut. "Dasar perempuan rendah. Cantik sedikit saja, sudah langsung bergaya ingin menggoda suami orang."Namun meski Lidia sudah bertekad untuk bisa menangkap tangan sekalipun, nyatanya tidak ada yang terjadi. Baik Angel maupun Raka, kedua orang itu bersikap seolah tidak ada spesial di antara mereka. Paling tidak, Lidia tidak

    Last Updated : 2022-08-13
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 77 • Dulu vs Sekarang

    Aroma percintaan menguar dengan kuat, sementara hawa di dalam kamar itu pun terasa panas dan lembab. Seakan alat pendingin udara tidak lagi bisa bekerja dengan maksimal, nyatanya tubuh kedua orang itu kini diselimuti oleh keringat. "Mas." Suara erangan Lidia terdengar semakin lemah, meski bibirnya masih juga berdesis. Dia begitu terlena oleh tusukan-tusukan kenikmatan yang terus menerus diterimanya. Namun sayangnya, saat ini tubuhnya sudah sedemikian lemas. Jangankan untuk membalas serangan suaminya, sekedar mengangkat tangan pun Lidia sudah merasa tidak mampu. Sekarang ini dia hanya bisa berbaring pasrah, sementara lelaki yang menjadi suaminya itu masih terus memacu diri di atas tubuhnya. "Ah, Mas Raka," erangnya, terlonjak-lonjak sesaat ketika sekali lagi meraih puncak kenikmatan. Lidia juga bisa merasakan tubuh Raka yang menegang. Lalu, sambil meremas kuat sepasang buah dadanya, lelaki itu menyemburkan cairan hangat yang kini memenuhi bagian terdalam dirinya. "Tidurlah,"

    Last Updated : 2022-08-13
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 78 • Gairah di Kolam Renang

    Suara dengusan Raka terdengar untuk yang ke sekian kali. Lelaki itu memandang ke sekitarnya dengan gusar. Paling tidak, sudah lima belas menit berlalu sejak dia pergi mencari Angel dan belum menemukannya."Baby masih belum mengangkat teleponnya," gumamnya risau. "Ada di mana dia? Aku datangi ke kamarnya, juga tidak ada."Mengacak-acak rambutnya, Raka terlihat semakin gelisah. "Sial! Padahal aku sudah sengaja membuat Lidia tertidur, tapi Baby malah tidak bisa aku temui seperti ini."Dalam hati dia mengeluh. Sebisa mungkin Raka tidak ingin bertanya kepada staf penginapan soal keberadaan Angel, sebab bagaimana pun dia tidak ingin menarik perhatian orang lain atas hubungan di antara mereka. "Tapi kalau begini, aku jadi susah," gerutunya. "Jangan katakan kalau aku harus mengelilingi pulau ini demi bisa menemukannya. Ya ampun, Baby. Kamu benar-benar membuatku kesusahan."Menarik napas dan membuangnya dengan kasar, lelaki itu memutuskan untuk mencari Angel sekali lagi. Dia bersikap santai,

    Last Updated : 2022-08-15
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 79 • Penyusup

    "Mas Raka! Ya, Tuhan! Apa yang kamu lakukan?" Lidia berseru. Perempuan itu terlihat begitu terkejut ketika akhirnya menemukan suaminya. "Dari tadi aku terus mencarimu, Mas. Aku sama sekali tidak menyangka kalau kamu malah ada di sini dan—""Sudahlah, Lid. Ini sudah malam, tidak perlu membuat keributan. Lagi pula, kenapa kamu juga tiba-tiba datang ke sini?"Lidia mendekat ke arah suaminya yang sekarang sedang duduk di salah satu kursi berjemur, yang memang ada beberapa di pinggir kolam renang. "Bajumu basah kuyup, Mas," ujarnya dengan nada khawatir. "Kenapa bisa begini?""Kenapa lagi?" Raka menaikkan bahunya sekilas. "Aku baru saja berenang.""Kamu berenang, Mas?""Aku tidak bisa tidur, Lid. Jadi, aku ingin berenang sebentar.""Tapi kenapa kamu berenang dengan pakaian lengkap begini, Mas?"Raka mengerjap. Dalam hati dia memaki kebodohannya sendiri. Tadi sebelum Lidia datang, dia segera mengangkat Angel dan membantu kekasihnya itu keluar dari kolam renang. Lelaki itu masih sempat melih

    Last Updated : 2022-08-16
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 80 • Di Belakangmu

    Lidia merentangkan kedua tangannya dengan perlahan. Memejam dan melenguh lirih, perempuan cantik itu terlihat begitu menikmati suasana pagi hari yang begitu segar. "Siap untuk pulang?" Lidia sedikit terkejut, sewaktu Raka tiba-tiba saja datang dan langsung memeluknya. Lelaki yang menjadi suaminya itu juga lantas mendaratkan ciuman di dahi Lidia, membuatnya begitu bahagia. Sewaktu menoleh, ada rona merah yang menghiasi kedua pipinya. Raka baru saja mandi dan saat ini lelaki itu hanya mengenakan handuk, sehingga gurat tubuhnya bisa Lidia lihat dengan jelas. "Ah, Mas Raka. Mengagetkanku saja," ujarnya pura-pura menggerutu, meski nyatanya bibir perempuan itu terus tersenyum. "Makanya, jangan melamun. Memangnya apa sih, yang sedang kamu lamunkan pagi-pagi begini, hm?" "Aku hanya sedang berpikir, sayang sekali karena kita sudah harus pulang hari ini." "Bukankah sebelumnya kamu malah berniat untuk tidak ikut menemaniku, Lid? Lalu, kenapa sekarang kamu seperti enggan pulang?" Lidia

    Last Updated : 2022-08-18
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 81 • O-oh!

    "Iya, Ayah. Aku tidak apa-apa kok." Satu jam kemudian, terlihat Angel melangkah memasuki lift apartemennya. Perempuan cantik itu sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Setelah sampai di dermaga tadi, mereka memang lantas berpisah. Raka beserta istrinya menaiki mobil sedan yang sudah menjemput mereka, sementara dia sendiri memutuskan untuk langsung pulang. Sebenarnya Angel tahu bahwa Raka pasti ingin menemuinya setelah ini. Namun, dengan cepat dia sudah mengirimkan sebuah pesan yang mengatakan bahwa Angel merasa begitu lelah. Kegiatan selama dua hari kemarin benar-benar menguras banyak tenaga, sehingga menemui Raka jelas tidak masuk ke dalam daftar keinginan Angel. Sekedar memikirkan untuk bertemu dengan lelaki itu saja sudah membuatnya capek. "Iya. Setelah ini aku akan langsung beristirahat," ujarnya, menekan tombol lantai di mana kamar apartemennya berada. "Iya, Ayah. Aku juga akan makan," imbuhnya, kali ini dengan memutar mata. "Ya ampun, Ayah. Kira-kira sampai

    Last Updated : 2022-08-18
  • PELAKOR BERKELAS   Bab 82 • Apa yang akan dilakukan?

    Jangan panik! Itu adalah dua kata yang Angel teriakkan di dalam hati. Mengerjap, perempuan itu lantas sengaja menurunkan tatapannya. Paling tidak, agar dia tidak berpandangan langsung dengan Adam. Meski Angel masih belum bisa mengerti apa penyebabnya, tapi yang jelas dia merasakan adanya bahaya di sepasang mata dengan warna yang berlainan tersebut. "Ehm, Pak," gumamnya, memusatkan perhatian ke arah kerah kemeja Adam. Pilihan yang buruk, sebab saat ini lelaki itu tidak mengancingkan semua kancing kemejanya. Sekarang Angel mendapati dirinya tengah menelusuri dada Adam melalui pandangan. Sial. Bosnya ini kenapa seksi sekali, sih? "Ehm, kenapa Anda berada di sini, Pak?""Menunggumu.""Ya?""Aku sedang menunggumu."Angel terperangah mendengarnya, membuatnya tanpa sadar mendongak dan menatap Adam yang kini juga sedang menatapnya balik. "Apakah Anda sedang menunggu saya, Pak?""Ya.""Bukankah seharusnya sekarang Anda sedang bekerja? Ini—" Angel melirik ke arah arloji yang melingkar di

    Last Updated : 2022-08-19

Latest chapter

  • PELAKOR BERKELAS   Sampai Bertemu Lagi

    Halo, Para pembaca. Kisah Adam dan Angel berakhir sampai di sini. Terima kasih atas kesediannya untuk mengikuti kisah ini dan mohon maaf karena sempat vakum cukup lama. Ada satu dan lain hal yang menjadi penyebab, termasuk masalah kesehatan. Semoga kita semua selalu sehat & bahagia, ya. Saya menyadari bahwa karya ini sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu, komentar, masukan, dan saran dari Kakak sekalian sangat saya nanti dan hargai. Sampai bertemu di kisah yang lain. Apabila berkenan, silakan mampir di igeh saya: Rae_1243. Apabila ingin berhubungan melalui wa dengan saya, silakan dm saja. Sekali lagi, terima kasih. Salam sayang, ~Rae~

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 159 • Bukanlah Sebuah Akhir

    "Tahanan 2673, silakan ke sini."Lidia berjalan dengan kepala tertunduk. Setelah berada di penjara selama nyaris tiga tahun, kini dia sudah terbiasa dengan panggilan tersebut. Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, saat dia melihat siapa orang yang datang mengunjunginya."Kamu lagi. Bukankah sudah aku katakan, agar tidak mengunjungiku lagi? Tapi kenapa kamu masih juga datang terus?""Kak Lidia, ish! Jangan bersikap sekasar itu dong. Lihat, Raline jadi kaget.""Kamu juga sih, Lin. Kenapa membawa anak kecil ke penjara?""Memangnya, kenapa? Raline ini juga kan, keponakan Kakak. Lagi pula, nanti juga Kakak akan tinggal bersamanya kan?"Sejenak Lidia terdiam, lalu membuang muka. "Tidak perlu. Lupakan saja omonganmu tadi. Lagi pula, dia pasti malu karena mempunyai bibi mantan napi seperti aku ini.""Siapa bilang? Memangnya, Kakak berpikir aku akan membesarkan putriku seperti apa?""Tapi—""Tujuh tahun lagi Kakak akan bebas. Pada saat itu, aku dan Raline akan datang menjemput Kakak. Titik

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 158 • Sebuah Awal yang Baru

    Lima menit pertama Angel mengedarkan pandangan. Dia masih berusaha untuk menangkap, apa sebenarnya yang sedang terjadi.Ada Ayahnya, yang berdiri di sebelah Erin. Angel juga bisa melihat teman-teman Ayahnya, yang sebagian besar dulunya merupakan orang-orang yang salah jalan. Lalu juga ada beberapa rekan kerjanya yang dulu seperti Yasmin, Aldi, dan bahkan Pak Dimas. Kemudian Keynan serta Keke.Tidak ada terlalu banyak orang di sana, kemungkinan tidak lebih dari seratus orang. Namun, suasanya begitu meriah.Dekorasi yang ada memang mewah, tapi tidak berlebihan. Ribuan bunga yang menghiasi seluruh penjuru ruangan luas ini dan bahkan sampai menjuntai dari langit-langit, membuat Angel seolah tiba-tiba saja masuk ke sebuah negeri dongeng.Kemudian, kerlip-kerlip apa itu? Terlihat seolah ada jutaan permata yang bersembunyi di balik hiasan bunga.Bahkan sampai ada banyak kupu-kupu yang berterbangan kian kemari. Seekor kupu-kupu berwarna hijau toska kemudian terbang mendekat dan hinggap di at

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 157 • Sebuah Kejutan

    Terdengar suara desahan dari sepasang bibir Angel.Perempuan itu lebih dalam menyandarkan punggung ke kursi tempatnya duduk, sembari melemparkan pandangan ke arah jendela yang ada di sampingnya. Angel mengamati hamparan awan putih mendominasi. Seketika pikirannya pun kembali melayang ke segala hal yang telah terjadi. Tidak terasa, waktu tiga tahun pun sudah berlalu. "Padahal, rasanya seperti baru kemarin," gumamnya, mendesah. "Tapi syukurlah, setidaknya aku tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang itu."Raka sudah divonis penjara seumur hidup. Dari kabar terakhir yang Angel dengar, lelaki itu terlibat dalam kerusuhan yang terjadi di dalam penjara sampai mengalami luka parah.Namun, ada kabar lain lagi yang lebih mengerikan. Angel mendengar bahwa Raka sampai harus kehilangan kejantanannya. Kejantanan milik lelaki itu rupanya mengalami luka dan infeksi yang didapat dari insiden kerusuhan, sehingga akhirnya terpaksa dipotong. "Ya, Tuhan." Angel berbisik. "Aku tidak bisa membayang

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 156 • Saat Persidangan

    Raka berteriak marah. Sejak tadi dia terus menendang-nendang jeruji besi tempatnya ditahan dan baru berhenti ketika dibentak balik oleh petugas jaga. "Brengsek!" Dia mengumpat, segera setelah petugas jaga pergi. "Kenapa semuanya jadi seperti ini? Kenapa?"Lelaki itu meremas-remas rambut dengan frustrasi. Dia teringat kembali dengan kejadian yang dialaminya tiga hari lalu.Waktu itu dia baru saja hendak pulang kerja, sewaktu dua orang lelaki yang tidak dikenal datang. Napasnya seketika tercekat, saat salah satu dari mereka menunjukkan surat penangkapan untuknya. Rasanya benar-benar memalukan ketika dia digelandang keluar dari gedung perusahaannya sendiri. Ditambah lagi dengan pandangan para karyawan yang ada, membuat Raka begitu ingin mengubur dirinya sendiri kala itu. "Sialan! Padahal tinggal sedikit lagi semua rencanaku bisa beres." Dia menggerutu. "Tapi kenapa malah jadi begini?"Sekarang Raka benar-benar tidak bisa berkutik. Dia tidak dapat mengelak sewaktu polisi menemukan boto

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 155 • Kemungkinan paling buruk

    "Angel, tunggu!" Mobil yang Jalu kendarai masih belum sepenuhnya berhenti, tapi Angel sudah langsung membuka pintu dan meloncat keluar. Perempuan itu seolah tidak ingin membuang waktu dan segera menyeberangi pelataran parkir. "Angel! Tunggu, Nak!" Jalu berseru percuma. Putrinya itu sekarang berlari memasuki rumah sakit tanpa menoleh sedikit pun. Dengan menggerutu, Jalu berusaha mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Lelaki itu pun segera berlari, menyusul ke arah putrinya. "Pak Jalu! Terima kasih karena sudah datang secepatnya." Dokter Brian berseru, sambil berlari-lari menyongsong Jalu. "Ada keadaan mendesak yang—" "Saya paham, Dok," potong Jalu segera. "Sebenarnya, apa yang terjadi?" "Ah, itu—" "Ayah!" seru Angel. Dia menarik-narik tangan Ayahnya dengan panik. "Ayah! Ada apa dengan Kak Erin? Kenapa sekarang Kak Erin dipindahkan ke ruang ICU? Lalu, kenapa aku tidak boleh masuk dan melihatnya?" "Angel, tenang dulu. Tenang ya, Nak." "Tapi, Ayah—" "Maaf karena saya menye

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 154 • Sebuah Kabar yang lain

    Rupanya, Adam yang menelepon. Lelaki itu memberi kabar bahwa Lidia telah memasukkan tuntutan kepada Rama ke meja hijau. Ternyata Lidia memaksa pulang paksa dari rumah sakit adalah demi mencari barang bukti. Hasilnya, dia menemukan beberapa bungkus permen aneh yang seperti beberapa kali pernah dia konsumsi, serta sebotol kecil obat pil yang bisa larut dalam air dengan cepat. "Lalu?" tanya Angel dengan hati berdebar. Berita yang disampaikan Adam kepadanya ini cukup membuatnya tegang. "Dia menghubungiku dan meminta tolong agar semua temuannya itu diperiksa. Hasilnya—" Dari ujung telepon, tarikan napas Adam terdengar begitu jelas. "Apa?" desak Angel. "Hasilnya bagaimana, Adam?" Adam masih sempat menyergah napas, sebelum menjawab, "Permen itu mengandung sejenis zat adiktif, yang apabila dikonsumsi maka akan memberikan efek ketagihan. Namun, ada beberapa zat lain yang juga terdapat di dalamnya. Untuk singkatnya, permen itu bisa dikatakan sebagai obat perangsang." "Obat, apa?" Angel

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 153 • Dering telepon

    "Ayah, sudah aku katakan kalau aku baik-baik saja!"Angel merajuk. Dia terlihat sebal dan merasa tidak suka dengan segala hal yang sekarang terpaksa dia jalani. "Lagi pula, apa-apaan sih, semua ini?""Ini untuk berjaga-jaga, Angel," ujar Jalu, dengan sabar mencoba membujuk putrinya. "Jadi, sabar dulu, ya?""Berjaga-jaga bagaimana? Lidia yang pingsan, kenapa aku juga ikut-ikutan diperiksa seperti ini?""Tetap saja, Ayah khawatir, Angel. Apalagi setelah hasil pemeriksaan Lidia akhirnya keluar. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?"Angel memukul dahinya. Perempuan itu sekarang sedikit menyesali pertemuannya dengan Lidia tadi siang. Tidak berselang lama setelah Lidia melihat bukti yang disodorkan Adam kepadanya, perempuan itu tiba-tiba saja pingsan. Entah apa yang dia lihat, tapi apa pun itu yang pasti cukup membuat Lidia shok.Mereka tentu merasa panik. Jalu dengan segera membawa Lidia ke rumah sakit terdekat, diikuti oleh Angel dan juga Adam. Sampai kemudian hasil pemeriksaan Lidi

  • PELAKOR BERKELAS   Bab 152 • Semua orang ingin bahagia

    Angel sama sekali tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya. "Jangan berbohong!" serunya. "Kakakku tidak mungkin melakukan hal yang semacam itu!""Apa kamu kira Kakakmu itu perempuan baik-baik, ha?" Lidia membalas disertai tawa. "Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja langsung kepada Raka. Yang terlebih dulu merebut Raka itu adalah Erin! Jadi, tidak salah kan, kalau aku mengambil kembali apa yang menjadi milikku?"Angel memegang kepalanya yang mendadak pusing. Hal yang diceritakan Lidia ini benar-benar di luar dugaannya. "Aku dan Raka sudah bertunangan dan sebentar lagi kami akan menikah," ujar Lidia lagi. "Lalu Kakakmu tiba-tiba datang dan merusak semuanya. Dia memaksa Raka memutuskan pertunangan kami dan otomatis pernikahan kami pun batal. Saat mendengar soal itu, penyakit jantung Ayahku kumat dan beliau meninggal seketika itu juga. Harta keluargaku habis, sampai aku pun terpaksa melakukan pekerjaan haram demi menghidupi Ibu dan adikku. Keluarga dan kebahagiaanku hancur

DMCA.com Protection Status